Sejarah Letkol Moch Sroedji Pahlawan Pejuang Jember yang Gugur Melawan Penjajah Belanda

12 hours ago 6

Kisah kepahlawanan Letkol Moch Sroedji dari kota Jember layak menjadi inspirasi seluruh bangsa Indonesia saat ini. Sejarahnya menggambarkan betapa berat perjuangan melawan penjajah Belanda di masa lalu. Dengan demikian, kisah hidupnya patut menjadi salah satu pokok bahasan yang akan diulas lebih lanjut dalam artikel berikut ini.

Baca Juga: Peran Katamso Darmokusumo, Pahlawan Asal Sragen

Penasaran seperti apa perjuangan Letkol Mochammad Sroedji dalam menghadapi penjajah Belanda kala itu? Yuk ikuti kisah selengkapnya di bawah ini!

Sejarah Letkol Moch Sroedji dan Perjuangannya Melawan Penjajah Belanda

Jember merupakan sebuah kota di Jawa Timur. Kota ini memiliki pahlawan yang sangat berjasa bagi masyarakatnya, yaitu Letkol Mochammad Sroedji. Atas pengorbanannya yang gugur dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda, pemerintah mengabadikan namanya dengan mendirikan sebuah patung tegap di depan kantor Pemerintah Kabupaten Jember.

Sroedji lahir pada 1 Februari 1915 di Bangkalan. Ia merupakan putra ke-2 dari 7 bersaudara dari pasangan H. Hasan dan Hj. Amni. Sroedji. Berkaitan dengan pendidikannya, Sroedji masuk ke Hollands Indische School (HIS). Ia kemudian belajar ilmu di Ambachts Leergang atau sekolah pertukangan di zaman Belanda selama 3 tahun.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Letkol Mochammad Sroedji bekerja sebagai pegawai Jawatan Kesehatan, tepatnya sebagai mantri malaria di Rumah Sakit Kreongan Jember, yang kini terkenal sebagai RS Paru Jember. Ia mengabdi di sana sejak tahun 1938 hingga 1943.

Masuk Tentara PETA Tahun 1943

Sejak muda, Letkol Moch Sroedji bercita-cita menjadi seorang tentara. Cita-citanya terwujud ketika ia bergabung dengan PETA pada akhir tahun 1943. Ia mulai berkarier dengan pangkat Shodanco di PETA Besuki. Setelah menyelesaikan pendidikan perwira tentara PETA angkatan I di Bogor, pangkatnya naik menjadi Komandan Kompi.

Sebagai Komandan Kompi, Letkol Mochammad Sroedji bertugas di Karesidenan Besuki, tepatnya di Batalyon 1 Kencong – Jember, di bawah komando Daidancho Soewito Soediro. Setelah Indonesia merdeka, Sroedji berperan aktif dalam mempelopori pembentukan BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di wilayah Karesidenan Besuki. 

Berkat dedikasi dan kerja kerasnya, ia berhasil diangkat menjadi Komandan Batalyon 1 Resimen IV Divisi VII TKR setelah pelantikan resmi. Ia menjabat posisi tersebut dari September 1945 hingga Desember 1946, dengan markas di wilayah Kencong, Jember.

Baca Juga: Sejarah KH Zainal Mustafa, Perjuangan Santri Tasikmalaya Melawan Penjajah

Menghadapi Pertempuran Belanda

Pada Mei 1948 hingga Oktober 1948, Letkol Moch Sroedji menjadi Komandan Resimen 40 Damarwoelan pada Divisi VIII. Kemudian tepat 25 Oktober 1948, sesuai hasil keputusan Menteri Pertahanan RI. No. A/532/42, Resimen 40 Damarwoelan berubah namanya menjadi Brigade III Damarwulan Divisi I TNI Jawa Timur.

Tanggal 8 Februari 1949 menjadi titik awal perjuangannya melawan Belanda. Sroedji dan pasukannya menghadapi pertempuran melawan Belanda dengan penuh semangat di Desa Karang Kedawung, Kecamatan Mumbulsari, Jember. Peristiwa ini merupakan pertempuran terakhir yang dilalui Letkol Mochammad Sroedji.

Kala itu, Belanda menyergap Letkol Sroedji yang sedang melakukan rapat koordinasi dengan perwira dan sejumlah perangkat desa setempat. Serangan Belanda tersebut sangat mendadak sehingga membuatnya panik. 

Kemudian ia memerintahkan pasukannya untuk melakukan perlawanan. Dengan posisi sudah terkepung, ia dengan gigih dan tetap semangat tidak menyerah kepada Belanda.

Akhir Perjuangan Hidupnya

Dalam kondisi masih belum pulih dari sakit. Letkol Moch Sroedji bersama pasukannya yang baru tiba dari Blitar, terus memimpin barisan dari gempuran musuh. Dalam pertempuran tersebut, anak buahnya mengingatkannya untuk mundur karena pasukan Belanda terlampau kuat. Akan tetapi, kala itu pundak Letkol Mochammad Sroedji sudah terlanjur tertembak oleh pasukan Belanda.

Dengan bantuan sahabatnya yang merupakan dokter bernama Soebandi, ia kemudian dipapah, namun naas sang dokter tewas seketika akibat tembakan Belanda. Dengan geram, ia lalu menyerang pasukan musuh dengan gagah berani menggunakan senjata pistol di tangannya.

Meski sempat berhasil mengenai musuh di depannya, namun ia kehabisan peluru dan tewas akibat berondongan peluru ke sekujur tubuhnya. Sebelum gugur, ia tetap berjuang menghadapi musuh dalam kondisi peluru sudah habis. Peristiwa ini menjadi akhir perjalanan dalam hidupnya dan berkat jasanya ia mendapat anugerah tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Mahaputera Utama.

Perjuangan Letkol Mochammad Sroedji menjadi inspirasi rakyat Indonesia untuk meningkatkan semangat juang di dalam kehidupan bermasyarakat. Tentunya perjuangan saat ini memang tidak se heroik zaman dahulu, akan tetapi nilai-nilai kegigihan dan keberaniannya, ia layak menjadi panutan generasi muda saat ini. 

Baca Juga: Perjuangan Emma Poeradiredja, Tokoh Inspiratif Kaum Wanita

Berkat perjuangan Letkol Moch Sroedji, saat ini Kota Jember mengabadikannya dalam bentuk patung yang berada di Kantor Kabupaten Jember. Jika Anda hendak berkunjung ke Kota Jember, jangan lupa melihat ikon bersejarah ini, ya! (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |