Sejarah Cihapit Bandung, dari Kamp Tahanan hingga Pasar Tradisional Modern

10 hours ago 5

Sejarah Cihapit Bandung menyimpan kisah panjang yang jarang orang ketahui. Kawasan ini bukan sekadar deretan kios pasar, melainkan saksi perjalanan sejarah yang penuh warna. Setiap sudutnya mengandung cerita masa lalu yang patut dikenang. Ada rasa haru dan bangga saat menyadari bahwa tempat ini pernah menjadi saksi ketegangan masa kolonial Belanda, hingga kini menjelma menjadi pasar yang bersih dan modern.

Dalam catatan sejarah Indonesia, pada 1918, Bandung berkembang pesat karena rencana pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia yang dinilai tak sehat oleh Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum. Sebagai bagian dari rencana ini, dibangunlah kawasan perumahan baru bagi pegawai pemerintah. 

Baca Juga: Sejarah Jangari Cianjur yang Jadi Bagian Waduk Cirata

Cihapit menjadi lokasi perumahan untuk pegawai pribumi kelas menengah ke bawah. Keunikan Cihapit terletak pada lokasinya yang dekat taman kota Oranjeplein, sementara taman kota umumnya hanya ada di permukiman Eropa di utara Bandung pada masa Hindia Belanda.

Mengenal Sejarah Cihapit Bandung

Sejarah Cihapit Bandung bermula sejak masa pendudukan Belanda, saat kawasan ini mulai berfungsi sebagai area pasar tradisional. Namun, cerita lebih dalam hadir ketika Jepang mengambil alih kekuasaan. Pada periode tersebut, wilayah Cihapit berubah drastis menjadi kamp tahanan terbuka bagi warga Eropa, khususnya orang-orang Belanda yang menetap di Bandung.

Kamp tersebut bernama Kamp Bunsho II dan mulai beroperasi pada November 1942. Penghuni kamp terpisah berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin. Satu rumah bisa berisi hingga 20 orang, membuat suasana penuh sesak dan serba terbatas. Meski berada di bawah pengawasan ketat, kamp ini masih memberi ruang bagi aktivitas sosial terbatas seperti pertunjukan kabaret. Pertunjukan ini digelar oleh seniman-seniman yang juga menjadi tahanan.

Kisah Kamp Bloemenkemp di Wilayah Cihapit

Tidak itu saja, sejarah Cihapit Bandung mencatat hadirnya Kamp Bloemenkemp pada Agustus 1943. Kamp ini berdiri karena kapasitas Kamp Bunsho II tak lagi mencukupi. Lokasinya berada sekitar jalan-jalan yang kini terkenal sebagai Jln. Riau, Jln. Citarum, Jln. WR. Supratman, Jln. Bengawan, dan Jln. Ahmad Yani.

Bloemenkemp dihuni oleh wanita, anak-anak, dan orang tua. Meski dalam situasi sulit, suasana kamp tak sepenuhnya mencekam. Salah satu momen yang patut kita kenang adalah kabaret rutin yang diadakan dalam area kamp. Kehangatan sesama penghuni dan hiburan sederhana menjadi pelipur lara tengah ketegangan perang. Setiap pertunjukan menyelipkan harapan, bahwa kehidupan di luar pagar kawat berduri suatu saat akan kembali normal.

Transformasi Pasar Cihapit Era Modern

Sejarah Cihapit Bandung berlanjut setelah Indonesia merdeka, ketika kawasan ini kembali berfungsi sebagai pasar rakyat. Keunikan Pasar Cihapit terletak pada tampilannya yang bersih, tertata, dan nyaman. Berbeda dengan gambaran pasar tradisional yang sering berkaitan dengan kesan kumuh dan bau, pasar ini tampil rapi dan menyenangkan.

Baca Juga: Melihat Sejarah Benteng Palasari Sumedang, Peninggalan Belanda yang Masih Kokoh

Pasar Cihapit tidak hanya menyediakan aneka bahan pangan tradisional, tetapi juga menghadirkan kuliner kekinian yang banyak orang gemari. Kemudian, pengunjung bisa menemukan berbagai hidangan modern seperti Bakmi Tjo Kin, Mister Pho, hingga bakery legendaris Seroja.

Semakin berkembangnya zaman, pasar ini pun ikut berbenah. Bersama platform digital, pengelola Pasar Cihapit menggandeng GoTo untuk menghadirkan layanan belanja online. Kini, pedagang pasar tersebut dapat memasarkan produknya secara digital tanpa harus bergantung sepenuhnya pada transaksi langsung.

Langkah ini menjadi bentuk adaptasi cerdas tengah perubahan gaya hidup masyarakat urban. Terlebih saat pandemi COVID-19 melanda, digitalisasi pasar menjadi solusi agar roda ekonomi tetap berputar. Perubahan ini membuktikan bahwa warisan sejarah bisa berjalan beriringan dengan teknologi tanpa kehilangan jati dirinya.

Pesona Pasar Cihapit Sebagai Destinasi Wisata Kuliner

Selain nilai sejarah, sejarah Cihapit Bandung juga menawarkan daya tarik bagi para pecinta kuliner. Kawasan pasar ini menjadi titik temu berbagai cita rasa, mulai dari jajanan khas Sunda hingga makanan modern yang menggoda selera. Tidak sedikit wisatawan lokal maupun luar kota yang sengaja datang untuk mencicipi aneka makanan sekitar Pasar Cihapit.

Keberagaman kuliner yang tersedia di sana memberikan sensasi nostalgia sekaligus pengalaman baru. Saat berjalan di sepanjang lorong pasar, aroma makanan tradisional bercampur dengan harum kopi kekinian, menghadirkan atmosfer yang akrab dan hangat. 

Sejarah Cihapit Bandung bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan kisah perjuangan, adaptasi, dan transformasi yang patut dihargai. Dari kamp tahanan saat penjajahan Jepang, menjadi pasar tradisional bersih dan rapi, hingga kini tampil modern melalui sentuhan digital.

Baca Juga: Sejarah Museum Ullen Sentalu Jogja yang Memikat Wisatawan

Pasar Cihapit telah membuktikan bahwa tradisi dan kemajuan bisa berdampingan tanpa saling menggeser. Kisah yang terekam setiap sudut kawasan ini memberi pelajaran berharga tentang ketahanan dan kemampuan beradaptasi. Sejarah Cihapit Bandung tetap hidup, menyatu dalam denyut nadi Kota Bandung yang dinamis dan penuh warna. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |