Sejarah Kesenian Bangreng Sumedang cukup populer di tengah-tengah masyarakat Sunda. Bangreng adalah seni rakyat yang khas di daerah Sunda, khususnya di Kabupaten Sumedang. Kesenian ini muncul dari kombinasi antara seni Terbang (alat musik perkusi jenis rebana) dengan Ronggeng (wanita penari dan penyanyi) sehingga menghasilkan pertunjukan yang istimewa sekaligus memiliki makna mendalam.
Baca Juga: Jejak dan Asal Usul Leles Garut yang Pernah Jadi Daerah Vital di Zaman Belanda
Intip Sejarah Kesenian Bangreng Sumedang
Kehadiran Suku Sunda menjadikan budaya Jawa Barat cukup unik daripada daerah lainnya di Pulau Jawa. Parahyangan atau Priangan, sebagai pusat budaya Sunda, merupakan tempat kelahiran banyaknya seni, termasuk berbagai tarian.
Banyak orang mungkin belum mengenal seni yang satu ini. Bangreng adalah seni yang unik karena menggabungkan antara tarian dan musik dengan nuansa magis di dalamnya. Hal ini membuat Bangreng digemari oleh banyak kalangan, mulai dari orang tua hingga anak-anak.
Pertama kali, sejarah Kesenian Bangreng Sumedang tercipta pada abad ke-15 sebagai cara untuk menyebarkan agama Islam oleh utusan Sunan Gunung Jati. Alat Terbang yang digunakan konon terbuat dari sisa kayu pembangunan masjid. Sementara itu, kata “Terbang” terpilih menjadi pengingat untuk menjalankan sholat 5 waktu. Seiring dengan berjalannya waktu, seni Terbang berkembang menjadi Gembyung pada abad ke-17.
Eyang Wangsakusumah, seorang utusan Sunan Gunung Jati, menyampaikan bahwa kata Terbang yang terdiri dari 7 huruf, melambangkan 7 hari dalam seminggu (Senin hingga Minggu). Ini juga bertujuan untuk mengingatkan umat muslim tentang kewajiban melaksanakan sholat 5 waktu.
Baca Juga: Intip Sejarah Keraton Kaprabonan Cirebon
Ciri Khas dan Penetapan sebagai Warisan Budaya
Ciri khas sejarah Kesenian Bangreng Sumedang terlihat dalam cara penyajiannya. Permulaannya dengan lantunan sholawat, kemudian diikuti tarian dan musik. Lalu, seni berakhir kembali dengan sholawat.
Struktur tersebut mampu menunjukkan bahwa meskipun bersifat hiburan, seni Bangreng tetap memiliki nilai-nilai religi. Kini, Bangreng bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memainkan peran penting dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan, ruwatan dan khitanan. Selain menjadi tontonan seni, Bangreng juga mempererat kebersamaan serta nilai-nilai gotong royong dalam masyarakat.
Sebagai bentuk pengakuan, pada tahun 2020 lalu, Seni Bangreng ini ditetapkan jadi Warisan Budaya Tak Benda oleh Dinas Pariwisata serta Kebudayaan Jawa Barat. Penetapan ini menegaskan bahwa kedudukan Bangreng sebagai salah satu ikon budaya Sumedang yang harus masyarakat lestarikan.
Keunikan Kesenian Bangreng
Salah satu hal yang membuat sejarah Kesenian Bangreng Sumedang memiliki nilai unik adalah seringnya penonton mengalami kesurupan saat melihat pertunjukan ini. Hal tersebut menjadi alasan mengapa kesenian Bangreng banyak disukai oleh berbagai kalangan. Alat musik yang biasa dipakai dalam pertunjukan ini meliputi gong, kecapi, dan instrumen tradisional Jawa Barat lainnya.
Dalam sebuah hiburan, Bangreng juga pada awalnya merupakan bentuk ritual bagi masyarakat zaman dahulu. Nama Bangreng memiliki dua suku kata, yaitu “bang” dan “reng”, yang merupakan singkatan dari “tebang” sekaligus “ronggeng”.
Seperti pada penjelasan sebelumnya, Terbang merujuk pada alat musik yang berbunyi dan terbuat dari kayu. Alat ini berbentuk bulat berlapis kulit, mirip seperti gendang Jawa Barat. Sementara ronggeng berarti orang yang menyanyikan lagu-lagu, menari, serta melayani para penari pria.
Grup Kesenian Bangreng yang Terkenal
Berikut adalah beberapa grup kesenian Bangreng yang populer di Sumedang.
1. Grup Sari Endah
Sebuah grup ini berlokasi di Desa Conggeang, Kecamatan Bojongloa (Sumedang). Mereka terkenal sebagai pemain musik Tanji, sebuah jenis musik pentatonik yang menjadi bagian penting dalam pertunjukan Bangreng. Tujuan utamanya adalah melestarikan struktur musik Tanji dan memiliki dua lagu yang selalu mereka nyanyikan ketika pentas.
2. Grup di Desa Cibeureum, Kecamatan Cimalaka
Dalam sejarah Kesenian Bangreng Sumedang, grup ini telah berkembang sejak tahun 1970-1990. Grup tersebut merupakan yang pertama menggabungkan seni pencak silat, musik Terbang (rebana) dan elemen ronggeng. Ini mampu menciptakan bentuk Bangreng unik untuk desa.
3. Grup Seni Bangreng di Berbagai Kecamatan
Berdasarkan informasi, seni Bangreng dulu berkembang luas di beberapa daerah Sumedang. Termasuk Tanjungkerta yang merupakan tempat asal seni ini, serta Cimalaka, Paseh, Situraja, Darmaraja, Buahdua, hingga Wado. Grup-grup tersebut biasanya tampil dalam acara hajatan, ruwatan, atau upacara adat di wilayah sekitarnya.
Baca Juga: Menilik Sejarah Gedong Dalapan Cikabuyutan Kota Banjar
Dalam sejarah Kesenian Bangreng Sumedang, saat ini seni tersebut masih masyarakat lestarikan untuk berbagai acara. Mereka bahkan menjadikan sejarah Kesenian Bangreng di Sumedang sebagai pembelajaran sekaligus hiburan dalam perayaan lokal, terutama di Tanjungkerta dan daerah sekitarnya. (R10/HR-Online)

9 hours ago
5

















































