Konglomerat Prajogo Pangestu membuat kejutan besar karena tindakannya memborong saham Barito Pacific (BRPT). Sang komisaris utama tersebut berhasil menyerap 11 juta saham perseroan dengan harga Rp790,09/saham pada 28 Februari 2025, atau senilai sekitar Rp8,69 miliar secara menyeluruh.
Dengan transaksi tersebut, saham Prajogo di BRPT mengalami peningkatan drastis dari 66,89 miliar saham (71,35%) menjadi 66,90 miliar saham (71,36%) dari total saham yang beredar.
Baca Juga: Melihat Prospek Saham Bank Himbara Bagi Para Investor dan Waktu yang Tepat Memulainya
Untuk mengetahui alasan mengapa konglomerat tersebut melakukan proses transaksi saham secara besar-besaran ini, simak jawaban selengkapnya dalam artikel berikut!
Saham Barito Pacific dan Profil Perusahaannya
PT Barito Pacific Tbk merupakan sebuah perusahaan petrokimia dan energi yang memiliki kantor pusat di Jakarta. Perusahaan ini berbisnis melalui dua anak usahanya yaitu, Chandra Asri Pacific dan Barito Renewables Energy.
Dalam catatan sejarahnya, perusahaan tersebut berdiri pada April 1979 oleh Prajogo Pangestu dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan yang bergerak di bidang bisnis kayu. Seiring perkembangannya, perusahaan tersebut berhasil berkembang dan menguasai Hak Pengusahaan Hutan (HPH) seluas 5 juta hektar di berbagai daerah.
Kegiatan bisnis perusahaan terbagi dalam empat segmen, yakni petrokimia, pembuatan produk dari kayu, properti, dan perkebunan. Melalui anak perusahaannya, perusahaan tersebut memproduksi minyak bumi, etilen, propilen, C4 Mentah, dan Gas Pirolisis (Pyrolysis Gasoline/Py-gas).
Selain itu, bisnisnya juga bergerak dalam bidang pembalakan dan pengolahan kayu gelondongan, memproduksi produk-produk kayu serta mengembangkan dan mengelola gedung-gedung pencakar langit.
Sejarah Masuk Ke Bursa Efek Indonesia
Sejarah saham Barito Pacific bermula pada tahun 1993 kala memasuki Bursa Efek Indonesia. Tiga tahun kemudian, perusahaan ini berubah menjadi PT Barito Pacific Timber Tbk. Akibat krisis keuangan Asia 1997, membuat industri perkayuan tidak menentu, sehingga perusahaan ini memutuskan untuk menghentikan produksinya dan beralih ke bisnis lain.
Pada tahun 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% saham Chandra Asri yang saat itu merupakan satu-satunya produsen olefin di Indonesia. Setahun kemudian, perusahaan tersebut juga mengakuisisi Tri Polyta Indonesia, sebuah produsen polipropilen.
Pada tahun 2011, Barito Pacific resmi memegang 30% saham Chandra Asri Petrochemical. Kemudian, pada bulan Maret 2017, bersama Indonesia Power, perusahaan tersebut mendirikan Indo Raya Tenaga untuk membangun PLTU Jawa-9 dan PLTU Jawa-10 di Banten. Pada tahun 2022, perusahaan ini mengalihkan mayoritas saham Star Energy Geothermal ke Barito Renewables Energy. Hingga kini, perusahaan ini memiliki total 16 anak usaha.
Alasan Prajogo Pangestu Memborong Saham
Manajemen BRPT menyebutkan bahwa alasan Prajogo Pangestu melakukan transaksi saham Barito Pacific adalah untuk tujuan investasi. Pengusaha kelas kakap tersebut merupakan pemegang saham utama dan pengendali BRPT. Selain dirinya, kepemilikan saham BRPT juga tersebar di kalangan investor publik yang menguasai 28,64% saham lainnya.
Baca Juga: Saham BUMN Melemah, Kok Bisa? Begini Kata Rosan Roeslani
Langkah investasi ini semakin memperkuat posisi Prajogo sebagai pemegang saham mayoritas BRPT. Sebagai informasi, Barito Pacific merupakan perusahaan yang bergerak di sektor energi dan petrokimia. BRPT mempunyai bisnis utama di industri petrokimia melalui kepemilikannya di Chandra Asri Petrochemical, serta bisnis energi dan infrastruktur.
Saham BRPT tercatat di Papan Pertama Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor industri tersebut. Menurut data perdagangan BEI, saham Barito Pacific sempat mengalami pergerakan positif usai pengumuman transaksi Prajogo tersebut.
Harga Saham yang Miring Menjadi Faktor Utama Pembelian
Pembelian saham Barito Pacific terjadi dengan harga pelaksanaan Rp790,09 per helai. Menyusul skema harga miring tersebut, pengendali saham, cukup hanya merogoh dana taktis Rp8,69 miliar. Sebuah nominal angka yang terbilang kecil untuk ukuran orang terkaya di Indonesia tersebut.
Dengan selesainya transaksi itu, koleksi saham Barito Pacific dalam genggaman Projogo Pangestu semakin meningkat. Tepatnya, menjadi 66,89 miliar saham perseroan setara dengan porsi kepemilikan 71,36 persen.
Hal tersebut mengalami lonjakan sekitar 0,01 persen dari keadaan sebelum transaksi dengan koleksi 66,88 miliar eksemplar. Timbunan saham sebelum transaksi ini, setingkat dengan donasi tidak kurang dari 71,35 persen.
”Transaksi dilakukan dengan tujuan untuk melakukan tindakan investasi berstatus kepemilikan saham secara langsung,” ucap David Kosasih selaku Direktur dan Sekretaris Perusahaan Barito Pacific.
Sebulan terakhir, harga saham Barito Pacific telah berkurang 14,44 persen menjadi Rp800 per lembar. Keadaan ini mengalami penyusutan 135 poin dari posisi penutupan perdagangan edisi 5 Februari 2025 pada kisaran Rp935 per eksemplar.
Baca Juga: Cara Beli Saham Meta Facebook untuk Investasi
Demikian ulasan terkait alasan konglomerat nomor wahid di Indonesia yang memborong saham Barito Pacific. Langkah ini semakin mencatatkan nama Prajogo Pangestu sebagai pemegang saham mayoritas BRPT. Analis pasar saham menilai aksi akumulasi yang dilakukan oleh pemegang saham utama tersebut dapat menjadi sinyal kepercayaan terhadap prospek bisnis perseroan ke masa depan. (R10/HR-Online)