Menguak Fakta Dilophosaurus Beracun dan Gambaran Aslinya

14 hours ago 9

Fakta Dilophosaurus beracun kerap menjadi perdebatan hangat, terutama setelah penggambaran ikonik dinosaurus ini dalam film populer Jurassic Park. Dalam adegan film, makhluk purba tersebut memiliki jumbai leher yang dapat mengembang dan mampu menyemprotkan racun dari mulutnya. Gambaran dramatis tersebut sayangnya jauh berbeda dari realitas ilmiah yang ada. Sehingga, memunculkan kesalahpahaman publik yang meluas tentang salah satu predator awal Periode Jura ini.

Baca Juga: Kupu-Kupu Atlas Biru, Pemegang Rekor Hewan dengan Kromosom Terbanyak di Dunia

Dinosaurus ini, meskipun memiliki nama ikonik, justru menjadi salah satu makhluk purba yang paling banyak mendapatkan kesalahpahaman. Mengupas tuntas perbandingan antara fiksi dan sains menjadi penting untuk memahami identitas sejati dari predator yang hidup jutaan tahun lalu ini. Mengungkap bukan hanya kemampuan, tetapi juga ukuran dan morfologi aslinya.

Mengungkap Fakta Dilophosaurus Beracun

Ilmu pengetahuan secara tegas menyatakan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim fakta Dilophosaurus beracun. Adegan penyembur racun dalam fiksi adalah murni dramatisasi. Spekulasi mengenai dinosaurus beracun pernah muncul, misalnya pada Sinornithosaurus. Namun penelitian lebih lanjut mengungkap bahwa struktur “kantung racun” hanyalah gigi yang bergeser. Hingga saat ini, belum ada penemuan struktur organ pada hewan purba ini yang dapat menghasilkan atau menyemprotkan racun.

Ukuran Sejati yang Sering Jadi Kesalahpahaman

Gambaran dalam film sering mengecilkan ukuran dari Dilophosaurus. Makhluk ini tidak seukuran anjing besar, ukuran aslinya jauh lebih masif. Perkiraannya, hewan ini dapat mencapai panjang sekitar 6 meter dari kepala hingga ekor. Beratnya pun signifikan, mencapai sekitar 450 kilogram. Tentu saja, melampaui berat beruang besar modern. Hal ini menempatkannya sebagai salah satu hewan darat terbesar yang hidup pada masanya.

Dua Jambul Khas di Kepala

Ciri fisik paling menonjol dari hewan purba ini adalah sepasang jambul tulang yang terdapat pada bagian atas tengkoraknya. Nama hewan purba ini sendiri berasal dari ciri khas ini yang berarti “kadal berjambul ganda”. Fungsi jambul tersebut hingga kini masih menjadi topik perdebatan antar sebagian besar kalangan ilmuwan. Namun hipotesis yang paling umum adalah penggunaannya untuk menarik perhatian pasangan atau sebagai penanda visual dalam interaksi sosial.

Baca Juga: Pembagian Kelas Hewan dengan Kaki Beruas dan Contohnya

Tidak Ada Jumbai Leher yang Mengembang

Sama halnya dengan fakta Dilophosaurus beracun, fitur jumbai leher yang dapat mengembang juga merupakan kreasi fiksi. Tidak ada bukti fosil yang menunjukkan bahwa hewan ini memiliki struktur kulit semacam itu. Jaringan lunak seperti kulit jarang terawetkan, sehingga para ilmuwan secara teoritis masih membuka kemungkinan yang sangat kecil. Namun, temuan-temuan ilmiah yang ada belum pernah mendukung keberadaan jumbai tersebut.

Kerangka yang Ringan dan Mirip Burung

Selanjutnya, selain fakta Dilophosaurus beracun tidak benar, terdapat hal lain yang menarik perhatian, yakni bentuk kerangkanya. Penelitian terbaru terhadap spesimen predator purba ini yang paling lengkap mengungkap hal menarik tentang struktur tubuhnya. Berbeda dengan penggambaran mirip kadal, morfologi hewan purba ini lebih menyerupai burung.

Penemuan tulang-tulangnya bersifat pneumatik. Hal ini berarti tulang mereka berongga dengan kantong udara. Struktur kerangka yang ringan ini merupakan karakteristik kebanyakan burung modern. Dugaannya, mereka membantunya menjadi predator yang gesit dan lincah saat berburu. Studi tentang fragmen tulang kaki yang kuat juga mendukung dalam hal ini.

Kehidupan di Periode Jurassic Awal

Kehidupan hewan ini juga menarik perhatian. Faktanya, hewan ini berasal dari Periode Jura awal. Ia hidup sekitar 190 hingga 200 juta tahun yang lalu. Bahkan, ada yang memperkirakan 183 juta tahun lalu. Keberadaan di Amerika Utara memperlihatkan bahwa ia adalah keturunan relatif muda dalam dinosaurus pertama yang evolusinya di Amerika Selatan pada Periode Trias. Periode awal Jura ini masih minim catatan fosilnya. Sehingga, menjadikannya salah satu theropoda awal yang menarik untuk ilmuwan kaji. Meskipun begitu, klasifikasinya masih jadi bahan perdebatan antara para paleontolog.

Baca Juga: Mengenal Whale 52, Paus Paling Kesepian di Dunia

Fakta Dilophosaurus beracun adalah mitos populer yang melekat dari budaya pop, namun bertentangan dengan temuan ilmiah. Fakta Dilophosaurus adalah predator berukuran besar dan tidak beracun. Ia gesit dari Periode Jura awal, terkenal dengan sepasang jambulnya dan memiliki kerangka berongga yang secara mengejutkan mirip burung modern. Memahaminya dari perspektif ilmiah membantu menghargai keindahan dan kekayaan sejarah dinosaurus sesungguhnya, jauh melampaui fiksi yang dramatis. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |