Sosok Raden Tjetje Somantri tidak bisa kita pisahkan dari perkembangan dunia seni tari di Indonesia. Ia merupakan pelopor sejumlah tari tanah air, salah satunya tari kreasi Sunda.
Baca Juga: Sejarah Raden Totong Kiemdarto Guru Besar IKSPI Kera Sakti
Masa hidupnya habis untuk menari dan mengajar di Badan Kebudayaan Djawa Barat dan Badan Kebudayaan Indonesia. Sampai saat ini, tari kreasi ciptaannya masih begitu lestari dan banyak diajarkan di perguruan tinggi, sanggar tari, atau sekolah kesenian.
Sejarah Raden Tjetje Somantri
Nama aslinya adalah Raden Rusdi Somantri, lahir pada tahun 1892 di Bandung, Jawa Barat. Ibunya adalah gadis berdarah biru asal Bandung bernama Nyi Raden Siti Munigar dan ayahnya bernama Raden Somantri.
Sosok dengan sapaan akrab Tjetje Somantri ini mengenyam pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Bandung.
Tahun 1907, ia merampungkan sekolahnya di DIS kemudian meneruskan pendidikannya di Voor Work OSVIA (Opleidingsschool Voor Inlandsche Ambtenaren), yakni sekolah menak atau sekolah Pamong Praja di Bandung. Saat masih sekolah di OSVIA, Raden Tjetje Somantri mulai menyukai bidang seni, terutama seni tari.
Kala itu, tarian yang ia gemari adalah Tari Tayub. Saking gemarnya menari tayuban, Tjetje menjadi sering bolos sekolah dan tidak bisa merampungkan pendidikannya di OSVIA.
Tjetje Somantri belajar Tari Tayub dari Aom Doyot di Pendopo Kabupaten Purwakarta, sekitar tahun 1911. Usianya masih muda kala itu, namun Tjetje justru semakin semangat dalam mempelajari berbagai jenis tarian.
Beberapa tari yang ia pelajari kala itu adalah Tari Topeng Pamindo, Topeng Klana, Tari Topeng Cirebon, dan masih banyak lagi.
Kiprah Tjeje dalam Dunia Tari
Tahun 1925, Tjeje semakin giat memperdalam tari topeng dengan berguru kepada Elang Oto Denda Kusumah, seorang Pangeran Kesultanan Cirebon. Ia berhasil mempelajari beberapa tari, seperti Anjasmara, Jingga Anom Nyamba, Panji, Kendit Birayung, Menak Jingga, dan Menak Koncar.
Di tahun yang sama, Tjeje juga belajar wayang wong kepada Camat Buah Batu, Bandung, bernama Aom Menim. Berkat kepiawaiannya, tahun 1926, Raden Tjetje Somantri mendapat peran sebagai tokoh Baladewa dalam pertunjukan wayang wong.
Ia juga mendapat tawaran mengajar tari di OSVIA. Kemudian tahun 1930, Tjetje memperluas wawasan seninya dengan berguru pada Sudiani dan Dujono, pelatih tari di Perkumpulan Tirtayasa dan Sekar Pakuan. Ia belajar tarian Jawa kala itu.
Lima tahun setelahnya, Tjetje bertemu dengan salah satu pegawai Jawatan Kebudayaan Jawa Barat sekaligus pemimpin Badan Kesenian Indonesia (BKI), Tb Oemay Martakusumah.
Pertemuan itu menjadi awal yang baik bagi Tjetje. Jiwa seninya kiat tersalurkan, pun juga bakat dan kreativitasnya. Ia kemudian diangkat sebagai guru tari di BKI.
Selanjutnya, Tjetje menjadikannya sebagai wadah untuk berkreasi dan menciptakan berbagai macam tarian baru. Ia banyak menciptakan tari putri, seperti, Tari Sulintang, Ratu Graeni, Topeng Koncaran, Dewi, Kandangan, Srigati, Anjasmara, dan paling populer yaitu Tari Merak.
Adapun beberapa tari putri antara lain: Menak Jingga, Yuyu Kangkang, Kendit Birayung, Panji, dan lainnya.
Baca Juga: Asal Usul Orang Karo, Sejarah dan Tradisinya
Bersama dengan penari wanita, karya tari Raden Tjetje Somantri kerap ditampilkan di berbagai acara, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tb. Oemay Martakusumah berperan sebagai pendesain sebagai besar kostum tarinya kala itu.
Ia juga bekerja sama dengan Bapak Kayat sebagai penata gending dan R. Barnas Prawiradiningrat sebagai pencetus ide tentang pola lantai dalam tari-tari kreasi yang sifatnya rampak.
Penghargaan
Sosok Tjetje Somantri sudah menjadi bagian yang melekat erat dalam sejarah perkembangan seni tari Sunda.
Kontribusinya yang tidak sedikit dalam bidang tari mengantarkannya pada penghargaan Piagam Wijaya Kusumah dari Pemerintah Indonesia tahun 1961. Selang dua tahun setelah itu, tepatnya tahun 1963, Tjetje Somantri mengembuskan nafas terakhirnya di Bandung.
Karya-Karya
Meski sosoknya sudah tidak ada lagi di dunia, namun karya Raden Tjetje Somantri akan tetap dikenang dan lestari adanya. Berikut beberapa tari kreasi Tjetje yang menjadi bahan ajar di sekolah kesenian, sanggar seni, hingga perguruan tinggi:
- Tari Anjasmara I, II, III,
- Sekar Putri
- Tari Sulintang
- Kandagan
- Tari Kupu-kupu
- Tari Merak
- Tari Ratu Graeni
- Koncaran
- Puragabaya
- Komala Gilang Kusumah
- Kendit Birayung
- Dewi Serang dan Sulintang
- Srigati
- Golek Purwokertoan
- Golek Rineka
- Rineka Sari
- Nusantara
- Renggarini
Baca Juga: Mengenal Tradisi Sejarah Pela Gandong di Maluku
Sebagai pelopor tari kreasi, Tjetje sudah banyak memperkaya khasanah seni tari Jawa Barat. Raden Tjetje Somantri adalah maestro sekaligus koreografer pembaharu tari Sunda yang banyak menginspirasi banyak seniman lainnya. (R10/HR-Online)