Perjuangan KH Anwar Musaddad, Tokoh Pendidikan Asal Garut dan Pencetus Berdirinya UIN

3 hours ago 2

Indonesia mempunyai seorang tokoh nasional yang berperan penting dalam dunia pendidikan. Tokoh tersebut bernama Prof. KH Anwar Musaddad, seorang kyai yang berasal dari Desa Ciledug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Ia lahir pada tanggal 3 April 1910 silam dan merupakan ulama terkemuka Sunda sekaligus guru besar dan pencetus Universitas Islam Negeri (UIN) pertama di Indonesia.

Baca Juga: Biografi KH Samanhudi, Pengusaha Batik Asal Surakarta Pendiri Sarekat Dagang Islam

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut sejarah dan perjuangan hidup kyai kharismatik tersebut, maka simak ulasan selengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Sejarah Perjalanan Hidup KH Anwar Musaddad

Sejarah perjalanan hidup kyai Garut ini bermula pada usia 4 tahun saat dirinya kehilangan sosok ayah hingga menjadi yatim. Kemudian ia bersama adik-adiknya tinggal bersama ibunya bernama Siti Marfu’ah. Sang ibu merupakan seorang wiraswasta pengusaha batik Garutan dan juga penjual dodol Garut “Kuraesin”.

Memasuki usia sekolah, ia menempuh pendidikan swasta setara SD di HIS kristen. Karena bukan dari golongan bangsawan (menak) dan anak pegawai negeri (ambtenaar), akibatnya ia tidak dapat memasuki sekolah HIS negeri. HIS sendiri merupakan kepanjangan dari Hollandsch Inlandsche School yaitu sekolah dasar bumiputra pada masa penjajahan Belanda.

Kemudian, ia melanjutkan pendidikan setara SMP bernama MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Kristelijk Garut, dan AMS (setingkat SMA) Christelijk di Sukabumi. AMS singkatan dari Algemeene Middelbare School. Setelah lulus sekolah menengah, ia lalu belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, selama dua tahun.

Pada tahun 1930, KH Anwar Musaddad menuntut ilmu ke Mekkah selama 11 tahun di Madrasah Al-Falah. Di Mekkah, ia memperoleh banyak ilmu dari para ulama disana pada masa itu. 

Ulama tersebut antara lain: Sayyid Alwi al Maliki, Syaikh Umar Hamdan, Sayyid Amin Qutbi, Syekh Janan Toyib (Mufgi Tanah Haram asal Minang), dan Syekh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram asal Solo).

Sebelum berangkat ke Mekkah, beliau pernah menuntut ilmu di Pesantren Cipari yang multifungsi. Pesantren ini terletak di Desa Sukarasa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. 

Tempat ini tidak hanya mendidik para santrinya untuk mendalami ilmu-ilmu agama Islam saja saja. Namun juga menggembleng para santri untuk mencintai tanah air dan siap berperang melawan penjajah.

Melawan Agresi Militer Belanda Tahun 1948

Setelah menimba ilmu di Mekkah, KH Anwar Musaddad pulang ke tanah air pada masa Agresi Militer Belanda. Sesudah itu, ia bersama KH Yusuf Taujiri dan KH Mustofa Kamil, memimpin pasukan Hizbullah untuk melawan agresi Belanda yang ingin kembali menjajah Republik Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada masa revolusi kemerdekaan pada tahun 1945-1949.

Meskipun ia sempat ditangkap Belanda hingga mendekam penjara pada tahun 1948, namun ia berhasil bebas setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan tahun 1950.

Mendirikan UIN Pertama di Indonesia

Pada tahun 1953, KH Anwar Musaddad memperoleh tugas dari Menteri Agama KH Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta. Perguruan tinggi ini merupakan cikal-bakal Institut Agama Islam Negeri (IAIN), yang kini berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

Baca Juga: Mengenal Soegondo Djojopoespito, Pelajar Nakal yang Pimpin Kongres Pemuda 1928

Pada masa itu, ia berhasil menjadi guru besar dalam bidang Ushuluddin di IAIN Yogyakarta dan menjadi dosen pendidik di fakultas tersebut pada 1962-1967. Kemudian, dalam Dies Natalis IAIN Al-Jami’ah ke-5, ia menyampaikan pidato berjudul Peranan Agama dalam Menyelesaikan Revolusi yang berhasil membakar semangat peserta kala itu.

Kemudian di tahun 1967, ia mendapat mandat untuk merintis IAIN Sunan Gunung Djati di Bandung. Dalam kesempatan itu, ia juga bertindak sekaligus menjadi rektor pertama di perguruan tinggi tersebut hingga 1974.

Peranan di Bidang Politik dan Pendidikan

Peranan KH Anwar Musaddad di bidang politik antara lain menjadi anggota parlemen (DPR) dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) hasil pemilihan umum tahun 1955. Kemudian, ia menjadi anggota DPRGR 1960-1971. Peran terbesarnya di NU adalah pernah menjadi Wakil Rais ‘Aam PBNU pada Muktamar NU di Semarang tahun 1980.

Selain itu, ia juga mempunyai peranan penting di bidang pendidikan yaitu menggembleng sumber daya manusia di lingkungan perguruan tinggi saat menjadi Rektor IAIN Sunan Gunung Jati.  

Selain itu, kyai ini juga mendirikan Sekolah Persiapan IAIN (SP IAIN) di beberapa wilayah. Adapun wilayah tersebut antara lain: Garut, Cipasung Tasikmalaya, Cilendek Bogor, Ciparay Bandung, dan Majalengka.

Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan jumlah mahasiswa IAIN di Indonesia. Selain itu, tujuannya adalah mewujudkan cita -cita beliau dalam “mengulamakan intelektual” dan “mengintelktualkan ulama”. Sejak tahun 1976, ia tinggal di Garut dengan mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah yang mengelola pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Baca Juga: Mengenal Dwi Koendoro Brotoatmodjo, Kartunis Kelahiran Kota Banjar yang Multitalenta

Demikian sejarah dan perjuangan KH Anwar Musaddad yang dapat menjadi referensi banyak orang. Perjuangannya untuk Indonesia sangat besar sehingga layak menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini. Kyai yang terkenal sebagai ahli perbandingan agama ini meninggal pada tahun 2000 dalam usia 91 tahun. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |