Aroma Ikan Bakar dan Sentuhan Digital QRIS BRI di Kampung Nila Ciamis

18 hours ago 7

harapanrakyat.com,- Gemericik air menyapa pengunjung yang masuk ke gerbang Kampung Nila di Dusun Banjarwaru, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Terdapat papan nama Kampung Nila di atas gerbang, di sebelah kanan papan nama tersebut ada logo Bank Rakyat Indonesia (BRI). Sementara di sebelah pintu masuk terdapat gerai BRILink.

Setelah melewati gerbang, patung ikan nila di tengah kolam besar seluas 100 meter persegi menyapa pengunjung. Sementara di sebelah kiri, selokan jernih mengalunkan suara aliran air.

Selain kolam besar, terdapat sejumlah kolam kecil lainnya. Suara aliran air dari kolam-kolam yang saling terhubung mengalun pelan menjadi latar tempat kuliner tersebut. Sementara ikan nila bergerak pelan menciptakan riak kecil di kolam-kolam ikan yang berderet.

Di atas kolam-kolam tersebut terdapat beberapa gazebo, tempat pengunjung menyantap kuliner yang mereka pesan dari tiga rumah makan yang ada di Kampung Nila. Suara air terdengar lebih dekat saat berada di gazebo, seperti memanggil pengunjung untuk duduk dan menikmati suasana sebelum memesan makanan.

Aroma Ikan Bakar yang Memancing Perut Keroncongan di Kampung Nila Ciamis

Asap tipis dari dapur terbuka terlihat mengepul, membawa aroma ikan bakar yang langsung memancing perut keroncongan. Aroma ikan bakar inilah yang membuat harapanrakyat.com cepat-cepat menuju meja kasir di salah satu rumah makan di Kampung Nila untuk memesan makanan, Jum’at (7/11/2025) siang. Meskipun tidak seramai biasanya, tetapi sudah ada beberapa pengunjung yang duduk di gazebo dan menyantap makanan.

“Masih sepi, karena ini hari Jum’at. Biasanya nanti habis jumatan itu banyak pengunjung yang datang,” ujar Ecin Kuraesin (52) salah satu anggota Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (Poklahsar) Bojongsari, pemilik salah satu rumah makan di Kampung Nila.

Meski belum banyak pengunjung, tapi Ecin sudah bersiap dari pagi. Ia membuka rumah makan Poklahsar Bojongsari itu sejak pukul 07.00 WIB. Dari balik meja kasir, Ecin menyodorkan buku menu kepada harapanrakyat.com.

“Ini ada paket nasi, paket makan ya. Paket nasi liwet ikan bakar, ini ada minumannya juga. Bayarnya bisa pakai QRIS,” katanya sambil menunjukkan barcode QRIS berlogo BRI.

Setiap bulannya Ecin yang merupakan warga Dusun Banjarwaru, Desa Kawali ini melayani sekitar 1.500 pengunjung. Ia pun merekrut ibu-ibu yang ada di sekitar Kampung Nila untuk melayani pengunjung yang semakin meningkat setiap harinya. 

“Saya buka rumah makan, terus merekrut ibu-ibu Kampung Nila yang ada di sini. Alhamdulillah, jadi terangkat ekonominya, itu bisa memenuhi kebutuhan mereka per bulannya,” katanya.

Baca Juga: Ibu Rumah Tangga Menang Mobil Avanza dari Undian Simpedes BRI Ciamis, Ternyata Ini Rahasianya

Ecin menuturkan, pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari Kabupaten Ciamis, tetapi juga dari luar kabupaten. 

“Biasanya pas weekend itu paling banyak, dari mulai pukul tujuh pagi sampai tutup lagi pukul sepuluh malam, pengunjung selalu ada,” lanjutnya.

Pembayaran di Kampung Nila Pakai QRIS BRI

Untuk memudahkan pembayaran bagi pengunjung yang datang, Ecin menggunakan QRIS dari BRI sejak 2022. 

