Kapten Pierre Tendean, Pahlawan Muda Penuh Keberanian

1 month ago 18

Kapten Pierre Tendean adalah salah satu pahlawan revolusi yang namanya selalu masyarakat kenang dalam sejarah Indonesia. Di usianya yang masih muda, ia menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi salah satu tragedi kelam bangsa, yaitu peristiwa G30S. 

Sebagai ajudan Jenderal AH Nasution, Pierre rela mengorbankan dirinya demi melindungi atasannya dari ancaman yang mengerikan. Kisah hidup Pierre Tendean tidak hanya tentang pengabdian seorang perwira militer, tetapi juga tentang dedikasi seorang anak bangsa yang mencintai negaranya. 

Baca Juga: Bung Hatta Mundur Jadi Wakil Presiden, Simak Alasannya

Ia melangkah ke medan tugas dengan semangat tinggi, meski akhirnya harus menghadapi takdir tragis di Lubang Buaya. Nama Pierre kini menjadi simbol keberanian yang menginspirasi generasi muda Indonesia.

Awal Karier Kapten Pierre Tendean

Pierre Tendean lahir di Batavia pada 21 Februari 1939. Ia berasal dari keluarga berdarah campuran Prancis-Minahasa. Dia adalah putra dari A.L. Tendean yang berasal dari Minahasa dan Cornel M.E. yang memiliki keturunan Belanda-Perancis. 

Ayahnya bekerja sebagai dokter di berbagai tempat, termasuk Jakarta, Tasikmalaya, Cisarua, Magelang, dan Semarang. Kapten P. Tendean mengawali pendidikannya di sekolah dasar di Magelang, kemudian melanjutkan ke SMP dan SMA di Semarang. 

Sejak sekolah, ia bercita-cita masuk Akademi Militer Nasional, meskipun orang tuanya lebih berharap ia menjadi dokter seperti ayahnya atau insinyur. Dengan tekad yang kuat, ia akhirnya berhasil masuk ke Akademi Teknik Angkatan Darat pada tahun 1958.

Setelah menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik pada tahun 1962, tugas pertamanya adalah sebagai Komandan Pleton di Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan. Namun, ia hanya bertugas di posisi tersebut selama setahun sebelum melanjutkan pendidikan di Sekolah Intelijen. 

Dalam masa konfrontasi dengan Malaysia yang dikenal sebagai ‘Dwikora,’ ia bertugas memimpin kelompok sukarelawan di berbagai lokasi strategis. Prestasinya membawa ia naik pangkat menjadi Letnan Satu (Lettu) dan ditunjuk sebagai pengawal pribadi Jenderal Abdul Haris Nasution.

Peran Sebagai Ajudan Jenderal AH Nasution 

Karier Kapten Pierre Tendean semakin cemerlang ketika ia ditunjuk menjadi ajudan Jenderal AH Nasution. Peran ini membuatnya sering berhadapan langsung dengan situasi kritis. 

Sebagai ajudan, Pierre selalu sigap dan setia mendampingi Nasution dalam berbagai tugas kenegaraan. Dedikasinya membuat Nasution sangat mempercayainya. 

Pierre tidak hanya menjalankan tugas administratif, tetapi juga bertanggung jawab atas keamanan Nasution. Ia terkenal sebagai sosok yang teliti dan selalu mengutamakan keselamatan atasannya. 

Keberanian di Tengah Peristiwa G30S 

Peristiwa G30S PKI bermula pada 30 September 1965 dengan penculikan dan pembunuhan sejumlah petinggi TNI Angkatan Darat. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, situasi mencekam terjadi di kediaman Jenderal Nasution akibat serangan pasukan Cakrabirawa, sebagaimana laporan dari Kemdikbud.

Seluruh anggota keluarga Jenderal Nasution, termasuk kedua putrinya, berada di rumah saat peristiwa itu berlangsung. Pasukan Cakrabirawa berhasil menerobos masuk ke dalam rumah dan melepaskan tembakan. Salah satu putri Nasution, Ade Irma Suryani, tertembak saat berada dalam pelukan ibunya.

Berdasarkan arsip detikNews, Pierre yang sedang tertidur segera terbangun untuk memeriksa situasi. Dengan keberanian luar biasa, ia menghadapi pasukan Cakrabirawa dan mengaku sebagai Jenderal Nasution, meskipun ia tahu risikonya.

Tindakan Pierre memungkinkan Jenderal Nasution beserta keluarganya melarikan diri dan menyelamatkan diri. Namun, Pierre akhirnya ditangkap dan dibunuh oleh pasukan Cakrabirawa. Jenazahnya kemudian ketemu di sumur tua yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Mengapa Pasukan Cakrabirawa Salah Tangkap? 

Pasukan Cakrabirawa yang bertugas menangkap Jenderal Nasution sebenarnya tidak mengenali wajahnya. Banyak anggota pasukan ini berasal dari daerah dan baru bertugas di Jakarta. 

Baca Juga: Sejarah Letkol Untung, Dalang di Balik Tragedi G30S/PKI

Saat Cakrabirawa menyergapnya, Pierre sempat berkata dirinya bukan Jenderal Nasution. Namun, dalam situasi yang tegang, kata-katanya disalahartikan. Pasukan pemberontak hanya mendengar nama Nasution dan segera bertindak. 

Setelah Pierre mereka tahan, beberapa anggota pasukan mulai menyadari kesalahan mereka. Meski demikian, mereka tetap melampiaskan kemarahan pada Pierre, yang mereka anggap telah mempermainkan mereka.

Pengorbanan yang Tidak Pernah Terlupakan 

Kapten Pierre Tendean menjadi salah satu korban peristiwa G30S yang masyarakat kenang hingga kini. Pengorbanannya menunjukkan dedikasi dan keberanian seorang prajurit sejati. 

Meskipun masih sangat muda, Pierre menunjukkan bahwa ia memiliki jiwa patriot yang besar. Ia rela menghadapi risiko demi melindungi atasannya dan menjaga kehormatan bangsa. 

Nama Pierre Tendean kini abadi sebagai simbol keberanian. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berjuang demi nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 

Pierre Tendean, Simbol Keberanian

Kapten Pierre Tendean adalah bukti nyata bahwa keberanian tidak mengenal usia. Di usia yang masih sangat muda, 24 tahun, ia dihadapkan pada situasi genting yang mempertaruhkan nyawanya.

Tanpa rasa gentar, Pierre memilih untuk berdiri di garis depan, menghadapi ancaman besar demi melindungi orang lain. Keberaniannya melampaui sekadar tugas seorang prajurit, ia dengan tegas menunjukkan bahwa pengabdian kepada negara adalah panggilan jiwa.

Pengorbanan yang ia lakukan menjadi pengingat bahwa menjadi seorang pahlawan tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan yang dimiliki. Keberanian sejati muncul dari keikhlasan untuk mengambil tanggung jawab besar, bahkan di bawah tekanan luar biasa. 

Baca Juga: Sejarah Pemberontakan RMS dan Tokoh Pentingnya

Kapten Pierre Tendean mengajarkan bahwa kepahlawanan sejati adalah tentang melakukan yang benar, meskipun itu berarti menghadapi risiko terbesar dalam hidup. Hal tersebut tak lepas dari keberanian dan pengorbanannya dalam peristiwa G30S. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |