Menggali Sejarah Prasasti Blanjong, Prasasti Tertua di Pulau Bali

1 month ago 20

Sejarah Prasasti Blanjong lebih lengkap akan dibahas pada artikel berikut. Salah satu peninggalan tertua yang lokasi penemuannya di Pulau Bali adalah Prasasti Blanjong.

Baca Juga: Prasasti Pasir Datar, Peninggalan yang Isinya Masih Jadi Misteri

Prasasti Blanjong merupakan prasasti penting dalam sejarah Indonesia, terkhusus masyarakat Bali. Hal itu karena di dalamnya memuat asal kata Bali itu sendiri yaitu walidwipa. 

Sejarah Prasasti Blanjong dan Isinya

Prasasti Blanjong merupakan prasasti yang berbahan dasar batu padas atau batu andesit. Bentuk prasasti ini berupa tiang batu dan wujudnya menyerupai bunga teratai. Prasasti Blanjong memiliki tinggi 177 cm dengan garis tengah sekitar 62 cm. 

Raja Sri Kesari Warmadewa merupakan tokoh yang mengeluarkan Prasasti Blanjong. Pengungkapan resmi prasasti tersebut terjadi sekitar bulan Phalguna (bulan ke 12 tahun Caka), tahun 835 Caka (911 M). Hal ini berdasarkan tinjauan dari segi paleografinya.

Bentuk huruf yang digunakan pada prasasti Blanjong memiliki kesamaan dengan prasasti-prasasti singkat yang ditemukan di Candi Kalasan di Jawa Tengah. Huruf semacam ini biasa digunakan di India Utara. Sedangkan, di Indonesia sendiri penggunaanya mulai berkembang sekitar abad VIII dan IX. 

Sejarah Prasasti Blanjong erat kaitannya sebagai prasasti tanda kemenangan atau Jaya Stamba/Jaya Cihna ata musuh-musuhnya di daerah Gurun (Nusa Penida) dan Swal (Pantai Ketewel). Kemenangan inilah yang melatarbelakangi lahirnya Prasasti Blanjong (Wiguna, 1990: 29-38). Nama prasasti Blanjong sendiri disematkan sesuai dengan tempat penemuannya.

Kekuasaan Raja Sri Wedari tercermin dalam isi Prasasti Blanjong. Prasasti tersebut menyebutkan bahwa raja telah berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan Swal. Hal ini menunjukkan kekuasaan Raja cukup luas dan mungkin di seluruh wilayah Bali.

Dalam Prasasti Blanjong, Raja juga menuliskan adanya kutukan bagi orang-orang yang melanggar isi prasasti. Ini berarti Raja Sri Kesari Warmadewa memimpin dengan tegas, bijaksana, berwibawa, serta menjunjung supremasi hukum. 

Lokasi dan Waktu Penemuan Prasasti Blanjong

Berdasarkan sumber sejarah yang ada, penemuan Prasasti Blanjong berlangsung sekitar tahun 1930 di Blanjong, Desa Sanur Kauh, daerah Sanur, Denpasar, Bali.

Penemu prasasti ini adalah Willem Frederik Stutterheim yang merupakan seorang arkeolog dan sejarawan asal Belanda. Ketika penemuan pertama kalinya, prasasti ini sudah dalam kondisi agak aus mengingat usianya dan beberapa baris hurufnya mulai hilang.

Bahasa

Sejarah Prasasti Blanjong termasuk salah satu prasasti yang unik. Penggunaan dua bahasa (bilingual) dan dua huruf (bescrif) pada prasasti tersebut menjadi salah satu penyebab keunikannya.

Baca Juga: Prasasti Kedukan Bukit, Menguak Sejarah, Isi dan Maknanya

Biasanya, penulisan prasasti di Bali menggunakan bahasa Sansekerta huruf Pre Nagari atau menggunakan bahasa Bali Kuna huruf Bali Kuna (Kawi). Akan tetapi, pembuatan Prasasti Blanjong memakai dua bahasa dan dua sistem aksara.

Prasasti Blanjong juga memiliki keunikan lain yaitu penggunaan sistem silang dalam penulisan huruf dan bahasanya. Bahasa Sansekerta ditulis dengan huruf Bali Kuna (Kawi), sedangkan bahasa Bali Kuna penulisannya menggunakan huruf Pre Negari. 

Temuan ini menunjukkan bahwa si penulis prasasti (citralekha) merupakan orang yang telah mahir dalam pengetahuan bahasa dan tata tulis serta penggunaanya, khususnya pada kedua jenis bahasa dan huruf tersebut. 

Penggunaan dua bahasa pada Prasasti Blanjong juga menjadi bukti bahwa masyarakat pada masa kerajaan Sri Kesari Warmadewa abad X Masehi memiliki kemahiran, penguasaan, dan pengetahuan. 

Isi Prasasti Blanjong

Sejarah Prasasti Blanjong tak lepas dari isinya. Isi Prasasti Blanjong dapat kita lihat pada tulisan yang terpahat di kedua sisinya.

Pada sisi barat laut tertera 6 baris tulisan, memakai aksara Pre-Negari yang biasa digunakan di India Utara dan dan bahasa Bali Kuna. Sementara itu, di sisi tenggara tertulis dengan 13 baris tulisan, menggunakan huruf Bali Kuna (Kawi) dan bahasa Sansekerta.

Para ahli mengartikan isi dari Prasasti Blanjong di sisi pertama sebagai berikut.

Pada tahun 835 Caka bulan Phalguna, seorang raja yang mempunyai kedudukan di seluruh penjuru dunia berstana di Keraton Singhadwala bernama Cri Kesari, berhasil mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Hal inilah yang harus kita ketahui sampai di kemudian hari.

Baca Juga: Sejarah Prasasti Yupa, Legasi Kerajaan Kutai

Sedangkan, pada sisi yang lain isinya kurang lebih sama. Hanya saja pada sisi tersebut menuliskan gelar raja lebih lengkap Adipatih Cri Kesari Warmadewa. Selain itu juga menyebutkan alasan didirikan tugu prasasti yaitu karena berhasil meraih kemenangan. Demikian uraian tentang sejarah Prasasti Blanjong. Prasasti ini telah terdaftar sebagai cagar budaya dengan beberapa kali konversi serta telah mendapatkan bangunan pelindung. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |