Mitos beringin kembar Jogja yang ada di Alun-Alun Kidul sudah menjadi mitos yang sangat populer. Bahkan bukan hanya masyarakat Jogja saja yang mendengar mitosnya namun juga masyarakat dari daerah lainnya. Nah, bagi yang belum mengetahuinya berikut ini akan kita bahas mitos terkait pohon beringin kembar tersebut.
Baca Juga: Mitos Pantai Kedung Tumpang Tulungagung, Tak Boleh Bawa Jeruk Jika Berkunjung ke Sini
Mitos Beringin Kembar Jogja, Lewat dengan Mata Tertutup hingga Pintu Gerbang ke Laut Selatan
Beringin kembar sendiri merupakan julukan bagi dua pohon beringin besar yang ada di tengah Alun-Alun Kidul. Kedua pohon yang dipagari tersebut telah menjadi ikon khas dan tidak bisa terpisahkan dari Alun-Alun Kidul. Kedua pohon beringin yang berjarak 15 meter tersebut diberi nama Kyai Janadaru dan Kyai Dewadaru.
Alun-Alun Kidul sendiri merupakan halaman belakang dari Keraton Kasultanan Yogyakarta yang memiliki luas 150 x 150 meter persegi. Alun-alun ini terbuka selama 24 jam mulai Senin hingga Minggu dan sering menjadi tempat wisata. Saat sore hingga malam hari, tempat ini pun semakin ramai oleh anak muda hingga dewasa sekalipun.
Banyak orang yang datang untuk berwisata kuliner maupun sekedar berkumpul dan bermain dengan keluarga serta teman-teman. Tidak sedikit pula wisatawan yang datang untuk membuktikan tentang mitos beringin kembar Jogja di alun-alun tersebut. Beringin kembar di alun-alun ini memang memiliki beberapa mitos yang menarik dan juga unik.
Meskipun mitosnya sudah populer, namun beberapa orang mungkin belum benar-benar mengetahuinya. Karena itu, berikut ini akan kita bahas beberapa mitosnya yang telah diyakini oleh banyak orang dan wisatawan. Bagi yang merasa penasaran pastikan untuk menyimak pembahasannya berikut sampai tuntas.
Melewati Kedua Pohon Beringin dengan Mata Tertutup
Mitos pertama yang paling populer yaitu tentang berjalan di antara kedua pohon dengan mata tertutup. Jika seseorang berhasil melewati kedua pohon tersebut dengan baik maka konon katanya keinginannya akan terkabul. Meskipun terdengar mudah namun nyatanya banyak orang yang tidak berhasil melewatinya dan menyimpang dari jalur.
Asal mitos beringin kembar Jogja ini katanya sudah ada sejak zaman pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono 1. Saat itu, putrinya mendapat lamaran dari seorang laki-laki, akan tetapi ia tidak menyukai laki-laki tersebut. Karena itu, ia mengajukan tantangan yaitu harus bisa melewati pohon beringin kembar dengan mata tertutup.
Laki-laki yang melamar sang putri pun menerima dan mencoba tantangan tersebut, akan tetapi tidak berhasil. Sri Sultan pun menyatakan bagi yang ingin menaklukan tantangan ini harus memiliki hati murni dan tulus. Adat melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup atau masangin ini pun terus ada hingga sekarang.
Tempat Latihan Prajurit
Mitos lainnya mengatakan jika tempat ini menjadi tempat latihan para prajurit keraton pada zaman dulu. Katanya, para prajurit berjalan mondar-mandir di antara pohon beringin tersebut dengan tujuan untuk melatih konsentrasi. Selain itu, prajurit juga menggunakan area lapangan untuk berlatih menunggang kuda hingga memanah sambil bersila.
Baca Juga: Pulau Kunti Sukabumi, Berikut Beberapa Mitos dan Faktanya
Membawa Keberkahan
Mitos beringin kembar Jogja masangan katanya membawa berkah namun ada yang harus dilakukan sebelum melakukannya. Pada malam 1 Suro, abdi dalem atau keluarga keraton biasanya berpuasa semalaman dan mengelilingi keraton menuju ke alun-alun. Siapa yang berhasil berpuasa dan masangin maka katanya akan mendapatkan keberkahan atau permintaannya terkabul.
Pintu Gerbang Laut Selatan
Mitos lain yang berkembang yaitu bahwa kedua pohon beringin ini merupakan pintu gerbang ke laut selatan. Kepercayaan tentang pintu gerbang ke laut selatan tersebut mulai berkembang ketika zaman pemerintahan HB VI. Menurut kepercayaan setempat, Keraton Yogya memang memiliki hubungan dengan Ratu Laut Selatan yaitu Nyi Roro Kidul.
Kepercayaan adanya hubungan antara keraton dan penguasa laut selatan tersebutlah yang kemudian melahirkan mitos ini. Karena itu pula, banyak orang meyakini jika ada orang yang hendak berbuat jahat pada Keraton Yogyakarta maka akan kehilangan kesaktiannya setelah melewati kedua pohon beringin di tengah alun-alun.
Tradisi Masangin di Alun-Alun Kidul Yogyakarta
Tradisi Masangin merupakan salah satu daya tarik wisata di Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang berawal dari mitos beringin kembar. Menurut kepercayaan yang berkembang, siapa pun yang berhasil berjalan lurus melewati dua pohon beringin dengan mata tertutup akan mendapatkan keberkahan dan keinginannya terkabul.
Tradisi ini berasal dari zaman Kesultanan Yogyakarta, yang awalnya dilakukan dalam ritual Topo Bisu pada malam 1 Suro. Prajurit dan abdi dalem akan melewati beringin kembar sebagai bentuk pencarian berkah serta perlindungan dari serangan musuh. Karena dahulu alun-alun digunakan sebagai tempat latihan prajurit, berjalan dengan mata tertutup di antara beringin juga menjadi latihan konsentrasi.
Mitos semakin kuat karena adanya kepercayaan bahwa kedua pohon ini memiliki jimat tolak bala yang dapat melemahkan tentara kolonial yang melewatinya. Hingga kini, tradisi Masangin tetap menjadi pengalaman menarik bagi wisatawan yang ingin mencoba tantangan unik dan merasakan atmosfer mistis di kawasan bersejarah ini.
Baca Juga: Mitos Jembatan Cibabi Bogor, Ada Sosok Penunggu Wanita
Mitos beringin kembar Jogja memang cukup beragam dan banyak orang dari berbagai wilayah yang meyakininya. Salah satu mitos yang paling populer adalah melewati kedua pohon sambil menutup mata agar permintaan terkabul. Hingga sekarang banyak orang yang melakukan hal tersebut baik dengan niat serius maupun hanya seru-seruan saja. (R10/HR-Online)