harapanrakyat.com,- Perjalanan hidup Annisa Himmatul Aulia adalah kisah perjuangan yang menginspirasi. Lahir dari keluarga sederhana, ia tak pernah menyerah mengejar impiannya menjadi dokter.
Annisa berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) dengan IPK nyaris sempurna, 3,96. Keberhasilan ini adalah buah dari kerja keras, doa, dan dukungan lingkungan akademik yang suportif.
Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, Annisa tumbuh dalam keterbatasan ekonomi. Ayahnya bekerja sebagai buruh mebel, sementara ibunya seorang penjahit. Sejak kecil, ia sudah bercita-cita menjadi dokter, tetapi kondisi ekonomi keluarganya sempat membuatnya ragu.
Baca Juga: Profil Tina Talisa: Dari Dokter Gigi, Presenter, hingga Stafsus Wapres Gibran
Saat duduk di bangku kelas 10, harapannya kembali menyala. Seorang kakak kelasnya berhasil masuk Fakultas Kedokteran dengan beasiswa. Dari situ, Annisa Himmatul Aulia yakin bahwa mimpi besarnya bukanlah hal yang mustahil.
Annisa diterima di FK Undip melalui jalur prestasi dan mendapatkan beasiswa Bidikmisi (sekarang KIP-K). Beasiswa ini membebaskannya dari biaya kuliah dan memberikan bantuan biaya hidup. Namun, perjuangannya tidak berhenti di situ.
Pergi Kuliah, Annisa Himmatul Aulia Harus Berjalan Kaki 15 Menit
Untuk menghemat pengeluaran, Annisa harus berjalan kaki 15 menit setiap hari dari Rusunawa Undip ke fakultasnya. Perjalanan ini ia lakukan dengan penuh semangat, meski sering kali merasa lelah.
Di lingkungan akademik, Annisa merasa sangat bersyukur. Teman-teman dan dosen-dosennya selalu mendukungnya, baik dalam perkuliahan maupun pengembangan diri. Ia merasa bahwa tidak ada kesenjangan meskipun latar belakang ekonominya berbeda.
“Saya sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah membantu saya dalam perjalanan ini. Para dosen, teman-teman, bahkan para pasien yang telah mengizinkan saya belajar dari mereka,” ungkap Annisa penuh haru.
Kunci Sukses
Kesuksesan Annisa Himmatul Aulia bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena ketekunan dan strategi belajarnya. Ia selalu berusaha mengenali kemampuannya dan mencari cara belajar yang paling efektif.
“Kunci sukses saya adalah mengenali diri sendiri, belajar lebih ekstra sesuai materi, dan tidak lupa berdoa,” tuturnya.
Selain akademik, Annisa Himmatul Aulia juga aktif dalam berbagai kegiatan. Ia mengikuti organisasi mahasiswa, menjadi mentor bagi siswa SMA, serta berkontribusi dalam kegiatan sosial di masyarakat. Baginya, menjadi dokter bukan hanya soal ilmu, tetapi juga soal empati dan pengabdian.
Kini, Annisa tengah menunggu penempatan internship dari Kementerian Kesehatan. Program ini adalah tahap penting sebelum ia bisa berpraktik sebagai dokter secara profesional.
“Setelah internship, saya ingin bekerja dan melanjutkan studi ke jenjang S2,” katanya dengan penuh semangat.
Baca Juga: Profil Shahnaz Haque Kuliah Kedokteran di Usia 52 Tahun
Kisah Annisa adalah bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih impian. Undip telah menjadi rumah kedua yang membantunya bertumbuh dan berkembang. Universitas ini terus berkomitmen mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.
Perjalanan Annisa Himmatul Aulia mengajarkan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan doa, setiap impian bisa menjadi kenyataan. Semangatnya akan terus menjadi inspirasi bagi banyak generasi muda di Indonesia. (Feri Kartono/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)