harapanrakyat.com,- Geliat ekonomi mulai terasa di pesisir Batuhiu, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran. Bisnis fillet ikan yang dikelola Rangga, penggiat muda Mutiara Laut Sejahtera, menjadi nafas baru bagi para nelayan setempat. Mereka sebelumnya sering kesulitan menjual hasil tangkapan berukuran besar.
Rangga menjelaskan bahwa bisnis ini tidak lahir dari coba-coba, melainkan dari perhitungan matang. Ia menyebut tiga pondasi utama yang menopang usahanya kini mapan di pesisir Parigi. “Pondasi ini meliputi ketersediaan bahan baku ikan laut, potensi pasar, dan kemampuan menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitar,” kata Rangga, Jumat (12/12/25).
Ia menambahkan, usahanya itu menyulap ikan tongkol GT dan cabuk (gogokan) – saudara dekat ikan kakap – menjadi fillet siap masak yang bernilai jual tinggi.
Ia mengaku menjalankan proses produksi secara rapi, mulai dari menguliti, membersihkan, membuang duri, hingga menjamin produk tersebut aman dikonsumsi anak-anak penerima manfaat MBG. Sementara itu, produk fillet dari Pangandaran ini telah tersebar ke berbagai daerah, termasuk Ciamis, Tasikmalaya, Banjar, sampai Cianjur.
Perjalanan Bisnis Fillet Ikan Rangga
Rangga mengakui perjalanan bisnis ini tidak selalu mulus. Tantangan terbesar, katanya, muncul dari fluktuasi permintaan pasar. Ia mengeluhkan bahwa program makan bergizi gratis (MBG) belum memiliki target mingguan atau bulanan yang pasti, sehingga pesanan sering datang secara mendadak.
Baca juga: Mengungkap Jejak Sejarah Kuno Pangandaran Tahun 1724 dan Pembukaan Kawasan di Awal Abad ke-20
Situasi mendadak itu memaksa manajemen Mutiara Laut memainkan strategi stok yang cermat. Mereka harus menghindari kerugian saat permintaan anjlok mendadak, atau justru memastikan ketersediaan saat permintaan seketika meledak. “Paling penting adalah selalu memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen dan memastikan produk yang layak untuk dikonsumsi,” katanya.
Sebagai koperasi perikanan, Mutiara Laut Sejahtera tidak hanya fokus mengolah hasil laut, tetapi juga memayungi para nelayan di Batuhiu dan Parigi.
Kehadiran koperasi ini menjadi kabar baik. Sebelumnya, para nelayan sering kebingungan ketika harus menjual tongkol GT berukuran jumbo, terutama yang bobotnya tembus 10 kilogram lebih. Apalagi saat itu harga ikan kerap anjlok. Mereka bahkan terpaksa melepas hasil laut dengan harga murah demi menutup biaya untuk melaut. Namun kini keadaan sudah jauh berbeda. Para nelayan sudah mendapatkan kepastian karena memiliki pembeli tetap.
Rangga menuturkan, nelayan tahu jelas harus menjual hasil tangkapan mereka ke mana. Mereka kini lebih fokus mengambil komoditi spesifik dengan harapan hidup yang lebih layak, sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan nelayan Pangandaran.
Dari sisi produksi, sambungnya, kapasitas usaha ini terbilang besar. Bahkan, pihaknya berhasil memasarkan sekitar 3 ton fillet ikan setiap bulannya.
Dari tujuh orang karyawan yang bekerja sejak pagi sampai petang, mereka bekerja memastikan setiap potong daging yang keluar dari ruang produksi tetap segar dan memenuhi standar kualitas.
“Alhamdulillah usaha yang saya rintis dari ruang pengolahan sederhana di Batuhiu ini kini telah berubah menjadi sumber harapan baru. Selain mengubah ikan menjadi produk yang bernilai tambah, bisnis ini juga membuka jalan bagi para nelayan Pangandaran untuk meraih kehidupan yang lebih stabil dan sejahtera,” pungkasnya. (Madlani/R6/HR-Online)

13 hours ago
6

















































