harapanrakyat.com,- Beras premium oplosan saat ini telah beredar di sepuluh provinsi, termasuk di Jawa Barat. Kementerian Pertanian (Kementan) pun sudah menyatakan, ada 212 merek beras premium yang tidak sesuai standar tersebut.
Dengan beredarnya beras oplosan itu tentunya memberikan dampak bagi para pedagang khususnya di pasar tradisional. Salah satu pedagang beras di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Jawa Barat, Rahmat Kurnia (47).
Rahmat mengatakan, adanya peredaran beras premium oplosan ini memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya, banyak konsumen yang beralih ke pasar tradisional, karena mereka khawatir ketika membeli di pasar modern mendapat beras oplosan.
Sedangkan dampak negatifnya, yaitu banyak konsumen yang menyamaratakan bahwa pedagang ini mengoplos beras premium.
“Positifnya, banyak yang beralih ke pasar tradisional. Negatifnya ada sih, mereka menyamaratakan bahwa yang pedagang beras mengoplos barang,” kata Rahmat di Pasar Kosambi, Rabu (16/7/2025).
Rahmat mengaku tidak kehilangan pelanggan tetap di tengah peredaran beras premium oplosan. Namun, ia seringkali dapat cerita dari konsumen pasar modern yang kecewa, karena mendapat beras oplosan.
“Banyak cerita, banyak yang menginformasikan bahwa pas belanja di sana ya mengecewakan. Tapi yang namanya oplosan kelihatan sih. Dari warna, antara bentuknya, panjang pendeknya gitu, kelihatan,” ujarnya.
Pedagang Berharap Pemerintah Atasi Beras Premium Oplosan
Sementara itu, pedagang beras di Pasar Kosambi lainnya, Andri Ahmad (37) menuturkan, saat banyak konsumen yang menanyakan terlebih dahulu sebelum membeli beras premium. Mereka khawatir mendapatkan oplosan yang saat ini beredar.
“Ada pengaruhnya sih. Pembeli sekarang bertanya, katanya sekarang emang ada di pasar tradisional juga oplosan gitu,” tutur Andri.
Namun, Andri memastikan beras premium yang ia jual bukan oplosan. Sebab, selama ini ia terima berasal dari penggilingan lokal, bukan distributor besar seperti yang beredar di pasar modern.
“Kalau di pasar tradisional masuknya dari penggilingan-penggilingan lokal,” ujarnya.
Baca Juga: Harga Beras Medium di Cimahi Turun, Harapkan Pemerintah Lakukan Intervensi Pangan
Andri pun berharap pemerintah dan pihak terkait segera mengatasi peredaran beras premium oplosan. Apalagi, beras premium ini dicampur dengan beras Bulog.
“Pabrik besar kan dapat beras untuk oplosan dari Bulog mereka, nggak mungkin beli sedikit. Pasti beli dengan jumlah yang cukup besar, mungkin bisa puluhan ton untuk mengoplosnya,” ujarnya.
Sebagai informasi, Kementan telah melakukan uji sampel terhadap 268 merek beras premium pada 6 sampai 23 Juni 2025. Hasilnya, terdapat 212 beras premium merek tidak sesuai standar mutu. (Reza/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)