Makam Syekh Abdul Ghorib, Jejak Spiritual di Tanah Tasikmalaya

9 hours ago 7

Makam Syekh Abdul Ghorib menjadi salah satu destinasi religi penting di Tasikmalaya, Jawa Barat. Terletak di Kampung Cibeas, Desa Gunungtandala, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya. Makam ini bukan sekadar tempat peristirahatan seorang ulama besar, tetapi juga simbol perjuangan dan penyebaran Islam di tanah Priangan Timur. Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk mengenang keteladanan hidup sang wali yang terkenal sebagai sosok berilmu tinggi dan rendah hati.

Baca Juga: Situs Kuta Tanggeuhan Cianjur, Menguak Misteri Benteng Spiritual di Tanah Pasundan

Makam Syekh Abdul Ghorib dan Sejarahnya

Syekh Abdul Ghorib merupakan ulama asal Kudus yang hidup pada abad ke-17 Masehi. Sejak muda, ia menempuh perjalanan panjang menimba ilmu di berbagai pesantren di Jawa dan Sumatera. Jiwa pengembaraannya membawanya hingga ke Tanah Suci Mekkah, tempat ia memperdalam ilmu agama selama bertahun-tahun sebelum kembali ke tanah air.

Perjalanan Hidup dan Pengabdian Sang Ulama

Syekh Abdul Ghorib populer sebagai sosok yang tekun, disiplin dan mencintai ilmu pengetahuan. Setelah menunaikan ibadah haji, gurunya melihat tanda-tanda kewalian dalam dirinya dan memintanya untuk tinggal lebih lama di Mekah. Di kota suci tersebut, ia memperdalam berbagai cabang ilmu agama, mulai dari tafsir, hadis hingga tasawuf.

Sekembalinya ke Kudus, ia mendirikan pesantren dengan dukungan masyarakat setempat. Di sana pula ia menikahi Raden Ajeng Ayu Sutri, perempuan salehah keturunan bangsawan yang setia mendampingi perjuangannya. Namun, masa damai itu tidak berlangsung lama karena muncul perlawanan terhadap penjajah Belanda. Syekh Abdul Ghorib bersama para santri turut berjuang mempertahankan tanah air, menunjukkan bahwa dakwah dan perjuangan tidak bisa terpisahkan.

Dari Kudus ke Tasikmalaya, Menapaki Jalan Dakwah

Setelah menghadapi tekanan dari penjajah, Syekh Abdul Ghorib memutuskan untuk berpindah ke Jawa Barat. Dalam perjalanan menuju Tasikmalaya, Syekh Abdul Ghorib sempat berziarah ke beberapa makam wali sebagai bentuk penghormatan dan pencarian petunjuk spiritual. Akhirnya, ia mendapatkan ilham untuk menetap di wilayah Priangan Timur guna membantu dakwah saudaranya, Syekh Abdul Muhyi yang lebih dulu menyebarkan ajaran Islam di Pamijahan.

Baca Juga: Makam Keramat Godog Situs Religi Sarat Nilai Historis di Garut

Di Tasikmalaya, Syekh Abdul Ghorib mendirikan sebuah pesantren di wilayah Cicariang Kolot sekitar tahun 1708 Masehi. Pesantren itu menjadi pusat pendidikan agama bagi masyarakat sekitar. Bahkan pesantren tersebut melahirkan banyak santri yang kemudian turut menyebarkan Islam ke berbagai daerah di Jawa Barat.

Kuburan Syekh Abdul Ghorib dan Nilai Spiritualnya

Setelah berkiprah selama puluhan tahun, Syekh Abdul Ghorib wafat pada usia sekitar 90 tahun. Makam Syekh Abdul Ghorib kemudian menjadi tempat yang dihormati dan sering dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Kompleks makam ini terdiri dari 9 makam, termasuk milik istri dan keturunannya.

Di area makam terdapat sumur tua yang terkenal dengan nama Sumur Sempur. Ada tiga pohon besar di sekelilingnya yang menambah suasana khidmat. Konon, Syekh Abdul Ghorib pernah menggunakan batu besar di sekitar sumur itu untuk bersembahyang. Banyak peziarah percaya bahwa tempat ini memancarkan ketenangan batin dan mengandung nilai spiritual yang mendalam.

Jadi, kuburan Syekh Abdul Ghorib tidak hanya menjadi simbol warisan spiritual saja. Lebih dari itu, makam ini juga cerminan dari kehidupan seorang ulama yang sederhana, bijaksana dan penuh kasih terhadap sesama.

Tata Cara Ziarah dan Etika di Kawasan Cibeas

Bagi peziarah, terdapat sejumlah aturan yang perlu dipatuhi. Peziarah wajib menjaga kebersihan, berpakaian sopan serta berbicara dengan lembut selama berada di area makam. Sebelum memulai ziarah, biasanya mereka meminta izin kepada penjaga makam atau kuncen setempat. Hal ini merupakan bentuk penghormatan terhadap tokoh yang dimakamkan dan terhadap nilai-nilai kesucian tempat tersebut.

Selain itu, ziarah ke makam Syekh Abdul Ghorib umumnya waktunya terbatas hanya hingga 3 hari agar pelaksanaannya tetap tertib. Banyak peziarah datang dengan niat untuk berdoa, mengenang jasa sang ulama atau sekadar mencari ketenangan batin. Suasana di sekitar makam yang asri dan damai menjadikan tempat ini sangat cocok untuk refleksi spiritual.

Warisan Dakwah dan Relevansinya di Masa Kini

Jejak perjuangan Syekh Abdul Ghorib masih terasa hingga kini. Semangatnya dalam menyebarkan Islam dan memperjuangkan nilai keadilan menjadi inspirasi bagi masyarakat Tasikmalaya. Banyak pesantren di daerah ini yang meneladani sistem pendidikan dan ajaran moral warisan Syekh Abdul Ghorib.

Baca Juga: Gedung Landraad Indramayu Peninggalan Bersejarah yang Jadi Cagar Budaya

Makam Syekh Abdul Ghorib juga menjadi bukti nyata bagaimana dakwah tidak hanya dilakukan dengan kata-kata, namun melalui keteladanan dan tindakan nyata. Ia menunjukkan bahwa penyebaran agama harus dilakukan dengan kasih sayang, kebijaksanaan dan keikhlasan. Warisan spiritual ini menjadikan makam Syekh Abdul Ghorib tidak hanya sebagai destinasi wisata religi, tetapi juga pusat pembelajaran tentang nilai-nilai keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan yang tetap relevan hingga kini. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |