Pemicu Kredit Nganggur di Bank dan Dampaknya bagi Pergerakan Ekonomi

2 hours ago 4

Pemicu kredit nganggur di bank terlihat jelas dari masih besarnya kredit yang sudah mendapat persetujuan tetapi belum cair hingga akhir 2025 ini. Kondisi tersebut menunjukkan adanya jarak antara kesiapan perbankan dan minat penarikan kredit oleh debitur. Fenomena tersebut menjadi perhatian karena berpengaruh langsung pada laju pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Cara Beli Saham BCA secara Offline dan Online

Data otoritas moneter menunjukkan bahwa likuiditas perbankan sebenarnya longgar. Namun, realisasi kredit belum sepenuhnya optimal. Situasi semacam ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku usaha dan rumah tangga.

Pemicu Kredit Nganggur di Bank Masih Tinggi di Akhir 2025

Faktor yang mendorong kredit nganggur di bank dari sisi dunia usaha dipengaruhi oleh sikap wait and see terhadap prospek ekonomi. Tidak sedikit pelaku usaha menunda penarikan kredit meskipun plafon pembiayaan telah mendapatkan ACC atau persetujuan. Pengambilan keputusan ini bertujuan untuk meminimalkan risiko ekspansi di tengah ketidakpastian.

Hingga November 2025 lalu, Bank Indonesia mencatat nilai undisbursed loan mencapai Rp 2.509,4 triliun. Angka tersebut setara dengan 23,18 persen dari total plafon kredit perbankan nasional. Data ini menunjukkan bahwa ruang pembiayaan tersedia, tetapi pemanfaatannya belum maksimal.

Sebagian pelaku usaha memilih menggunakan dana internal. Strategi ini dianggap lebih aman dibanding menambah kewajiban kredit dalam kondisi pasar yang belum sepenuhnya stabil.

Biaya Kredit dan Persepsi Suku Bunga

Pemicu kredit nganggur di bank juga berkaitan dengan persepsi terhadap suku bunga kredit. Sepanjang 2025, ada penurunan suku bunga acuan sebesar 125 basis poin hingga berada di level 4,75 persen. Namun, penurunan ini belum sepenuhnya diikuti oleh suku bunga kredit perbankan.

Baca Juga: Tren Luxury Travel Meningkat Signifikan di Kalangan Wisatawan Indonesia

Bank Indonesia mencatat suku bunga kredit hanya turun sekitar 24 basis poin, dari 9,20 persen di awal 2025 menjadi 8,96 persen pada November 2025. Penurunan yang relatif lambat ini membuat sebagian debitur menilai biaya pinjaman masih cukup tinggi. Akibatnya, keputusan penarikan kredit kembali tertunda.

Di sisi lain, suku bunga deposito satu bulan turun lebih dalam. Dari 67 basis poin dari 4,81 persen menjadi 4,14 persen. Kondisi ini menunjukkan transmisi kebijakan moneter lebih cepat terjadi di sisi dana daripada kredit.

Permintaan Rumah Tangga Masih Tertahan

Pemicu kredit nganggur di bank tidak hanya berasal dari sektor korporasi, tetapi juga dari rumah tangga. Permintaan kredit konsumsi masih tumbuh terbatas karena ekspektasi pendapatan yang belum sepenuhnya kuat. Keputusan berutang sangat bergantung pada keyakinan ekonomi ke depan.

Pertumbuhan kredit perbankan nasional pada November 2025 tercatat sebesar 7,9 persen secara tahunan. Angka ini meningkat dari bulan Oktober 2025 yang tumbuh 7 persen, namun masih lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,79 persen. Data tersebut menegaskan bahwa permintaan kredit belum kembali agresif.

Meski konsumsi rumah tangga masih tumbuh positif, dorongan kredit belum maksimal. Rumah tangga cenderung menahan keputusan pembiayaan jangka panjang.

Peluang Serapan Kredit ke Depan

Penyebab kredit nganggur di bank juga dapat dilihat sebagai potensi pertumbuhan ke depan. Jika kondisi ekonomi membaik dan kepercayaan meningkat, kredit yang belum cair berpeluang segera terserap. Hal ini dapat memberikan dorongan signifikan bagi sektor riil.

Indikator ekonomi menunjukkan sinyal positif. PMI Manufaktur Indonesia pada November 2025 berada di level 53,50, meningkat dari 51,20 pada Oktober 2025. Kenaikan tersebut menandakan ekspansi aktivitas produksi. Selain itu, Indeks Keyakinan Konsumen tercatat 124,03, naik dari 121,22 pada bulan sebelumnya.

Melalui dukungan stabilitas kebijakan dan perbaikan sentimen, penarikan kredit berpotensi meningkat. Pada akhirnya, bisa menekan faktor yang menyebabkan kredit nganggur di bank. Sehingga fungsi intermediasi perbankan kembali berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Baca Juga: OJK Perkuat Strategi Pengawasan Aset Kripto demi Keamanan Investor

Pemicu kredit nganggur di bank menunjukkan bahwa persoalan utama penyaluran kredit saat ini bukan pada ketersediaan dana, melainkan pada kepercayaan dan kesiapan debitur. Selama pelaku usaha dan rumah tangga masih bersikap hati-hati, kredit yang tersedia berpotensi tetap tertahan. Oleh karena itu, penguatan keyakinan ekonomi menjadi kunci agar bisa meminimalisir hal-hal yang memicu kredit nganggur di bank dan pembiayaan kembali mengalir ke sektor produktif. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |