Pada hari Kamis (19/12/2024), Galeri Nasional mengadakan tindakan pembredelan dan pembatalan pameran seni yang diadakan oleh salah satu seniman Indonesia, Yos Suprapto. Kejadian ini pun turut membawa profil Yos Suprapto menjadi sorotan dan pusat perhatian publik.
Baca Juga: Profil Chalista Ellysia Mantan Trainee JKT48, Dapat Dugaan Plagiarisme Tugas
Profil Yos Suprapto, Pemilik Karya Bertema “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan”
Berita mengenai Yos Suprapto mencuat setelah aksi pembredelan pameran seni di Galeri Nasional Jakarta. Pameran seni tersebut menampilkan karya bertema “Kebangkitan: Tanah Untuk Kedaulatan Pangan” milik sang seniman.
Yos Suprapto terkenal sebagai salah satu seniman yang lahir di Surabaya pada 26 Oktober 1952. Ia sering menciptakan karya-karya yang mengkritik isu-isu politik, sosial, dan budaya nusantara. Hal itu pun sering kali menimbulkan kontroversi di kalangan berbagai pihak.
Perjalanan Karier
Yos Suprapto memulai kariernya sebagai pelukis pada tahun 1970-an. Dalam perjalanan kariernya, ia bekerja sama dengan berbagai pengelola galeri seni dan taman wisata untuk memamerkan karya-karya lukisannya.
Salah satu momen penting dalam kariernya adalah ketika ia memperkenalkan hasil lukisan tangan pada pameran tunggal bertemakan “Bersatu dengan Alam” yang terselenggara di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada tahun 1994.
Tidak hanya itu, Yos juga beberapa kali menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional Indonesia, salah satunya pada tahun 2001 dengan pameran berjudul “Barbarisme: Perjalanan Anak Bangsa”. Pameran ini merupakan kritik terhadap budaya kekerasan yang marak di masyarakat pada masa itu.
Pada tahun 2005, ia juga terlibat dalam pameran “Republik Udang” di Tembi Gallery, Yogyakarta yang berfungsi untuk mengkritik budaya korupsi pasca-reformasi 1998. Selain itu, pada tahun 2017, Yos menggelar pameran “Arus Balik Cakrawala” di Galeri Nasional Jakarta.
Pada tahun 2024, ia berencana mengadakan pameran tunggal lagi di tempat yang sama. Namun, pameran tersebut tidak jadi digelar karena adanya desas-desus mengenai ketidaksepakatan antara Yos dengan pihak Galeri Nasional dan kurator. Selain itu, karya yang akan dipamerkan kabarnya juga menimbulkan kontroversi.
Gagal Memamerkan 30 Lukisan?
Dalam profil Yos Suprapto yang kini menjadi sorotan, sang pelukis telah menyiapkan sekitar 30 karya lukisan untuk ia pamerkan di Galeri Nasional. Namun, 5 dari 30 karya tersebut dianggap bermasalah oleh kurator, Suwarno Wisetrotomo. Alhasil pada akhirnya batal untuk tampil.
Pihak kurator meminta Yos untuk menurunkan beberapa lukisan yang tampak tidak sesuai dengan tema pameran. Awalnya, Yos tidak setuju dengan permintaan tersebut dan memutuskan untuk membawa pulang semua karyanya ke Kota Yogyakarta.
Baca Juga: Profil Yesaya Abraham, Pemeran Megan di Antares
Kejadian ini membuat sang seniman merasa kecewa dengan pihak Galeri Nasional. Dalam pernyataannya pada Kamis (19/12/2024), Yos menyatakan bahwa ia tidak akan lagi berurusan dengan Galeri Nasional (Galnas) maupun Kementerian Kebudayaan.
5 Karya Menggambarkan Tokoh Populer
Profil Yos Suprapto kini menjadi sorotan di kalangan banyak orang, terutama di media sosial, setelah lima karya lukisannya yang kontroversial ia unggah ke akun sosial media. Beberapa pihak, termasuk (mungkin) kurator dan Galeri Nasional, beranggapan bahwa karya-karya tersebut mengandung sindiran dan sarkasme.
Sarkasme tersebut merujuk pada salah satu tokoh terkenal di Indonesia, yaitu mantan Presiden RI, Joko Widodo. Namun, Yos Suprapto menegaskan bahwa karya-karya tersebut ia ciptakan untuk menyampaikan pesan tentang perjuangan sosial dan pentingnya refleksi terhadap kondisi politik di Indonesia.
Penolakan oleh kurator terhadap karyanya menuai kritik dari banyak pihak. Pasalnya, sebagian melihat karya tersebut sebagai bentuk pengabaian terhadap kebebasan berekspresi dalam dunia seni. Eros Djarot, salah satu yang berkomentar, mengungkapkan bahwa kurator tersebut menunjukkan rasa takut yang berlebihan terhadap suatu karya seni.
Tanggapan Berbagai Pihak
Selain profil Yos Suprapto yang menjadi perbincangan, keputusan Galeri Nasional untuk menarik lima karyanya juga memicu reaksi luas dari masyarakat dan komunitas seni. Banyak pihak yang merasa kecewa dengan tindakan Galnas, karena dianggap menghalangi kebebasan berekspresi seorang seniman.
Seni, seperti yang kita ketahui, adalah ruang untuk menuangkan gagasan, ide, pikiran, ekspresi, dan emosi, yang mendukung kebebasan individu. Kekecewaan semakin meningkat ketika pihak Galnas melakukan penguncian pintu galeri saat acara pembukaan pameran.
Banyak pengunjung yang merasa tidak puas dengan perlakuan tersebut. Fotografer sekaligus pengamat seni, Oscar Motuloh, bahkan menyebut insiden itu sebagai pembredelan seni rupa pertama di era kepemimpinan Prabowo Subianto. Ia menyoroti adanya ketegangan antara kebebasan seni dan kepentingan politik.
Baca Juga: Profil Bernadya, Penyanyi Muda dan Penulis Lagu Indonesia
Sementara itu, pihak Galeri Nasional sendiri menjelaskan bahwa keputusan tersebut berdasarkan pada prinsip profesionalisme dan integritas dalam proses kuratorial. Profil Yos Suprapto dan karyanya memang cukup menarik perhatian publik. Mengingat ia adalah seorang pelukis yang terkenal dengan tema kritik sosial dalam karya-karyanya. (R10/HR-Online)