“Tahun 2022 itu sudah ada pembinaan dari BRI. Saat itu kami langsung dibikinin ini, barcode QRIS. Sampai sekarang dipakai untuk pembayaran di sini. Kalau kata yang makan di sini, ya rata-rata mereka nggak bawa cash, jadi QRIS ini mudah kalau mau bayar-bayar,” jelasnya.

Ecin mengaku terbantu dengan QRIS dari BRI, selain memudahkan pengunjung membayar pesanannya, ia juga tidak perlu menyimpan uang banyak di rumah makannya.

“Kalau nyimpan uang banyak-banyak kan gimana ya? Takut kenapa-kenapa, khawatir, apalagi ini kan tempatnya terbuka, dengan QRIS ini kan uang langsung masuk ke rekening tabungan. Terus nggak perlu setor ke bank karena uangnya udah di rekening langsung,” jelasnya. 

Akhir bulan, Ecin biasanya menuju BRI Unit Kawali mengambil uang bayaran untuk ibu-ibu yang bekerja di rumah makannya.  

“Jadi saya tiap bulan, akhir bulan itu dicek sambil ngambil (uang) buat bayaran. Nggak semua diambil, tergantung kebutuhan aja,” katanya.

Feri Irawan (31), salah satu pengunjung asal Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis mengaku selalu menikmati sajian makanan di Kampung Nila Ciamis. “Biasanya kalau sama teman ke sini saya selalu pesan nasi liwet ikan bakar, tetapi kalau sama istri ya apalagi kalau bukan seblak,” ujar Feri.

Menurut Feri, kelebihan ikan nila di kampung ini ada pada rasanya yang khas. “Jadi tidak ada bau tanah seperti halnya ikan nila dari kolam-kolam,” katanya.

Selain itu, pembayaran yang mudah karena memakai QRIS membuat Feri tidak khawatir jika di dompetnya tidak ada uang tunai saat makan di Kampung Nila Ciamis. 

“Enaknya selain suasananya yang asri ya, itu karena kalau mau bayar itu gampang. Kadang kita kalau bepergian kan nggak menyiapkan cash yang banyak, tahu-tahu mau bayar kurang, kalau ada QRIS kan mudah, asalkan HP nggak ketinggalan,” katanya.

Gapokkan di Kampung Nila Ciamis

Aroma Ikan Bakar dan Sentuhan Digital QRIS BRI di Kampung Nila Ciamis.Pojok Seblak di Kampung Nila Ciamis. Foto: Fahmi Albartiansyah/HR

Selain rumah makan Poklahsar Bojongsari, terdapat juga Pojok Seblak milik poklahsar lainnya. Di Kampung Nila sendiri terdapat Gabungan Kelompok Perikanan (Gapokkan) yang terdiri dari 6 Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) dan 3 Kelompok Pengolah dan Pemasar Hasil Pertanian (Poklahsar). Masing-masing poklahsar memiliki rumah makan sendiri di Kampung Nila. Selain Poklahsar Bojongsari, Pojok Seblak (Poklahsar R3), ada juga Poklahsar Kubis. 

Ketua Gapokkan Kampung Nila Ciamis, Maman Lukmanul Hakim (45), menyebut, ketiga poklahsar ini memproduksi hampir 27 jenis olahan berbahan dasar ikan nila.

“Selain ikan bakar, ada es krim nila, mie kemil, sarjana atau saroja ikan nila, sampai produk kicimpring. Semua berasal dari tiga poklasar itu,” kata Lukmanul.

Pria yang akrab dipanggil Lukman ini menuturkan, kunjungan ke Kampung Nila meningkat pesat, terutama Jumat hingga Minggu. Tempat makan gajebo di atas kolam kerap penuh sehingga pelaku usaha menambah fasilitas.

“Untuk seblak sebelah saja, sehari bisa tembus 300 porsi. Kalau weekend sering antre,” ujarnya.

