harapanrakyat.com,- Dinas Kesehatan Ciamis, Jawa Barat mencatat ada 17 warga yang terjangkit penyakit Leptospirosis dari Januari hingga Juli 2025. Enam orang diantaranya meninggal dunia. Leptospirosis sendiri merupakan penyakit yang berasal dari air kencing tikus.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Ciamis, Edis Herdis mengatakan, Leptospirosis ini adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira dari air kencing tikus. Biasanya menyebar lewat air yang terkontaminasi kencing tikus.
“Penyakit ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Di Ciamis sendiri sudah ada kasus untuk penyakit tersebut, bahkan ada yang meninggal dunia,” katanya, Senin (4/8/2025) saat dihubungi harapanrakyat.com.
Baca Juga: Kepala Desa Giriharja Mundur, Pemkab Ciamis Terbitkan SK Pemberhentian
Penularan Penyakit Leptospirosis di Ciamis
Edis menjelaskan, bakteri Leptospirosis menular pada manusia melalui kulit yang lecet atau selaput lendir saat kontak dengan air banjir, genangan air sungai, selokan, saluran air, sawah, dan lumpur.
Bahkan, lanjut dia, bisa juga melalui peralatan makan di rumah yang terkontaminasi oleh kencing tikus. Sehingga, masyarakat juga diimbau untuk selalu menjaga kebersihan di rumahnya dan menerapkan PHBS.
“Sedangkan gejala jika terjangkit penyakit Leptospirosis sendiri yaitu demam, sakit kepala, mual dan muntah, kulit atau mata kuning dan buang air kecil mengurang. Jika ada gejala tersebut bisa langsung berobat ke fasilitas kesehatan terdekat,” jelasnya.
Edis menyebut, untuk kasus Leptospirosis di Kabupaten Ciamis sendiri berdasarkan catatan ada sebanyak 17 kasus dari bulan Januari 2025 sampai saat ini. Sementara ada 6 orang meninggal karena penyakit tersebut.
“Jadi penyakit ini memang mematikan, sehingga jika penanganannya telat bisa fatal. Namun meski mematikan, penyakit ini juga bisa disembuhkan,” ucapnya.
Dalam penyakit Leptospirosis, Kata Edis, ada tiga kriteria kasus yaitu kasus suspek, kasus probable, dan kasus konfirmasi. Untuk 17 kasus di Kabupaten Ciamis itu sendiri masuk dalam kasus probable.
“Jadi kasus Probable itu adalah kasus yang klinisnya mengarah ke Leptospirosis, lalu dicek RDT atau Rafid diagnostic test positif. Jika kasus konfirmasi itu harus di cek PCR dan MAT dan di Ciamis sendiri tidak ada untuk peralatan tersebut,” tambahnya.
Edis mengimbau kepada masyarakat agar selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumahnya masing-masing. Selain itu menutup pintu masuk tikus di dalam rumah, agar dapat terhindar dari penyakit Leptospirosis.
Baca Juga: Soal Potensi Wisata Bendungan Leuwi Keris, Kadis Pariwisata Ciamis Ajak Pemdes Kolaboras
“Intinya, kita harus menjaga kebersihan lingkungan rumah dengan menerapkan PHBS. Karena kita juga tidak tahu apakah tikus itu membawa bakteri Leptospirosis atau tidak, karena lebih baik mencegah dari pada mengobati,” pungkasnya. (Feri/R7/HR-Online/Editor-Ndu)