Kisah Dzul Yadain adalah salah satu peristiwa yang sering kita dengar ketika membicarakan tentang masalah lupa dalam sholat. Dalam catatan sejarah Islam Dzul Yadain sendiri terkenal karena memiliki dua tangan yang panjang. Ia adalah seorang sahabat dari Bani Sulaim.
Baca Juga: Kisah Nabi Adam Haji di Makkah, Ikut Tawaf Bersama Malaikat
Selain itu, ia juga terkenal dengan keberaniannya bertanya langsung kepada Rasulullah SAW. Jika Anda masih awam, mari kita bahas sejarah Dzul Yadain dan berbagai hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa tersebut, baik dari segi fiqih, ushul fiqh, maupun akhlak.
Kisah Dzul Yadain dalam Hadits
Dalam sejarahnya, Dzul Yadain ini tercatat dalam Shahih Bukhari yang merupakan riwayat dari Abu Hurairah. Suatu ketika, Rasulullah SAW sholat bersama para sahabat pada waktu sore (antara dzuhur atau ashar).
Setelah melakukan dua rakaat, Rasulullah SAW salam dan kemudian berdiri menuju sebuah tonggak kayu di masjid untuk bersandar. Beberapa sahabat yang merasa ada yang aneh dengan sholat Rasulullah SAW pun berbisik bahwa sholat tersebut tampaknya dipersingkat (qashar).
Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, Dzul Yadain, seorang sahabat yang memiliki tangan panjang, dengan sopan bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, apakah engkau lupa ataukah sholatnya diqashar?”
Rasulullah SAW menjawab bahwa beliau tidak lupa dan sholatnya tidak beliau persingkat. Setelah itu, Rasulullah SAW melanjutkan sholatnya dengan menambah dua rakaat yang tertinggal dan melaksanakan sujud sahwi sebagai koreksi atas kelupaannya.
Pelajaran Fiqih dari Sejarah Dzul Yadain
Kisah Dzul Yadain memberikan banyak pelajaran, terutama dalam hal fiqih. Salah satunya adalah mengenai hukum berbicara dalam sholat. Dalam peristiwa ini, Dzul Yadain berbicara dengan Rasulullah SAW dalam sholat untuk menanyakan apakah beliau lupa atau sholat beliau persingkat.
Berdasarkan hadits ini, sebagian besar ulama menyatakan bahwa berbicara dalam sholat tidak membatalkan sholat. Terutama jika tujuannya untuk mengoreksi atau memberikan klarifikasi, seperti yang Dzul Yadain lakukan.
Selain itu, kisah ini juga memberikan pelajaran tentang sujud sahwi, yaitu sujud yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kesalahan dalam sholat. Rasulullah SAW melakukan sujud sahwi setelah mengoreksi sholatnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika ada kekurangan dalam sholat, kita dapat melakukan sujud sahwi sebagai perbaikan.
Lupa dalam Sholat, Apa yang Diajarkan oleh Rasulullah SAW?
Lupa merupakan bagian dari sifat manusia. Bahkan Nabi Muhammad SAW juga pernah mengalami hal ini. Meskipun beliau maksum (terhindar dari dosa), namun Allah SWT mengizinkan beliau lupa dalam beberapa keadaan sebagai pelajaran bagi umatnya.
Baca Juga: Kisah Ummu Hani, Menolak Cinta Rasulullah Hingga Dua Kali
Hadits ini juga menunjukkan bahwa ketika lupa terjadi dalam sholat, itu bukanlah suatu hal yang merusak ibadah. Asalkan kita menyadarinya dan mengoreksinya, seperti yang Rasulullah SAW lakukan dengan sujud sahwi.
Dalam hadits lain yang merupakan riwayat dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa beliau bisa lupa seperti halnya umatnya. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk saling mengingatkan jika ada yang lupa dalam ibadah, baik dalam sholat maupun kegiatan lainnya.
Akhlak Dzul Yadain, Keberanian dan Kesopanan dalam Bertanya
Selain pelajaran fiqih dan hukum, kisah Dzul Yadain juga mengajarkan kita tentang akhlak yang baik, terutama dalam bertanya. Dzul Yadain, meskipun merasa ada yang tidak beres dalam sholat Rasulullah SAW, tidak langsung menuduh atau mencela.
Ia dengan sopan bertanya, “Apakah engkau lupa atau sholatnya dipersingkat?” Pendekatan yang penuh kesopanan ini menunjukkan bagaimana seharusnya kita bertanya, terutama kepada orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan tinggi.
Keberanian Dzul Yadain dalam bertanya juga patut kita jadikan contoh. Meskipun banyak sahabat lain yang merasa ragu untuk bertanya, Dzul Yadain berani untuk bertanya langsung kepada Rasulullah SAW demi mendapatkan kepastian. Ini menunjukkan pentingnya keberanian dalam mencari ilmu, terutama jika kita merasa bingung atau ragu tentang sesuatu.
Hikmah dari Riwayat Dzul Yadain
Cerita Dzul Yadain mengandung banyak pelajaran yang sangat berharga. Selain memberikan pemahaman mengenai fiqih, seperti hukum berbicara dalam sholat dan sujud sahwi, kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya kesopanan dalam bertanya dan keberanian untuk mengoreksi kesalahan.
Baik itu dalam ibadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai umat Islam, kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, serta menjaga adab dan akhlak dalam berinteraksi dengan sesama.
Baca Juga: Mengenal Abu Hurairah, Sahabat Nabi yang Dermawan dan Banyak Meriwayatkan Hadis
Kisah Dzul Yadain menunjukkan bahwa dalam kehidupan ini, tidak ada yang sempurna. Namun, dengan sikap tawadhu, kesabaran, dan keberanian untuk bertanya, kita dapat memperbaiki kesalahan dan terus belajar menjadi lebih baik. (R10/HR-Online)