Cara Belajar Storytelling untuk Vlog agar Penonton Tidak Cepat Bosan

16 hours ago 5

harapanrakyat.com,- Konten kreator pemula yang ingin belajar storytelling untuk vlog masih banyak yang bingung bagaimana memproduksinya. Apalagi yang belum terbiasa menyampaikan cerita atau story telling di depan kamera. 

Sebagai informasi, vlog seseorang yang hanya pergi ke minimarket bisa saja ditonton jutaan orang, sementara vlog liburan mewah Anda sepi penonton. Kunci di konten video ini adalah bukan pada kemewahan lokasi, melainkan struktur ceritanya. 

Kemudian, yang jarang dipahami adalah penonton sebenarnya tidak peduli dengan apa yang Anda lakukan, akan tetapi mereka peduli dengan apa yang Anda rasakan dan hadapi.

Sehingga, banyak kreator yang gagal karena vlog mereka hanya berupa deretan klip acak tanpa benang merah. Maka dari itu, untuk mengubah ini, Anda perlu belajar storytelling untuk vlog menggunakan rumus klasik Hollywood yang sederhana, yakni Hero’s Journey. 

Memulai Belajar Storytelling untuk Vlog

Untuk menciptakan struktur cerita video menarik, kita akan membagi vlog menjadi tiga elemen kunci. Jangan pernah menekan tombol rekam sebelum Anda tahu apa konflik hari ini.

Pertama adalah masalah atau The Call to Adventure. Kesalahan fatal vlogger pemula adalah memulai video dengan kalimat  “Hai guys, hari ini cuaca cerah.” Itu membosankan. Mulailah dengan masalah atau tantangan. Ini adalah hook atau pengait Anda. 

Baca juga: Strategi Konten Faceless untuk Kreator Pemula agar Cepat Tumbuh Pesat

Contohnya, “Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, saya telat ke kantor, dan nasi di rice cooker ternyata basi. Saya cuma punya waktu sepuluh menit untuk sarapan.” 

Nah, dari kalimat tersebut, Anda sebagai Sang Hero dihadapkan pada masalah Waktu dan Nasi Basi. Penonton otomatis penasaran, Apakah dia akan berhasil?

Kedua, perjuangan atau The Struggle/Rising Action. Ini adalah inti dari vlog. Jangan langsung melompat ke hasil akhir. Tunjukkan prosesnya, tunjukkan keringatnya, dan tunjukkan kegagalannya. 

Alasan ini cukup berdasar. Sebab, algoritma menyukai bagian ini karena di sinilah retensi (durasi tonton) terbentuk. Dalam konteks belajar storytelling untuk vlog, bagian ini harus menampilkan emosi. 

Karena itu, tunjukkan saat Anda panik mencari telur di kulkas, saat kompor susah dinyalakan, atau saat Anda berlari mengejar bus. Jangan sunting semua kesalahan. Justru ketidaksempurnaan itulah yang membuat penonton merasa terhubung (relate) dengan Anda.

Babak Akhir tak Harus Sempurna

Terakhir kuncinya adalah Solusi atau The Resolution. Ini adalah babak akhir. Apakah Anda berhasil mengatasi masalah tersebut? Atau Anda gagal total? Kabar baiknya, happy ending itu tidak wajib. 

Jika Anda berhasil membuat sarapan dalam sepuluh menit, itu adalah kemenangan. Jika Anda gagal dan akhirnya terpaksa beli roti di jalan, itu adalah plot twist yang lucu. Paling penting, ada kesimpulan dari masalah yang Anda ajukan di awal video. Ingat, perasaan lega atau perasaan pasrah yang Anda tunjukkan di akhir video memberikan kepuasan psikologis bagi penonton.

Lalu, untuk penerapan struktur cerita video menarik ini harus didukung dengan visual. Jangan hanya menjadi Talking Head (kepala berbicara) di depan kamera menceritakan masalah Anda.

Jika masalahnya macet, rekam kemacetannya, rekam speedometer yang diam, rekam ekspresi kesal Anda di kaca spion. Gunakan teknik B-Roll untuk mempermanis transisi antara masalah dan solusi.

Dari penjelasan singkat di atas, vlog yang bagus bukanlah tentang hidup yang sempurna, melainkan tentang bagaimana Anda menyikapi ketidaksempurnaan hari itu. Dengan belajar storytelling konten vlog yang sederhana ini, secara perlahan Anda akan menjadi vlogger profesional di media sosial. (Muhafid/R6/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |