Sejarah Kerajaan Jailolo Salah Satu Kesultanan di Maluku Utara

2 weeks ago 235

Sejarah Kerajaan Jailolo merupakan salah satu kesultanan yang pernah berkuasa di Kepulauan Maluku. Kerajaan ini berdiri atas Persekutuan Moti yang diusulkan oleh Sultan Sida Arif Malamo.

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Sawitto, Sulawesi Selatan

Dalam sejarahnya, Jailolo menjadi satu satunya kesultanan di Maluku Utara yang memiliki pusat pemerintahan di Pulau Halmahera. Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-13 Masehi dan mengalami keruntuhan pada abad ke 17-Masehi. 

Sejarah Kerajaan Jailolo hingga Masa Keruntuhannya

Secara adat, Kesultanan Jailolo kembali berdiri pada tahun 1998. Hal tersebut bersamaan dengan terbentuknya komunitas adat Moloku Kie Raha. Selama tahun 2002 hingga 2017, telah terpilih empat keturunan dari Kesultanan Jailolo sebagai pemimpinnya.

Napak Tilas Kekuasaan Islam di Kerajaan Jailolo

Kerajaan Jailolo menjadi salah satu pusat perkembangan kekuasaan Islam pertama di Maluku Utara. Agama Islam hadir setelah Kerajaan Jailolo menjalin kerjasama perdagangan dengan para saudagar dari Pulau Jawa. 

Masyarakat Jailolo mulai memeluk agama Islam setelah Sultan Zainal Abidin kembali dari Kedatuan Giri dan mulai berdakwah di Kepulauan Maluku. Saat itu, agama Islam semakin berkembang. Hal tersebut tak lepas dari Selat Malaka yang menjadi jalur penghubung secara langsung, antara para saudagar dari Arab dengan wilayah Indonesia Timur.

Setelah Islam masuk dalam kehidupan sosial dan politik, masyarakat Jailolo mulai meninggalkan pemikiran primitif. Kemudian, sejarah kerajaan Jailolo menjalankan syariat Islam dengan mengandalkan Al-Qur’an dan nasihat para leluhur. Saat itu, kehidupan masyarakat diatur sepenuhnya oleh Adat Se Atorang.

Masing-masing kesultanan memiliki tugas penting yang tertuang dalam persekutuan Moti. Urusan tarekat menjadi tanggung jawab Kesultanan Tidore. Sementara Kesultanan Ternate bertanggung jawab dalam urusan syariat. 

Kemudian, urusan hakikat menjadi tanggung jawab Kesultanan Bacan. Terakhir, Kesultanan Jailolo bertanggung jawab atas urusan makrifat. 

Pada masa itu, pembangunan masjid cukup pesat atas perkembangan tarekat yang cukup baik. Tarekat yang berkembang meliputi  Alawiyah, Qadiriyah, dan Naqsabandiyah. Meskipun beribadah di masjid yang terpisah, masing-masing tarekat hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati. 

Wilayah Kekuasaan dan Perdagangan

Kerajaan Jailolo menjalankan pemerintahan atas dasar Persekutuan Moti. Persekutuan ini berlangsung tahun 1322 yang merupakan perjanjian dari para sultan dan kolano di Maluku untuk meredakan konflik dan menciptakan stabilitas. 

Sebagai informasi, berbagai wilayah di Halmahera, Maluku, Raja Ampat hingga Kepulauan Sula terbagi menjadi beberapa kesultanan. Di antaranya Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo yang menguasai wilayah teluk. 

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Huamual, Kekuasaan di Jazirah Seram Barat

Pada abad ke-15, sejarah Kerajaan Jailolo menjadi salah satu pusat perdagangan cengkeh di Pulau Halmahera. Kerajaan ini menghasilkan banyak rempah-rempah, sehingga menjadi tempat persinggahan bagi para pedagang asing. 

Beberapa pedagang yang sempat singgah di Kesultanan Jailolo mencakup Arab, Eropa, Gujarat, Cina, Melayu, Jawa, dan Makassar. Keberhasilan di sektor perdagangan, menjadikan Kerajaan Jailolo sebagai pusat bandar-bandar dagang di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera.

Masa Keruntuhan

Pada tahun 1359, Kerajaan Ternate menyerang Kesultanan Jailolo atas perintah dari Gapi Malamo. Serangan kembali terjadi pada tahun 1380 oleh Komala Pulu.

Selanjutnya, pada tahun 1524 dan 1527 muncul serangan dari Taruwese yang menjadikan wilayah kekuasaan dari Kesultanan Jailolo menjadi berkurang. Kendati demikian, Sultan Katarabumi berhasil merebut kembali wilayah kekuasaan atas bantuan dari Portugis. 

Sebagai bentuk perluasan wilayah, sejarah Kerajaan Jailolo kemudian menyerang Kesultanan Moro dengan bantuan Sultan Deyalo. Bantuan tersebut diperoleh setelah Deyalo berhenti menjadi sultan di Kerajaan Ternate.

Pada tahun 1551, Ternate mendapatkan bantuan dari Portugis untuk menyerang Kerajaan Jailolo. Akibatnya, sebagian wilayah kekuasaan kerajaan menjadi milik Kesultanan Ternate. Wilayah kekuasaan kemudian terisi oleh Suku Ternate, sehingga masyarakat Jailolo khususnya Suku Wayoli harus pindah ke daerah lain. 

Pada tahun 1620, Kesultanan Ternate mendapatkan bantuan dari Belanda untuk kembali menyerang Kerajaan Jailolo. Akibatnya, kekuasaan Kerajaan Jailolo berakhir sepenuhnya.

Saat itu, Kaicil Alam menjadi sultan terakhir dari Kerajaan Jailolo. Ia menikah dengan saudari Sultan Sibori, kemudian menjabat sebagai perwakilan Kesultanan Ternate. Setelah Kaicil Alam wafat, Kerajaan Jailolo menjadi wilayah kekuasaan dari Kesultanan Ternate sepenuhnya. 

Baca Juga: Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama Nusantara

Sejarah Kerajaan Jailolo salah satu kesultanan bersejarah yang pernah memegang kekuasaan di wilayah Kepulauan Maluku. Kesultanan ini mengalami keruntuhan setelah menghadapi serangan bertubi-tubi dari Kerajaan Ternate yang bersekutu dengan kekuatan asing. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |