Kisah Nyimas Saritem hadir dalam berbagai versi. Ada versi yang menyebutnya sebagai gundik. Lalu ada juga versi cerita yang mengisahkannya sebagai pahlawan. Berbicara mengenai Saritem itu sendiri, ada kaitannya dengan julukan Kota Kembang pada Bandung.
Rupanya julukan tersebut juga berasal dari istilah kembang dayang. Istilah ini berarti wanita penghibur. Hal tersebut terungkap lewat buku berjudul Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (Granesia:1984) karya penulis sejarah bernama Haryoto Kunto.
Baca Juga: Jejak dan Asal Usul Leles Garut yang Pernah Jadi Daerah Vital di Zaman Belanda
Kisah Nyimas Saritem yang Melegenda
Kisah Saritem antara gundik dan pahlawan hingga kini belum mendapatkan kepastian. Mengingat, versi ceritanya memang berbeda-beda. Kini kita akan bedah masing-masing versi cerita tersebut.
Saritem sebagai Gundik
Salah satu versinya menceritakan Saritem sebagai gundik. Cerita ini tertuang dari Ferdian Achsani yang terangkum dalam Salingka, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra. Lebih tepatnya pada Volume 17 Nomor 1 Edisi bulan Juni 2020.
Bisa juga menemukan kisah Nyimas Saritem lewat situs salingka.kemdikbud.go.id. Dalam versi ini menyebut Saritem adalah gadis cantik yang berhasil memikat meneer Belanda. Pada akhirnya, ia jadi gundik.
Seiring berjalannya waktu, pembesar Belanda memintanya untuk cari wanita lain. Nantinya wanita tersebut akan jadi teman kencan tentara-tentara Belanda yang lajang. Hal ini berlangsung secara terus-menerus sampai lokasinya jadi sangat ramai.
Bahkan bukan hanya didatangi tentara yang lajang saja, melainkan juga prajurit lansia hingga pribumi. Karena bisnisnya laku keras, Saritem lantas mencari perempuan muda sampai ke sejumlah wilayah. Mulai dari Tasikmalaya, Cianjur, Garut dan daerah Jawa Barat lainnya.
Baca Juga: Intip Sejarah Keraton Kaprabonan Cirebon
Dari versi kisah Nyimas Saritem memperlihatkan betapa tertindasnya kehidupan wanita zaman dulu karena bisnis Saritem tersebut. Hal ini karena wanita-wanita tersebut dinilai tak ada harga dirinya. Wanita di zaman tersebut hanya jadi pemuas nafsu belaka.
Saritem sebagai Pahlawan
Di versi lain mengungkap cerita yang berbanding terbalik dari kisah tadi. Dalam versi ini, Saritem bukanlah seorang gundik, namun pahlawan. Diceritakan Saritem memiliki nama asli Ayu Permatasari. Ayu Permatasari termasuk bangsawan keturunan dari Kerajaan Sumedang Larang.
Perihal keluarganya, ia memiliki ibu yang namanya Sri Arum Ningrum. Lalu untuk sang ayah namanya Raden Arya Sutajaya. Ia menikah dengan seorang Komandan Militer bernama Kolonel Peter Van De Hood.
Di dalam versi kisah ini menyebut Nyimas Saritem sebagai wanita cantik yang identik dengan gaya rambut bersanggul. Kemudian mengenakan kebaya Sunda. Ia mendapatkan julukan sebagai Saritem karena memiliki tone kulit sari-sari item atau hitam.
Awal mulanya ada salah seorang temannya yang asalnya dari Semarang. Ia memberitahu teman-teman lainnya bahwa ada perempuan cantik sari-sari item di Bandung. Karena hal itu, Ayu Permatasari jadi populer dengan nama Saritem.
Upaya Membebaskan Kaum Wanita dari Prostitusi
Versi kisah nyimas ini bisa ditemukan di buku berjudul Saritem karya Aan Merdeka Permana. Ia adalah jurnalis sekaligus sastrawan. Saritem mulanya dari Sumedang lantas mendatangi daerah yang ada di Bandung. Jauh sebelum kedatangannya, tempat yang ia pijak tersebut sudah terkenal sebagai kawasan prostitusi.
Mengetahui hal itu, ia memiliki tekad kuat untuk membela sekaligus membebaskan kaum wanita. Hal ini tak lain supaya wanita-wanita tidak terjerumus ataupun terbelenggu ke dalam tempat maksiat tersebut. Supaya keinginannya terwujud, ia pun mendatangi pemerintahan Hindia-Belanda.
Kemudian ia meminta pemerintahan untuk menutup tempat prostitusinya. Apabila ada laki-laki yang mendatangi tempat tersebut lantas menginginkan wanita di sana, maka harus menikahinya secara resmi terlebih dulu. Alhasil, tak akan ada praktik prostitusi lagi.
Perjuangan ini tidaklah mudah. Meski begitu, ia tidak patah semangat dan terus berupaya menyelamatkan kaum wanita saat itu. Perjuangan inilah yang membuat termasuk kaum bangsawan berjasa di zamannya.
Baca Juga: Menilik Sejarah Gedong Dalapan Cikabuyutan Kota Banjar
Kedua versi kisah Nyimas Saritem di atas memang bertolak belakang. Hal yang pasti, cerita tentang sosok wanita ini masih terus membekas. Kedua kisahnya juga diyakini oleh masyarakat setempat dengan penilaian masing-masing. Terlepas dari kebenaran kisah tersebut, rupanya Nyimas Saritem diabadikan dengan bentuk jalan. Siapa saja bisa mengakses jalan tersebut dari arah Gardujati ataupun Jalan Jenderal Sudirman. Hal ini menandakan bahwa Nyimas Saritem memiliki kesan tersendiri. (R10/HR-Online)

                        11 hours ago
                                4
                    
















































