Sejarah banjir Cilacap bagian barat akibat tanggul Sungai Citanduy jebol tercatat dalam media Belanda, Java-Bode. Kabar tersebut terbit pada 30 Juli 1957 silam.
Peristiwa sejarah ini cukup menarik karena tidak hanya wilayah Cilacap saja yang terdampak, namun wilayah Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran dan wilayah lainnya yang ada di pinggir Citanduy juga terkena terjangan banjir.
Baca juga: Sejarah Tenggelamnya Kalipucang yang Membuat Pangandaran Terisolasi
Tak hanya itu, Sungai Citanduy yang merupakan perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah sejak dulu sering meluap dan menyebabkan banjir.
Bahkan, media Hindia Belanda sering memberitakan peristiwa bencana alam ini di koran maupun majalah.
Selain karena dampaknya yang begitu besar dan menyita perhatian publik saat itu, sehingga sejarah ini perlu kita ketahui bagaimana peristiwanya.
Catatan Sejarah Banjir Cilacap, 67 Ribu Warga Mengungsi
Dalam majalah Hindia Belanda Java-Bode menyebutkan, pada 25 Juli 1957 ada 67 ribu warga yang mengungsi akibat banjir Cilacap bagian barat. Sedangkan kerugian materi para korban mencapai jutaan rupiah saat itu.
Mendapatkan laporan bencana alam tersebut, perwakilan Pemprov Jawa Tengah bersama Inspektur Dinsos Jateng, Ketua PMI Semarang langsung turun ke lapangan untuk mengecek kerusakan akibat banjir.
Berdasarkan catatan pemerintah saat itu, ada 67.958 orang yang dievakuasi. Sementara 12 orang dan tiga di antaranya adalah anak-anak meninggal dunia.
Sedangkan para pengungsi waktu itu menempati wilayah Barat Cilacap dan desa-desa tetangga yang lebih aman. Bahkan, 4 hingga 5 keluarga terpaksa menempati satu rumah berukuran kecil saat mengungsi.
Guna meringankan beban para korban, tentara dan pemerintah sipil pun turun langsung untuk memberikan bantuan. Termasuk para donatur juga memberikan bantuan uang Rp 30 ribu dan menyediakan pakaian dalam jumlah besar untuk para korban.
Sedangkan dari Dinsos Jateng juga memberikan bantuan untuk mereka sekitar Rp 50 ribu, dan PMI memberikan obat-obatan.
Bupati Cilacap Menangis
Dalam catatan sejarah dari media yang sama, Bupati Cilacap saat itu yang bernama Kardi menangis mendapatkan kabar banjir pada 25 Juli yang mulai merendam pada malam hari.
Bukan hanya Cilacap Barat saja, ia juga mendapatkan informasi jika wilayah di sekitar aliran Sungai Citanduy juga terdampak, terutama di desa-desa yang ada di Kalipucang.
Adapun wilayah Cilacap yang terendam, antara lain Kecamatan Wanareja, Sidareja, Kawunganten hingga Kesugihan. Sementara ketinggian airnya rata-rata mencapai 1 meter.
Sedangkan wilayah paling parah berada di Patimuan. Di wilayah tersebut ada 5.625 rumah, dan 4.325 di antaranya terendam banjir. Dari sekitar 7.300 jiwa yang terpaksa harus mengungsi, dan 4000 di antaranya harus rela meninggalkan harta bendanya, sedangkan sisanya pergi ke tempat yang lebih aman.
Di waktu bersamaan, juga terdapat informasi jika di Kecamatan Nusawungu di wilayah Kroya saat itu, ada sembilan desa yang terendam banjir akibat Sungai Gatel meluap.
Kardi mengungkapkan, banjir tersebut akibat hujan deras yang terus menerus terjadi. Sehingga debit air aliran sungai-sungai mengalami peningkatan, dan air pun menerjang daerah yang rendah.
Baca juga: Banjir di Padaherang Pangandaran 1939, Kalipoetjang Tenggelam!
Akibat ini, Bupati Cilacap mengungkapkan kerugian secara materi mencapai jutaan rupiah. Bahkan, di Patimuan saja kerugiannya mencapai Rp 4,5 juta akibat kerusakan karena banjir.
Peristiwa sejarah banjir Cilacap ini tentu saja menyebabkan banyak persoalan yang begitu kompleks saat itu. Sehingga perlu menjadi perhatian agar tidak terulang lagi. (Muhafid/R6/HR-Online)