Kisah Syaikh bin Baz, Berhiaskan Ilmu dan Akhlak Mulia

3 weeks ago 13

Saat ini kita sudah jarang menemukan sosok manusia istimewa seperti Syaikh bin Baz. Siapakah Syaikh bin Baz dan seperti apa kisahnya? Simak penjelasannya dalam kisah Syaikh bin Baz berikut.

Baca Juga: Kisah Dzul Yadain, Pelajaran Berharga dari Lupa dalam Sholat

Meneladani Kisah Syaikh bin Baz

Sejarah Islam dan perkembangannya hingga saat ini, ada begitu banyak tokoh pintar dan legenda di dalamnya. Syaikh bin Baz memiliki nama asli Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Baz rahimahullah.

Ia lahir di kota Riyadh pada tanggal 12 Dzulhijjah tahun 1330 H, dari keluarga yang sebagian besar kaum lelakinya bergelut dalam dunia keilmuan.

Yatim Sejak Masih Belia

Ayah Syaikh bin Baz sudah meninggal dunia sejak ia masih balita. Sebagaimana anak yatim lainnya ia pun tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ibu dan keluarga terdekat. Para pengasuhnya termasuk kalangan orang-orang yang baik dan mulia.

Masa Kecilnya Penuh dengan Ilmu

Kota Riyadh yang merupakan ibu kota Kerajaan Saudi Arabia banyak penuh dengan ulama-ulama besar. Syaikh bin Baz tentu tidak menyia-nyiakan peluang emas tersebut.

Semangat ia menghafal dan mempelajari Al Quran sejak tumbuh sejak kecil. Bahkan ia sudah hafal Al Quran sebelum memasuki usia baligh.

Ketika masih masa kanak-kanak, Syaikh bin Baz sudah berguru kepada ulama-ulama besar. Dari ulama-ulama tersebut, ia berhasil menimba berbagai disiplin ilmu agama dan bahasa Arab.

Mengalami Kebutaan

Kisah Syaikh bin Baz nyatanya juga tak luput dari cobaan. Syaikh ibnu Baz lahir dalam keadaan sehat dan normal. Pada tahun 1346 H, tepat ketika ia berusia 16 tahun, penglihatannya mulai mengalami masalah.

Penyakit mata itu ternyata sangat berefek terhadap daya penglihatannya. Secara berangsur-angsur daya penglihatan ia pun melemah.

Hingga akhirnya pada tahun 1350 H, ia mengalami kebutaan secara total. Ia menghadapinya dengan penuh kesabaran, seraya memohon kepada Allah agar mendapatkan ganti yang lebih baik.

Benarlah apa yang diharapkan oleh Syaikh ibnu Baz. Allah mengganti indra penglihatannya dengan mengaruniakan penglihatan hati yang tajam dan pancaran iman yang terang benderang.

Ketiadaan salah satu indera yang penting itu tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan yang ia jalani. Termasuk dalam hal kesungguhan menuntut ilmu, mengamalkan ilmu yang telah dipelajari, serta berhias dengan akhlak yang mulia.

Bahkan, seiring bertambahnya usia, semakin bertambah pula ketegarannya di atas ilmu dan ketaatan. Tak mengherankan apabila ia selalu tampak menonjol di antara anak-anak yang sebaya dengan ia.

Syaikh Bin Baz Terjun ke Masyarakat

Kisah Syaikh bin Baz yang penuh dengan ilmu dan kemuliaan, menjadikan ia mendapatkan penghormatan dari salah satu gurunya. 

Pada usia  27 tahun, Syaikh bin Baz mendapatkan amanah sebagai qadhi (hakim agama) di Kota Kharj dan seluruh wilayah yang berada dalam cakupannya. Ia menerima tugas tersebut dengan penuh tawadhu’ (rendah hati). Ia meyakini bahwa jabatan itu adalah amanat yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah.

Baca Juga: Mengenal Abu Hurairah, Sahabat Nabi yang Dermawan dan Banyak Meriwayatkan Hadis

Tugasnya di Kota Kharj ternyata tak sebatas menjadi hakim agama. Ia juga mendapat amanat sebagai imam Masjid Jami’, khatib jum’at, nazhir wakaf, penanggung jawab anak-anak yatim, dai (pegiat dakwah), penanggung jawab di bidang pertanian dan pelayanan umum.

Kesibukan Syaikh bin Baz dengan segenap amanah yang diberikan tidak menghalanginya dari kegiatan dakwah dan menyebarkan ilmu agama.

Ia memanfaatkan waktu di luar jam kerja untuk membina umat dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama di Masjid Jami’. Bahkan, ia juga melakukan ceramah agama di pasar yang dihadiri oleh khalayak ramai.

Kembali Ke Tanah Kelahiran

Kisah Syaikh bin Baz tidak berhenti dengan pengabdiannya di Kota Kharj. Setelah kurang lebih 14 tahun ia kemudian ditarik kembali ke kota Riyadh. Di tanah kelahirannya tersebut, ia mengemban amanah sebagai pengajar tetap di Ma’had Ilmi. 

Di tahun-tahun yang terus berganti, ia mendapatkan amanah-amanah baru, namun hal ini tidak membuatnya meninggalkan dakwahnya. 

Saat Ajal Menjemput

Cerita Syaikh bin Baz berakhir ketika ajal menjemputnya. Ia tutup usia pada hari Kamis dini hari menjelang azan Subuh, tepatnya pada tanggal 27 Muharram 1420 H (1999 M).

Ia meninggalkan dunia pada usia ke-90 tahun dengan mewariskan ilmu, nasihat, bimbingan, dan kenangan yang indah untuk umat.

Baca Juga: Kisah Zainab dan Abul Ash, Cinta Beda Agama yang Tulus Setia

Demikian tadi kisah Syaikh bin Baz yang masa hidupnya ia habiskan untuk ilmu, belajar, mengajar, berbakti kepada Islam dan kaum muslimin. Ia memang telah tiada di dunia, namun warisan ilmunya masih ada dan sudah seharusnya kita teladani. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |