Anjuran berdagang dalam Islam sudah banyak yang mengetahuinya. Bahkan dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW sendiri membuktikannya sebagai seorang pedagang saat masih muda.
Berdagang dalam Islam bukan hanya sekadar sebagai salah satu mata pencaharian seseorang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun juga pekerjaan ini adalah sunnah yang diutamakan.
Kendati begitu, Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan profesinya sebagai pedagang memegang berbagai prinsip yang sesuai dengan ketentuan Allah. Tentunya, agar hasil dari berdagang itu mendapatkan keuntungan dan keberkahan.
Dari beberapa hadits nabi soal anjuran berdagang, menunjukkan bahwa kita harus menjadi seorang yang pekerja keras, hasil dari tangan sendiri adalah yang lebih baik.
Kendati pekerjaan ini masuk kategori sunnah dan banyak pahala menanti, namun kita perlu meneladani cara Rasul supaya mendapatkan keberkahan. Bukan malah sebaliknya, berdagang yang tidak sesuai ketentuan bisa menjadi malapetaka bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Beberapa Anjuran Berdagang dalam Islam
Jika kalian ingin memilih pekerjaan sebagai pedagang, tentu ada kiat-kiat yang harus menjadi patokan dalam melangkah, terutama mencontoh dari perbuatan Nabi Muhammad SAW.
Pertama, Nabi saat berdagang terkenal sebagai orang yang jujur. Saat terjadi transaksi, antara penjual dan pembeli sama-sama punya hak khiyar, atau kesempatan untuk membatalkan maupun melanjutkan transaksinya selama keduanya belum terpisah.
Nah dalam hal ini, terjadilah tawar-menawar antara penjual dan pembeli. Di sini pentingnya kejujuran penjual agar konsumennya tidak rugi. Bahkan, ketika kita jujur konsumen akan lebih senang hingga mereka bisa menjadi berlangganan.
Selanjutnya, prinsip dalam berdagang adalah amanah. Jika seorang pedagang amanah terhadap pembelinya, maka akan banyak keuntungan yang kita dapat, yakni kepercayaan dari pembeli.
Perlu kita ingat, berdagang bukan hanya sekadar mencari untung semata, namun juga mencari keberkahan dari pekerjaan yang halal.
Nabi Muhammad SAW sebagai pedagang, adalah sosok yang murah hati terhadap pembelinya. Bayangkan saja, Nabi menikahi Khadijah dengan mahar berupa 20 ekor unta dan serta 12,4 ons emas. Mahar tersebut merupakan hasil kerja keras nabi yang salah satunya dari berdagang.
Hal ini menunjukkan bagaimana nabi begitu baik menjalin hubungan dengan para pembelinya. Terlebih Nabi selalu menyampaikan kelebihan dan kekurangan barang yang ia jual sebenar-benarnya.
Terakhir, yang perlu kita ingat adalah selalu mengingat akhirat ketika berdagang. Anjuran ini tentu saja agar kita tidak berlaku curang saat berjualan kepada pembeli demi meraup keuntungan yang tidak halal.
Apalagi, setiap perbuatan yang kita lakukan selalu ada yang mengawasi dan mencatatnya. Sehingga, kita harus benar-benar mengingat hal itu agar tidak melakukan perbuatan yang tercela saat berdagang.
Dari beberapa penjelasan singkat anjuran berdagang dalam Islam di atas, kita bisa secara perlahan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja agar hasil yang kita dapatkan berkah. (Muhafid/R6/HR-Online)