Net Sell Asing Terus Menghajar Saham Domestik, Begini Dampaknya di Pasar Keuangan

12 hours ago 4
Update Warta Dini Jitu Non Stop

Net sell asing atau yang juga terkenal dengan istilah foreign flow terus melakukan transaksi jual bersih terkait saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Mereka menyasar saham domestik seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Pada perdagangan Senin (10/3/2025), foreign flow di seluruh pasar mencapai angka Rp 843,7 miliar. Dengan demikian, totalnya sepanjang tahun berjalan ini menggunung menjadi Rp 23,1 triliun.

Baca Juga: Konglomerat Prajogo Pangestu Memborong Saham Barito Pacific, Begini Alasannya

Sebaliknya, transaksi beli bersih (net buy) terbanyak oleh investor asing terjadi pada saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) yakni sebesar Rp 51,6 miliar.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian nett sell asing dan net buy asing serta pengaruhnya di pasar keuangan, simak artikel selengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Pengertian Nett Sell Asing dan Net Buy Asing dalam Pasar Keuangan

Apabila sudah terjun ke dunia pasar modal untuk melakukan investasi, pasti sudah tidak asing lagi terkait istilah net buy asing maupun net sell asing. Keduanya merupakan aktivitas jual dan beli suatu aset keuangan oleh investor asing dalam suatu negara.

Net buy asing merupakan kegiatan investor asing yang melakukan pembelian bersih saham di pasar domestik suatu negara dalam beberapa kurun waktu tertentu. Dalam hal ini menunjukkan bahwa investor asing cenderung membeli lebih banyak saham daripada apa yang mereka jual.

Sedangkan sebaliknya, foreign flow justru menunjukkan lebih banyak saham yang investor asing jual daripada yang mereka beli. Lalu pengaruhnya apa terhadap pasar keuangan? Berikut penjelasannya.

Pengaruh Net Buy Asing dan Foreign flow Terhadap Pasar Keuangan

Pengaruh net buy asing cenderung menguatkan mata uang domestik karena permintaan meningkat. Sebaliknya, untuk net sell asing dapat membuat mata uang domestik melemah karena penawarannya meningkat.

Selain itu, net buy asing akan meningkatkan harga aset pasar domestik imbas peningkatan permintaan tersebut. Sedangkan untuk penjualan asing dapat menekan harga aset akibat penawaran lebih besar dari permintaan.

Terkait sentimen pasar net buy asing justru menimbulkan kepercayaan positif dalam pasar. Sedangkan net sell asing dapat menciptakan kekhawatiran dan juga ketidakpastian akan rontoknya pasar saham domestik.

Imbas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Berbagai Sektor Saham

Akibat meroketnya nett sell asing pada hari Senin (10/3/2025) di atas, menyebabkan indeks harga saham gabungan (IHSG) turun dari 37,78 poin (0,57%) ke level 6.598,2. Hal ini menandai berakhirnya penguatan selama tiga hari beruntun.

Baca Juga: Melihat Prospek Saham Bank Himbara Bagi Para Investor dan Waktu yang Tepat Memulainya

Selain itu, tercatat sebanyak 226 saham mengalami kenaikan, 368 saham turun, dan 210 saham stagnan. Total nilai transaksinya mencapai sebesar Rp9,3 triliun. Sedangkan untuk jumlah volume perdagangan mencapai 18,8 miliar saham dengan frekuensi sebanyak 1,1 juta kali.

Mayoritas sektor saham ambruk pada penutupan pasar pada waktu tersebut. Pelemahan paling parah terjadi pada sektor barang baku 2,3%. Kemudian, pelemahan mengikuti di sektor perindustrian 2,3%, sektor kesehatan 1,7%, sektor properti 0,9%, dan terakhir sektor keuangan 0,9%.

Sedangkan terjadi penguatan di sektor teknologi 5,9%, sektor barang konsumsi non primer 0,1%, dan sektor energi 0,01%.

Terdapat 5 Saham Justru Pesta Cuan

Ketika net sell asing menghajar habis-habisan saham domestik hingga menyebabkan IHSG menurun, lima saham justru mengalami pesta cuan. Bahkan mereka masuk dalam daftar top gainers atau top cuan. Hebatnya, terdapat saham yang mencetak cuan terbesar hingga mencapai 34,6% dalam waktu singkat.

Di antara lima saham top cuan tersebut, terdapat tiga yang mengalami kenaikan hingga mencapai batas auto reject atas (ARA). Ketiganya adalah PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) dari 34,6% menjadi Rp 70, dan PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) naik 25% menjadi Rp 270. Terakhir ada PT Jakarta Setiabudi Internasional Tbk (JSPT) melesat dari 19,8% menjadi Rp 15.850.

Sedangkan top cuan lainnya adalah PT Fastfood Indonesia Tbk (FAST) naik 20,3% menjadi Rp 296, PT Aesler Group Internasional Tbk (RONY) naik 20% menjadi Rp 1.650, dan PT Bersama Mencapai Puncak Tbk (BAIK) melesat 20% menjadi Rp 78.

Disamping itu, ketika IHSG memerah, sebagian besar indeks saham Asia juga mengalami penurunan. Straits Times (Singapura) turun 0,2%, dan Hang Seng (Hong Kong) merosot hingga 1,8%. Selain itu, ada juga Shanghai (China) yang terkoreksi turun  0,1%.  Sedangkan Nikkei (Jepang) justru mengalami kenaikan sebesar 0,3%.

Baca Juga: Saham BUMN Melemah, Kok Bisa? Begini Kata Rosan Roeslani

Dalam menghadapi fenomena net sell asing dan net buy asing di atas memerlukan pemahaman yang baik tentang dinamika pasar serta kemampuan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat. Salah satunya dengan memahami sentimen pasar yang dapat berubah cepat sewaktu-waktu. Sehingga tidak selalu mencerminkan fundamental ekonomi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, investor dapat lebih tenang dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |