Sejarah permen jahe di Indonesia melalui runtutan perjalanan yang begitu panjang. Siapa sangka, camilan tradisional dengan cita rasa manis dan pedas jahe ini berakar dari budaya Tionghoa. Kemudian, camilan tersebut berkembang pesat hingga ke Pasuruan, Jawa Timur.
Baca Juga: Sejarah Sekolah Cina di Indonesia, Hollands Chinese School
Menurut catatan Island of Java karya John Joseph Stockdale, Belanda pernah mengirim 10.000 atau sekitar 5.000 kg produk candied ginger. Produk ini dikirim dari Batavia ke Eropa. Besaran jumlah tersebut menggambarkan bahwa permen jahe asal Indonesia memang begitu populer di mancanegara. Lebih lanjut, berikut kisah perjalanannya.
Sejarah Permen Jahe di Indonesia yang Populer Hingga Mancanegara
Pada dasarnya, permen jahe terkenal memiliki khasiat yang baik untuk menghangatkan tubuh. Camilan tradisional ini telah menjadi bagian dari warisan kuliner khas Nusantara yang cukup populer. Siapa sangka bahwa peminatnya cukup tinggi, bahkan hingga ke berbagai belahan dunia.
Istilah Kata Permen
Produk seperti permen jahe masuk ke dalam kelompok makanan gula-gula. Dalam bahasa Indonesia, gula-gula berarti manisan dari gula. Sementara itu, istilah bahasa Inggris menyebutnya sebagai confectionary dan bonbon dalam bahasa Belanda. Berdasarkan perkembangannya, permen jahe memang tergolong kuno. Hal tersebut bisa terlihat dalam sebuah catatan sejarah.
Banyak yang menduga bahwa istilah permen berasal dari kata peppermint, senyawa aromatik dari daun tanaman adas atau tanaman peppermint. Biasanya, tanaman ini berguna untuk memberikan cita rasa khusus pada makanan. Menariknya, kata permen dikaitkan dengan masyarakat Sunda yang sulit mengucapkan huruf f dan v. Bisa dikatakan, peppermint merupakan plesetan yang sulit diucapkan oleh masyarakat, khususnya suku Jawa.
Lebih lanjut, keberadaan permen di Indonesia tak lepas dari banyaknya pabrik gula yang beroperasi pada masa kolonial. Bahkan, novel populer Pramoedya Anantatoer “Anak Semua Bangsa” pun banyak menceritakan mengenai kisah pabrik gula produksi dari pemerintah kolonial. Tak heran jika komoditi seperti gula merupakan salah satu bahan pokok yang kerap dikirim ke wilayah Eropa.
Sebagai informasi, pabrik gula pertama di Indonesia berdiri di Batavia pada tahun 1700-an. Saat itu, tercatat terdapat 131 penggilingan tebu. Kemudian, hanya dalam beberapa tahun, pabrik gula dan perkebunan sudah banyak tersebar di berbagai daerah Jawa.
Kisah Awal Kepopuleran Permen Jahe
Sejarah permen jahe di Indonesia bermula pada tahun 1935. Saat itu, seorang imigran asal Tionghoa, Njoo Thay Kwee tengah merintis usaha kembang gula di wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Ia menggunakan sepeda pancal untuk menjajakan permen buatannya.
Baca Juga: Korps Prajurit Estri, Pejuang Wanita Bersenjata Tusuk Konde
Permen jahe yang ia buat berasal dari campuran tepung kanji, gula dan air jahe. Hingga akhirnya, usaha kembang gula ini berkembang pesat menjadi Pabrik Kembang Gula Sin A. Produsen permen jahe tersebut terkenal luas hingga ke mancanegara.
Pada tahun 1778 silam, sejarah menunjukkan catatan bahwa permen jahe dari Batavia sudah masuk tahap ekspor ke wilayah Eropa. Tak tanggung-tanggung, produk yang ekspor mencapai 10.000 pon per tahunnya. Kepopuleran permen jahe tersebut tak lepas dari khasiatnya yang bisa menghangatkan tubuh sekaligus meredakan kembung.
Wilayah Ekspor Permen Jahe Semakin Luas
Sejarah permen jahe di Indonesia mengalami perkembangan pesat seiring berkembangnya zaman. Pada era modern, akhirnya PT Sindu Amritha berhasil mengekspor permen jahe ke berbagai negara. Perusahaan ini merupakan pabrik penerus dari Sin A.
Dalam sejarah yang ada, PT Sindu Amritha berhasil mengekspor permen jahe di Indonesia ke negara Hong Kong, Belanda, Australia, Timur Tengah, bahkan hingga ke Amerika Serikat. Kepopuleran permen jahe semakin meningkat tatkala perusahaan menerima penghargaan di Madrid, Spanyol. Penghargaan ini bertajuk“International Commerce Award”.
Sebagai informasi, permen jahe saat itu masih dibuat dengan cara tradisional. Pertama, jahe segar diparut dan dicampurkan dengan bahan gula pasir. Kemudian, adonan tersebut dimasak hingga teksturnya kental.
Lanjut, adonan dibuat menjadi potongan-potongan kecil. Baru setelah itu, dibungkus satu per satu menggunakan cara manual. Nah, proses tradisional ini yang akhirnya bisa menjaga cita rasa otentik sekaligus kualitas dari permen jahe yang dibuat.
Baca Juga: Aliran Kebatinan Sapta Darma, Penghayat Kepercayaan di Jawa Timur
Sejarah permen jahe di Indonesia membawa perjalanan yang begitu panjang. Bahkan, sejarah camilan jahe ini telah terpilih sebagai salah satu permen khas di Indonesia yang tak kalah terkenal dengan Nougat asal Prancis. Bahkan, banyak pula yang menyandingkannya dengan permen populer asal Jerman, Gummy Bear. (R10/HR-Online)

2 days ago
15

















































