Sejarah Lampu Gentur Cianjur Penerangan Santri dari Kaleng

5 hours ago 5

Cianjur memang populer karena memiliki berbagai kekayaan tradisi dan warisan budaya yang unik. Salah satu yang paling menonjol dan bahkan menjadi simbol kota adalah sejarah lampu Gentur Cianjur. Tidak hanya menjadi penerang, Lampu Gentur juga menyimpan nilai sejarah, filosofi, hingga nilai ekonomi yang tinggi bagi masyarakat setempat.

Baca Juga: Sejarah Jangari Cianjur yang Jadi Bagian Waduk Cirata

Sejarah Lampu Gentur Cianjur, Warisan Budaya yang Menjadi Ikon Kota

Sebagaimana catatan sejarah Indonesia, perjalanan historis lampu Gentur Cianjur berawal dari gabungan dua kata, yakni “Lampu” sebagai alat penerangan dan “Gentur” yang merupakan nama kampung di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Di kampung inilah, Lampu Gentur pertama kali diperkenalkan oleh sosok alim ulama yang dikenal sebagai Mama Gentur, bernama asli KH. Ahmad Syathibi Al-Qonturi.

Pada mulanya, lampu ini lahir dari kebutuhan akan penerangan di lingkungan pesantren dan kampung sekitar yang masih minim listrik. Beragam versi mencatat awal mula lampu ini. Salah satunya menyebutkan bahwa inspirasi datang dari Mus’in sekitar tahun 1820 yang memanfaatkan kaleng bekas, bahkan ada yang mengatakan kaleng susu, untuk membuat lentera minyak tanah.

Kemudian, muncul juga versi lain yang menyebutkan guru ngaji bernama Usin atau Mus’in pada tahun 1965 memodifikasi lampu cempor atau centir dengan tambahan selubung agar tahan angin. Desain selubung tersebut akhirnya mengalami perkembangan lebih lanjut oleh Enang, generasi ketiga yang memperkenalkan desain baru terinspirasi lampu “Maroko”.

Perkembangan dan Filosofi Lampu Gentur

Seiring waktu, sejarah lampu Gentur Cianjur tidak hanya berhenti sebagai alat penerangan, tetapi berkembang menjadi kerajinan bernilai seni tinggi. Lampu Gentur mulai diperjualbelikan sekitar tahun 1960-an, setelah sebelumnya hanya digunakan untuk kebutuhan masyarakat setempat dan pesantren.

Lampu ini menjadi semakin populer karena keindahan motif dan kerangkanya yang terbuat dari lempengan kuningan, kaca berwarna, dan teknik pembuatan manual yang masih bertahan hingga saat ini. Filosofinya pun mendalam. Nyala lampu Gentur tidak terlalu terang dan tidak terlalu redup yang melambangkan keseimbangan hidup para pengrajin yang memegang teguh nilai kesederhanaan dan kebersamaan.

Ragam Model dan Keunikan Lampu Gentur

Keunikan lampu Gentur terletak pada ragam modelnya. Dua model yang paling terkenal adalah model Storlop dan Balon yang menjadi patokan bentuk lampu gentur dari tahun 1960 hingga 2000. Selain itu, terdapat ribuan varian bentuk dan motif yang muncul seiring berkembangnya kreativitas para pengrajin.

Hingga saat ini, ada setidaknya 1.200 jenis lampu gentur yang merupakan hasil karya para pengrajin di Kampung Gentur. Menariknya, lampu Gentur tidak pernah diberi merek khusus. Hal itu tentu menjadikannya karya seni yang benar-benar otentik dan mewakili keunikan budaya lokal.

Baca Juga: Melihat Sejarah Benteng Palasari Sumedang, Peninggalan Belanda yang Masih Kokoh

Proses Pembuatan Lampu Gentur

Proses pembuatan lampu Gentur cukup rumit dan memerlukan ketelitian tinggi. Bahan utamanya adalah lempengan kuningan dan kaca warna. Peralatan seperti jangka, penggaris, gunting seng, alat patri, serta potong kaca yang berfungsi untuk membentuk kerangka, wadah lampu, selubung, dan pengait atau dudukan.

Awalnya, pengrajin menggambar pola kerangka menggunakan jarum besar, kemudian mereka memotong, membulatkan, dan menyatukan bagian-bagian tersebut dengan teknik patri. Setelah pengrajin menyematkan kaca ke dalam kerangka kuningan, mereka memasang bohlam pada lampu. Dahulu, masyarakat menggunakan minyak tanah sebagai sumber penerangan pada lampu Gentur, tetapi kini mereka telah menggantinya dengan listrik.

Lampu Gentur sebagai Identitas dan Produk Ekspor

Sejarah lampu Gentur Cianjur tak hanya berhenti sebagai produk lokal. Pemerintah Kabupaten Cianjur bahkan membangun tugu Lampu Gentur di simpang empat menuju Cipanas, Sukabumi, dan pusat kota yang menjadikannya simbol identitas kota. Selain itu, Lampu Gentur juga mempunyai fungsi sebagai desain lampu penerangan jalan di kawasan kota Cianjur.

Secara ekonomi, kerajinan ini memberikan kontribusi signifikan. Saat ini tercatat ada sekitar 100 pengrajin aktif yang meneruskan tradisi ini, salah satunya Entis Sutrisna dari Kurnia Lamp, generasi keempat keluarga pengrajin. Pemasaran Lampu Gentur sudah mencapai tingkat internasional dengan pelanggan dari Asia hingga Eropa, termasuk Dubai yang rutin memesan lampu ini sebagai bagian tradisi setempat.

Melestarikan Warisan Budaya Tak Benda

Sebagai salah satu warisan budaya takbenda Jawa Barat, kilas balik lampu Gentur Cianjur mengajarkan tentang pentingnya menjaga tradisi. Bukan hanya kerajinan tangan biasa, lampu Gentur adalah simbol sejarah, perlawanan terhadap keterbatasan, dan kreativitas masyarakat Cianjur yang jadi warisan lintas generasi.

Dengan semakin terkenalnya Lampu Gentur ke mancanegara, besar harapan tradisi ini terus terjaga dan tetap menjadi kebanggaan Cianjur. Sebab Lampu Gentur bukan hanya soal bentuknya yang indah, tetapi juga cahaya sejarah dan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Baca Juga: Sejarah Museum Ullen Sentalu Jogja yang Memikat Wisatawan

Demikian ulasan singkat tentang sejarah lampu Gentur Cianjur. Semoga bisa membantu Anda memahami lebih dalam tentang keunikan, sejarah, hingga makna budaya dari Lampu Gentur yang kini menjadi icon dan kerajinan khas Cianjur ini. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |