Tanam Pohon Langka, SOMASI Kabupaten Bandung Bergerak Lakukan Konservasi

15 hours ago 8

harapanrakyat.com – Menjadi bagian peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) 2025, Solidaritas Masyarakat Konservasi (Somasi) Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terus menunjukkan komitmennya. Kali ini, sasaran penanaman pohon berlokasi di kawasan Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu.

Baca Juga : Perkumpulan Inisiatif Dorong Gubernur Jawa Barat Keluarkan Kebijakan Program Energi Baru Terbarukan

Dalam upaya konservasi lahan hutan ini, Somasi Kabupaten Bandung menjalin kolaborasi bersama lintas lembaga. Di antaranya PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung, Perhutani, dan PT Palawi.

Sebagai informasi, Somasi Kabupaten Bandung merupakan sebuah wadah gabungan yang terdiri dari gabungan organisasi profesi jurnalis dan komunitas. Organisasi profesi jurnalis yang tergabung ke dalam wadah ini yakni PWI dan SMSI Kabupaten Bandung. Sedangkan dari unsur komunitas, terdiri dari Yayasan Panata Giri Raharja yang konsen terhadap isu lingkungan dan Jamparing Institute.

Kawasan Gambung proyeksinya akan menjadi living laboratory di Kabupaten Bandung. Di kawasan ini sudah tertanami 225 jenis pohon langka dan endemik.

Pegiat lingkungan Eyang Memet menegaskan, hutan bukan sekadar objek konservasi, tetapi sumber inspirasi yang harus terawat secara nyata.

“Penanaman pohon ini untuk memperkuat langkah menjaga keberlanjutan pelestarian lingkungan di Kabupaten Bandung. Di penghujung tahun, kita kembali mengingatkan bahwa merawat alam adalah kewajiban spiritual dan moral,” ujarnya, Selasa (2/12/2025).

Eyang Memet menambahkan, semangat pembentukan Somasi Kabupaten Bandung ini sebagai wadah komitmen bersama menjaga konservasi.

“Saya mulai dari hobi menanam, dan kini sudah ada 225 jenis pohon tertanam. Target saya menambah 100 jenis pohon setiap tahun. Ini area milik kita bersama. Dalam ajaran Sunda hirup kahareup, gumantung kana melak ayeuna,” katanya.

Alasan Upaya Konservasi Kawasan Hutan di Kabupaten Bandung tak Berjalan Optimal

Ia juga menyoroti dualisme kewenangan di kawasan hutan akibat regulasi,  kerap membuat upaya pelestarian lingkungan di Kabupaten Bandung tidak berjalan optimal. “Sering kali hanya minoritas yang peduli terhadap alam. Tapi melalui Somasi Kabupaten Bandung ini, kami ingin gerakan ini memperkuat semangat pelestarian lingkungan,” ujarnya.

Baca Juga : KDM Bakal Setop Izin Industri Berisiko Lingkungan di Jabar, Tegaskan Investasi Harus Ramah Alam

Ketua PWI Kabupaten Bandung, Enung D. Susana, mengatakan, PWI tergerak untuk terlibat karena kondisi lingkungan di Bandung Selatan semakin mengkhawatirkan.

“Ini bentuk nyata kepedulian kami. Meski gerakan ini merupakan gerakan mandiri, PWI berkomitmen terus menanam, merawat, dan mengawasi perkembangan pohon-pohon yang kami tanam,” tuturnya.

Perhutani dan Palawi melalui Jaka Isma Wijaya mengapresiasi kegiatan ini. Ia menegaskan, upaya konservasi lingkungan hutan khususnya di Kabupaten Bandung, tidak bisa dibebankan kepada satu institusi.

Demikian halnya juga dengan PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung yang juga menegaskan dukungan penuh terhadap upaya konservasi lahan hutan ini. Sebagai pemanfaat sumber air, PDAM menyebut penanaman pohon merupakan instrumen penting menjaga keberlanjutan pasokan air bersih bagi masyarakat.

Soroti Komitmen Pemkab Bandung

Sementara itu, Direktur Jamparing Institute sekaligus pengamat kebijakan publik, Dadang Risdal Aziz, menyampaikan apresiasi sekaligus kritik keras terhadap pemerintah daerah. Ia mempertanyakan komitmen Pemkab Bandung dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca Juga : Geliat Program Gerakan Juna, Dinas Kehutanan Jabar Tanam Ratusan Pohon di Pamarican Ciamis

“Gerakan masyarakat seperti ini seharusnya menjadi alarm bagi Pemkab Bandung. Sepanjang tahun 2025, tidak ada satupun program reboisasi besar dari. Padahal ancaman longsor, banjir, dan kekeringan semakin nyata di Kabupaten Bandung,” ungkapnya.

“Masyarakat bergerak, lembaga bergerak, aktivis bergerak. Tapi pemerintah justru tidak terlihat mengambil inisiatif. Ini ironi. Ke depan, Pemkab Bandung harus hadir dengan kebijakan yang konkret, bukan hanya wacana,” ujar Risdal menambahkan.

Risdal menegaskan, tanpa intervensi pemerintah, tantangan konservasi lahan hutan di Kabupaten Bandung akan terus berjalan sporadis. Bahkan, lanjut ia, persoalan ekologis pun akan semakin kompleks.

“Jika pemerintah terus berdiam diri, persoalan ekologis yang kompleks tak akan pernah terjawab,” ucap Risdal. (Ecep/HR Online/R13)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |