Museum Ki Pahare menjadi salah satu objek wisata edukatif yang cukup unik. Berbeda dari museum lain yang bangunannya megah serta kawasan tenang, Ki Pahare justru berada di tengah hiruk-pikuk aktivitas masyarakat. Tepatnya, di area Terminal A.K.H. Ahmad Sanusi, Sukabumi, Jawa Barat.
Baca Juga: Sejarah dan Koleksi Museum Palagan Bojong Kokosan Sukabumi
Suasana kendaraan keluar-masuk terminal menjadi latar yang kontras. Akan tetapi tetap menarik bagi sebuah ruang penyimpanan sejarah sekaligus budaya.
Museum Ki Pahare dan Awal Mula Berdirinya
Ki Pahare sendiri buka pada 2017 setelah diresmikan Walikota Sukabumi. Kendati terbilang masih muda, keberadaan museum ini telah menarik perhatian banyak pengunjung, bahkan hingga ke luar negeri.
Awal mula berdirinya berangkat dari inisiatif Paguyuban Ki Pahare. Sebuah komunitas pemuda Sukabumi yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian budaya dan sejarah daerah.
Tujuan utamanya tentu untuk melestarikan budaya, menjaga peninggalan sejarah kolonial, serta berbagai temuan penting.
Dengan pembinaan dan pendampingan dari Balai Arkeologi Jawa Barat, proyek Museum Ki Pahare akhirnya terwujud. Tempatnya berada di Perpustakaan Kecamatan Baros sebagai lokasi awal.
Hingga pada tahun 2021 museum harus berpindah lokasi karena bangunan perpustakaan dialihfungsikan untuk kepentingan lain. Dalam masa transisi tersebut, Ketua Paguyuban Ki Pahare sempat meminjam rumah orang tuanya sebagai tempat penyimpanan sementara benda-benda koleksi.
Sampai pada 2023, Ki Pahare mendapatkan lokasi baru di salah satu sudut Terminal A.K.H. Sanusi. Lokasi tersebut merupakan area bekas tempat penjualan karcis.
Ragam Koleksi di Ki Pahare
Sebagai museum yang sedang berkembang, Ki Pahare telah berhasil menghimpun beragam koleksi. Baik itu yang mencerminkan perjalanan sejarah maupun budaya masyarakat Sukabumi dari masa ke masa. Beberapa koleksi yang dapat pengunjung temui di sini antara lain:
1. Artefak dan Arca Temuan
Museum memiliki berbagai artefak hasil temuan di wilayah Sukabumi. Termasuk arca dan batu-batu bersejarah. Salah satu yang menarik perhatian adalah batu lingga yang merupakan simbol kebudayaan masa lampau.
Baca Juga: Museum of Speaking Skin, Pameran Seni untuk Perempuan Indonesia
Batu lingga tersebut turut menjadi bukti bahwa wilayah Sukabumi telah memiliki peradaban sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu.
2. Senjata Tradisional
Koleksi senjata tradisional menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Di antaranya terdapat golok, keris dan tombak yang dahulu masyarakat gunakan sebagai alat pertahanan diri maupun simbol status sosial.
Setiap senjata memiliki bentuk, fungsi dan filosofi tersendiri yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Sunda. Para pengurus museum juga merinci setiap detail penjelasan tersebut di masing-masing koleksi. Sehingga harapannya pengunjung akan lebih mudah memahami.
3. Display Dapur Tradisional Sunda
Museum Ki Pahare juga menampilkan replika dapur tradisional Sunda. Di dalamnya terdapat peralatan masak tempo dulu seperti dandang, kukusan bambu dan peralatan kayu.
Display ini memberikan gambaran nyata tentang kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa lampau. Khususnya dalam aktivitas rumah tangga.
4. Peninggalan Masa Kolonial
Selain koleksi tradisional, museum turut menyimpan peninggalan masa colonial. Termasuk berupa uang kuno serta dokumen-dokumen penting.
Beberapa dokumen tersebut merupakan catatan kontribusi Belanda dan Prancis. Semuanya masih tersimpan dan diturunkan dari nenek moyang masyarakat setempat.
Pengelolaan Museum
Untuk pengelolaan museum hingga saat ini dilakukan secara swadaya oleh anggota komunitas Paguyuban Ki Pahare. Sekaligus dengan dukungan masyarakat sekitar serta bantuan beberapa kunjungan akademik, termasuk dari universitas.
Tidak ada pengelolaan profesional berskala besar. Kendati demikian, semangat gotong royong menjadi kekuatan utama museum tersebut.
Hal paling pokok dalam pengelolaan museum adalah menjaga kebersihan dan kerapian ruang pamer. Tak lupa memastikan seluruh koleksi berada dalam kondisi aman. Para pengelola secara rutin dan bergantian merawat koleksi agar tetap layak dipamerkan kepada publik.
Gratis untuk Umum
Hal yang lebih menarik, Ki Pahare tidak menetapkan tarif masuk bagi pengunjung. Sejak awal berdiri hingga sekarang, museum ini terbuka gratis untuk umum sebagai bentuk komitmen dalam menyebarluaskan edukasi sejarah.
Meski demikian, tersedia kotak donasi bagi pengunjung yang ingin berkontribusi secara sukarela demi keberlangsungan dan pengembangan museum.
Baca Juga: Sejarah Museum Mpu Purwa, Koleksi Benda Bersejarah
Jika ingin berkunjung, Museum Ki Pahare dapat wisatawan temui di Kompleks Terminal A.K.H. Ahmad Sanusi, Sudajaya Hilir, Baros, Sukabumi. Untuk jam operasional, Museum Ki Pahare buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Informasi lebih lengkap atau ingin membuat janji kunjungan bisa menghubungi ketua paguyuban di 0812-1923-2662. (R10/HR-Online)

10 hours ago
8

















































