harapanrakyat.com,- Jejak sejarah Rawa Lakbok yang berada di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat begitu beragam. Termasuk dari berbagai catatan sejarah kolonial Belanda yang berulang kali menerbitkan informasi seputar wilayah yang sebelumnya merupakan wilayah yang tergenang air.
Seperti dalam koran Bataviaasch nieuwsblad yang terbit pada 19 Juni 1923, menggambarkan Rawa Lakbok yang berada di sebelah Barat Sungai Citanduy. Area ini adalah perairan yang terhampar luas hingga puluhan ribu bau atau sekitar 7 ribuan hektar.
Sementara itu, daerah ini saat itu tidak memiliki sistem drainase yang baik. Akibatnya, selalu tergenang oleh Sungai Citanduy ketika meluap. Bahkan, dalam tulisan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië 06-11-1911, disebutkan kawasan yang berada di jalur Kereta Api antara Banjar-Maos, Cilacap. Tempat ini menjadi sumber penyebab malaria saat itu.
Menelusuri Jejak Sejarah Rawa Lakbok
Kemudian, wilayah ini juga disebut sebagai terra incognita atau tanah tak bertuan. Pasalnya, hampir seluruh kawasannya didominasi oleh rawa luas dan hutan belantara. Sedangkan secara geografis, posisi Lakbok terjepit di tepi kanan Sungai Citanduy. Ini membentuk batas alami antara Karesidenan Priangan (Jawa Barat) dan Banyumas (Jawa Tengah).
Selain terkenal karena kondisi perairannya yang ganas, masyarakat juga menjuluki wilayah ini sebagai daerah “hitam”. Julukan ini menimbulkan ketakutan bagi penduduk lokal hingga pelancong Eropa.
Ternyata anggapan itu bukan tanpa alasan. Sebab, Lakbok menjadi sarang penyakit mematikan, terutama tifus dan malaria, yang berkembang di genangan air stagnan.
Di sisi lain, berdasarkan catatan Sumatra-bode 07-01-1921, meski suasananya terkenal sangat mencekam, para penumpang kereta api di awal abad ke-20 ketika melihat Rawa Lakbok terlihat begitu indah. Itu karena kilauan airnya yang terhampar luas. Meski begitu, bahaya mengintai di balik alang-alang yang tumbuh liar di beberapa titik daratan tanah.
Legenda Orang Lakbok
Di tengah situasi yang kurang memungkinkan itu, terkenal juga legenda keberadaan “Orang Lakbok”. Legenda ini membuat ketakutan masyarakat setempat yang masih sangat minim.
Dalam koran Bataviaasch nieuwsblad 07-08-1909 menyebutkan, Orang Lakbok ini adalah roh halus atau Siloeman yang menggunakan baju anyaman daun lontar. Ia adalah penghuni rawa yang sangat ditakuti.
Oleh karena itu, media kolonial menyebutnya kondisi alam liar Lakbok sangat berpengaruh besar terhadap peradaban masyarakat setempat. Ini termasuk kepercayaan terhadap adanya penunggu rawa dari makhluk astral itu.
Meskipun kondisinya sangat tidak memungkinkan, wilayah Kecamatan Lakbok yang berada di bawah Kerajaan Sukapura mulai berangsur bangkit. Bangkit setelah adanya upaya reklamasi dengan adanya pembangunan drainase, tanggul hingga bendungan untuk menghalau air sungai meluap. (Muhafid/R6/HR-Online)

6 hours ago
8

















