Menurut Lukman, seluruh UMKM di Kampung Nila kini menggunakan QRIS. Sistem pembayaran cashless ini dinilai mempercepat transaksi, seperti di Pojok Seblak miliknya.

“Di Pojok Seblak, transaksi QRIS bisa sampai Rp2,5 juta per hari. Banyak pengunjung dari luar yang nggak bawa cash, jadi QRIS sangat membantu,” jelas Lukman.

Pembinaan BRI Bantu UMKM di Kampung Nila

Pembinaan BRI Unit Kawali disebut Lukman membantu penguatan UMKM, mulai dari edukasi digitalisasi hingga dukungan fasilitas budidaya ikan. “Ada juga fasilitas dan bantuan peralatan dari BRI. Untuk pengembangan usaha, saya pribadi sempat mengajukan pembiayaan sekitar Rp150 juta,” katanya.

Keberadaan gerai BRILink di depan Kampung Nila turut memudahkan warga melakukan penarikan atau setoran tanpa harus mengantre di kantor bank. “Jadi kalau mau ambil uang cash tinggal ke BRILink aja di depan, jadi lebih mudah, nggak perlu ke bank langsung,” katanya.

Menurut Lukman, popularitas Kampung Nila meningkat setelah banyak kontennya tersebar di Instagram, TikTok, dan Facebook. “Medsos sangat membantu. Saat Lebaran, seminggu penuh itu padat,” tutur Lukman.

Baca Juga: Didukung BRI, Suparman Ubah Kacang Nepo Jadi Camilan Khas yang Diminati 

Sejarah Awal Mula Kampung Nila

Kampung Nila Ciamis yang kini dikenal sebagai sentra budidaya sekaligus kuliner ini tidak dibangun dalam semalam. Perjalanan tempat ini dimulai dari uji coba sederhana pada 2019. Iim Gala Permana (53), warga Dusun Ciakar, Desa Ciakar, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis penggagas Kampung Nila mengisahkan bagaimana tempat itu tumbuh dari kebutuhan pasar yang tinggi.

“Waktu itu 70 persen kebutuhan nila di Ciamis dipasok dari luar daerah. Saya melihat itu peluang,” ujar Iim. 

Iim dan rekannya mulai mencoba budidaya, menyusun SOP pemeliharaan hingga menentukan harga pokok produksi. Permintaan ikan terus naik, sehingga warga diajak ikut membudidayakan nila.

Pandemi COVID-19 pada 2020 justru mempercepat perkembangan. “Banyak warga punya kolam di rumah, jadi sebelum beli benih kami edukasi dulu cara merawatnya,” katanya.

Pada 2021, penyuluh perikanan mendorong pembentukan Kelompok Perikanan sampai akhirnya mendapat bantuan sarana prasarana. Di tahun yang sama, usulan penetapan kawasan sebagai Kampung Nila disetujui dan diluncurkan Bupati Ciamis pada 18 Desember 2021. Saat itu belum ada tempat kuliner seperti saat ini.

Sejak ditetapkan sebagai kawasan Kampung Nila, kunjungan meningkat pesat. Rombongan dari berbagai daerah datang belajar, mulai dari Sumatera Selatan hingga Kutai Kartanegara. Mahasiswi S3 asal IPB bersama dosennya dari Belanda bahkan sempat meneliti dan menginap di homestay warga.

Saat banyak kunjungan ke Kampung Nila, tamu sering disuguhi nasi liwet dan ikan nila bakar. Dari sana muncul ide untuk mengembangkan Kampung Nila sebagai tempat kuliner yang terwujud pada 2022. “Pengunjung minta tempat makan yang tenang, tidak dekat jalan. Jadi gazebo dibangun bertahap, sesuai kemampuan dan kebutuhan,” kata Iim. 

Dengan konsep makan di atas kolam, tempat ini kemudian menarik lebih banyak wisatawan. Tahun 2024 menjadi puncak kunjungan dengan sekitar 120 ribu orang datang ke Kampung Nila. Selain budidaya, warga kini mengembangkan homestay dan usaha kuliner untuk melayani pengunjung.

