Adab Membangunkan Sahur Sesuai Anjuran Islam

22 hours ago 6

Ketika bulan Ramadhan, ada sejumlah tradisi yang banyak masyarakat Muslim lakukan, termasuk di Indonesia sendiri. Salah satu tradisi yang melekat ketika bulan Ramadhan adalah membangunkan sahur. Akan tetapi, bagaimana adab membangunkan sahur sesuai ajaran agama Islam?

Baca Juga: Adab Bercanda dalam Islam Penting Diperhatikan, Jangan Berlebihan

Tradisi dan Adab Membangunkan Sahur

Di era modern, tradisi membangunkan sahur di kalangan bangsa Arab memiliki kemiripan dengan yang dilakukan di Indonesia. Seperti penjelasan dalam Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah, masyarakat di kota tersebut membentuk kelompok-kelompok khusus yang bertugas membangunkan warga untuk sahur.

Mereka melakukannya dengan berkeliling dari satu kampung ke kampung lain sambil membawa lentera khas Arab, yakni fanus, serta menabuh gendang yang bernama duf al-bazah dengan irama tertentu. Selain itu, mereka juga sering meneriakkan yel-yel untuk menciptakan suasana yang lebih semarak.

Sementara itu, pada masa Rasulullah SAW, tradisi membangunkan sahur lebih terstruktur. Saat itu, suara azan dijadikan penanda dimulainya waktu santap sahur. Rasulullah SAW menugaskan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan sebagai pengingat bagi umat Islam agar bersiap menjalankan ibadah puasa.

Sementara itu, Rasulullah SAW menugaskan Abdullah bin Ummi Maktum untuk mengumandangkan azan sebagai tanda masuknya waktu Subuh dan berakhirnya waktu sahur. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan pada malam hari. Maka makan dan minumlah kalian hingga terdengar azan dari Ibnu Ummi Maktum.”

Membangunkan Sahur yang Benar

Ketua Tanfidziyah PBNU, Gus Ahmad Fahrurrozi, menyatakan bahwa tradisi membangunkan sahur merupakan niat baik yang sebaiknya kita lakukan dengan cara yang santun agar bernilai pahala. Namun, dalam menjalankannya, penting untuk mempertimbangkan kondisi masyarakat sekitar agar tidak menimbulkan gangguan.

Masyarakat perlu melaksanakan tradisi ini dengan penuh kesadaran dan kelembutan. Jika kita lakukan dengan cara yang kasar atau mengganggu kenyamanan, justru bisa menimbulkan dosa. 

Misalnya, jika ada orang yang sedang sakit, bayi yang tidur, atau berada di lingkungan non-Muslim, maka hal ini harus kita perhatikan agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan. Ustaz Wahyul Afif Al-Ghofiqi juga menekankan pentingnya adab membangunkan sahur. 

Menurutnya, mengajak orang lain untuk sahur merupakan amal kebaikan yang dapat mendatangkan pahala, tetapi harus dilakukan dengan bijaksana. Jangan sampai mengganggu privasi atau membuat suasana menjadi berisik. Oleh karena itu, cara yang digunakan sebaiknya tidak berlebihan, tetap menjaga kesopanan, dan bisa disertai dengan bacaan shalawat atau kata-kata yang lembut.

Baca Juga: Cara Duduk Makan Rasulullah, Adab yang Baik dan Sopan

Membangunkan Menggunakan Toa Masjid

Selain berkeliling, orang juga biasanya memanfaatkan pengeras suara atau toa sebagai alat untuk membangunkan sahur.

Akan tetapi, rupanya Pelaksana Subdirektorat Kemasjidan Fakhry Affan mengungkap bahwa sejak tahun 1978, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama sudah mengeluarkan tuntunan penggunaan pengeras suara di masjid maupun mushola. Instruksi ini tertuang pada KEP/D/101/1978, tentang Tuntunan Pengeras Suara di Masjid, Langgar dan juga Mushala.

Dalam hal ini, takmir masjid harus tegas mengatur penggunaan alat tersebut. Seperti untuk membangunkan sahur di waktu masuk sahur sampai imsak. Durasinya juga cukup satu menit dengan suara dan cara yang baik.

Membangunkan Sahur Sesuai Sunnah Nabi Muhammad SAW

Sebagaimana ulasan sebelumnya, adab membangunkan sahur di zaman Nabi tidak melakukannya dengan cara berteriak atau menabuh kentongan. Saat itu, yang masyarakatnya lakukan adalah dengan adzan awal. Ya, di zaman Nabi ada dua adzan di waktu pagi.

Pertama adalah adzan sebelum terbitnya fajar shodiq oleh Bilal bin Rabah dan kedua adalah adzan Subuh setelah terbit fajar Subuh oleh sahabat Abdullah bin Ummi Maktum. Jarak antara adzan Bilal dan Ibnu Ummi Maktum tidak terlalu jauh.

Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa:

“Sesungguhnya Bilal melakukan adzan di malam hari untuk membangunkan orang yang tidur. Di antara kalian dan orang yang Tahajud bisa kembali istirahat untuk persiapan Subuh,” (HR Nasai 2170).

“Jangan sampai adzan Bilal yang membuat kalian untuk menghentikan makan sahurnya,” (HR Bukhari 7247).

“Sesungguhnya, Bilal melakukan adzan di malam hari sebelum Subuh makan dan minumlah kalian sampai Ibnu Ummu Maktum adzan,” (HR Muslim 1092).

Itulah cara yang membangunkan orang makan sahur sesuai dengan Sunnah, yaitu dengan azan dua kali. 

Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan kalau tidak ada hadits khusus yang membahas mengenai hadits yang berisi anjuran untuk makan sahur.

“Sahurlah kalian karena pada saat sahur ada banyak keberkahan. Jadi, kalau membangunkan makan sahur itu sama saja membangunkan shalat malam dan itu sunnah bagian dari ibadah insya Allah,” ucap Ustadz Khalid Basalamah.

Baca Juga: Adab Berbelanja dalam Islam, Hindari Boros Raih Keberkahan

Nah, itu tadi pembahasan adab membangunkan sahur sesuai anjuran agama Islam. Dapat dipastikan bahwa membangunkan orang untuk sahur harus sopan dan tidak mengganggu pihak manapun. Semoga bermanfaat! (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |