Mercusuar Willem III merupakan sebuah bangunan tua berwarna putih yang menjulang tinggi di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Menariknya, bangunan bersejarah ini menjadi satu-satunya mercusuar yang ada di Jawa Tengah.
Baca Juga: Menelusuri Jejak Tugu Koperasi Nasional Tasikmalaya
Dalam catatan sejarah Indonesia, Mercusuar Willem menjadi saksi bisu atas perkembangan di Kota Semarang. Hal tersebut menjadi bagian penting, mengingat Semarang sebagai kota pelabuhan dan dagang yang cukup terkenal.
Mercusuar Willem III sebagai Saksi Bisu Perkembangan Pelabuhan di Semarang
Pada dasarnya, keberadaan mercusuar sangat penting bagi para pelaut. Bangunan ini berperan penting untuk menuntun kapal-kapal yang akan bersandar di pelabuhan.
Di semarang, Mercusuar Willem berdiri kokoh setinggi kurang lebih 30 meter. Bangunan ini berada di dekat Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Klas I Tanjung Emas.
Peran Penting Mercusuar Willem
Setelah selesai pembangunan pada tahun 1884, Mercusuar Willem membawa berbagai peran penting dalam sektor perdagangan di pelabuhan. Saat itu, mercusuar ini berfungsi untuk memfasilitasi lalu lintas kapal dari berbagai negara ketika masuk ke pelabuhan.
Berdirinya mercusuar sendiri sangat penting untuk mengatur lalu lintas laut yang sangat padat. Terlebih, dulu Semarang merupakan daerah pengekspor gula terbesar kedua di dunia.
Di saat yang bersamaan, Belanda juga membangun berbagai gudang di sekitar Mercusuar Willem. Belanda merenovasi pelabuhan secara total, sehingga kapal-kapal besar pun bisa singgah dengan mudah.
Mercusuar Masih Berfungsi Baik
Sebagai informasi, Mercusuar Willem terbuat dari material baja. Dari dulu hingga kini, Mercusuar Willem menjadi bangunan penting untuk memandu para pelaut.
Saat ini, Mercusuar Willem masih berfungsi dengan baik. Setiap hari, setidaknya ada 5 petugas yang bergantian untuk menjaga mercusuar baik untuk memandu, merawat hingga membersihkan bangunan.
Saat ini, Mercusuar Willem III masih beroperasi dengan lampu berkekuatan 1.000 watt yang mampu memancarkan sinyal hingga sejauh 20 mil. Menara ini tetap berdiri kokoh dan berfungsi sebagai pemandu bagi kapal-kapal yang melintas, sekaligus menjadi salah satu penanda penting dalam sejarah Pelabuhan Tanjung Emas dan Kota Semarang.
Pengelolaan mercusuar secara resmi berada di bawah Kementerian Perhubungan. Dengan kapasitas lampu yang masih memadai untuk mendukung aktivitas pelayaran hingga sekarang.
Baca Juga: Asal Usul Rumah Kentang Bandung sebelum Terbengkalai
Sejarah Perkembangan Pelabuhan di Semarang
Mercusuar Willem pertama dibangun oleh Belanda pada tahun 1879. Pembangunan menara ini baru selesai sekitar tahun 1884. Penamaan bagunannya sendiri seiring dengan masa kerajaan pimpinan Willem III.
Menurut seorang pengamat sejarah, Rukardi Achmad, Mercusuar Willem berkaitan erat dengan perkembangan pelabuhan di Kota Semarang. Kota Semarang yang terkenal sebagai kota pelabuhan ini memiliki beberapa versi tempat.
Salah satunya adalah kawasan Bergota pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Wilayah ini juga populer sebagai area pelabuhan di Semarang atau kawasan pengasapan ikan.
Lama-kelamaan, Belanda memindahkan pelabuhan ke kawasan Boom Lama, Semarang Utara. Hal ini dilatarbelakangi oleh lokasi pelabuhan yang dirasa kurang representatif untuk aktivitas lebih besar.
Sayangnya, beberapa lama kemudian, kawasan tersebut juga kurang memadai untuk mengakomodir hilir mudik kapal yang sangat ramai. Hal ini kurang sejalan dengan misi Belanda untuk membangun pelabuhan sebagai pencatat lalu-lintas kapal yang sekilas fungsinya mirip seperti jalan tol.
Belanda Mendirikan Pelabuhan Baru
Pada tahun 1830-an, Belanda mulai memikirkan untuk membuat pelabuhan baru yang lebih representatif. Saat itu, Belanda memutuskan untuk membangun kanal dengan menyodet kali Semarang. Kali yang berkelok-kelok menjadi lurus, sehingga membuat perjalanan menjadi singkat.
Mercusuar Willem III menjadi saksi bisu dalam pembuatan kali yang dilakukan oleh Belanda. Proyek tersebut berlangsung sekitar tahun 1850 hingga 1860-an dan beroperasi penuh pada tahun 1870-an.
Pembangunan kali mengusung lebar 23 meter dan panjang sekitar 1.3 kilometer. Hal inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal pelabuhan baru dan pusat aktivitas perkapalan di Semarang.
Sayangnya, proyek kali baru tersebut tidak bisa bertahan lama. Sekitar tahun 1910-an, pelabuhan di kawasan Semarang sudah tidak representatif lagi.
Lambat laun, kali baru mulai ditinggalkan lantaran pendangkalan yang terjadi begitu cepat. Berbagai upaya pengerukan terus dilakukan, namun tidak membuahkan hasil. Hanya beberapa perahu kecil yang bisa melintas di kali baru tersebut.
Baca Juga: Situs Makam Van Beck, Jejak Eropa di Tengah Cigugur Kuningan
Keberadaan Mercusuar Willem III menjadi saksi bisu atas aktivitas keniagaan pada zaman Belanda. Keberadaan bangunan ini menuntun kapal-kapal besar yang membawa hasil perkebunan dari Indonesia ke Eropa. Fungsinya yang besar tersebut menjadikan Mercusuar Willem III masih terus beroperasi hingga kini. Seiring pesatnya perkembangan Kota Semarang, Mercusuar Willem III berdiri sebagai saksi bisu perjalanan kota ini hingga menjelma menjadi salah satu kawasan terbesar di Indonesia. (R10/HR-Online)