“Dari uji coba kecil, Alhamdulillah sekarang banyak warga yang ikut merasakan manfaatnya,” ujar Iim.

Dukungan BRI untuk UMKM di Kampung Nila

Aroma Ikan Bakar dan Sentuhan Digital QRIS BRI di Kampung Nila Ciamis.Pintu masuk Kampung Nila di Dusun Banjarwaru, Desa Kawali, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Foto: Fahmi Albartiansyah/HR

Perkembangan Kampung Nila ini menarik perhatian BRI Cabang Ciamis. BRI melakukan pembinaan dan pendampingan bagi pelaku usaha di Kampung Nila sejak 2022. Langkah itu dilakukan seiring meningkatnya aktivitas kuliner dan UMKM di Kampung Nila.

Pimpinan Cabang BRI Ciamis, Bramastya Gadiansah, mengatakan pihaknya rutin melakukan kunjungan dan pengawalan kepada petani nila maupun pedagang kuliner.

“Pembinaan yang kami lakukan itu pendampingan, pengawalan, dan kunjungan secara berkala. Baik ke sesepuh, ke ketua, maupun pendiri Kampung Nila, sekaligus UMKM-nya,” ujar Bramastya.

Menurutnya, sejumlah pedagang di Kampung Nila merupakan nasabah BRI sehingga ada hubungan saling menguntungkan antara perbankan dan pelaku usaha. 

“Kalau ada nasabah yang punya usaha, BRI bisa ekspansi pinjaman, baik lewat KUR maupun non-KUR. Di tabungan juga terjadi iklim transaksi,” kata dia.

BRI juga memasang berbagai alat penerimaan pembayaran, termasuk QRIS dan mesin drilling (Elektric Data Capture (EDC) BRI). Transaksi digital di kawasan kuliner tersebut disebut meningkat pesat, terutama di Pojok Seblak. “QRIS di Pojok Seblak itu volume transaksinya paling besar di bank BRI Kawali. Hampir seribuan transaksi setiap bulan,” ucap Bramastya.

Ia menyebut tren pembayaran digital semakin meningkat, bahkan untuk nominal kecil. “Di Kampung Nila itu bayar Rp10 ribu, Rp5 ribu pun pakai QRIS. Terjadi inklusi keuangan di sana. Anak-anak muda apalagi, uangnya sudah digital semua, baik di BRImo maupun yang lain,” ujarnya.

Bramastya menegaskan QRIS memberi banyak manfaat bagi pedagang, mulai dari keamanan transaksi hingga menghindari uang palsu dan kerepotan uang kembalian. Ia juga menawarkan pemasangan merchant display digital bagi pelaku usaha. 

“Nanti saya datangkan tim RMFT (Relationship Manager Funding and Transaction) untuk membantu pemasangan. Kalau pakai tablet, transaksi langsung terlihat,” katanya.

Selain QRIS, layanan BRILink di Desa Kawali juga tumbuh pesat. “Di BRI Kawali, hampir seratus BRILink sudah produktif. Ada yang level Juragan dan Jawara,” jelasnya.

Bagi pelaku UMKM yang belum menggunakan QRIS, Bramastya memberikan imbauan. “Kalau ada UMKM yang mau mengajukan QRIS, datang saja ke BRI Kawali. Gratis, mudah, tinggal buka tabungan. Bisa lewat mantri atau langsung ke customer service,” kata dia.

Baca Juga: Cerita Aam Siti Aminah, IRT Asal Rajadesa yang Dapat Mobil Avanza dari Panen Hadiah Simpedes BRI Ciamis

Ia menegaskan digitalisasi transaksi adalah masa depan. “Suatu saat semua transaksi akan berbasis digital. Sekarang orang lebih memilih bawa HP daripada dompet. Jadi QRIS ini memudahkan pedagang dan aman bagi nasabah,” tutupnya. (Fahmi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |