Sejarah Opu Daeng Risadju mengingatkan kita pada tokoh pejuang perempuan asal Luwu Raya, Sulawesi Selatan. Opu Daeng Risadju merupakan sosok yang sangat menginspirasi. Ia bahkan tak kenal takut maupun lelah dalam memperjuangkan hak-hak rakyat serta kemerdekaan bangsa.
Baca Juga: Perjuangan R Suprapto, dari Pejuang Kemerdekaan hingga Pahlawan Revolusi
Peran yang besar berbekal tekad dan keberanian mampu mengantarkannya menjadi salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Mari sama-sama kita simak kisah inspiratifnya dalam penjelasan berikut.
Mengulas Tentang Sejarah Opu Daeng Risadju
Meski sedikit asing di telinga beberapa orang, namun sosok Opu Daeng Risadju cukup populer di Sulawesi Selatan. Saking terkenalnya, pemerintah setempat mengabadikannya sebagai nama sebuah jalan utama di Kota Makassar.
Dari informasi yang beredar, di dalam plang nama tersebut terdapat barcode. Masyarakat bisa memindai untuk mengetahui sejarah sang pahlawan.
Sementara itu, Opu Daeng Risadju sendiri merupakan gelar kebangsawanan terhadap para keturunan Kerajaan Luwu. Sedangkan nama aslinya adalah Famajjah.
Dalam catatan sejarah, Famajjah alias Opu Daeng Risadju lahir pada tahun 1880. Ia anak dari pasangan Muhammad Abdullah To Baresseng dan Opu Daeng Mawellu. Ibunya adalah cicit Raja Bone XXII La Temmasonge Matimoeri Malimongeng.
Kendati lahir dari keluarga terpandang, Famajjah tetap melakukan kegiatan layaknya masyarakat pada umumnya. Seperti belajar mengaji Alquran tanpa mengenyam pendidikan formal. Salah satu alasannya yaitu kekuasaan penjajah kala itu membuat lingkup kehidupan begitu terkekang.
Konon katanya, dulu ia tak mengenal huruf, kecuali aksara Bugis. Tentu saja Famajjah tak berdiam diri. Ia rela belajar secara otodidak lewat saudaranya, Mudehang, yang pernah merasakan sekolah formal.
Saat menginjak dewasa, Famajjah kemudian menikah dengan seorang ulama asal Bone yakni Haji Muhammad Daud. Haji Muhammad Daud pun mendapat mandat sebagai imam masjid istana Kerajaan Luwu pasca menikahi keluarga bangsawan.
Berjuang Lewat Partai PSII
Sejarah perjalanan panjang dalam hidupnya mengantarkan Famajjah alias Opu Daeng Risadju bertemu dengan H. Muhammad Yahya. Seorang pedagang asal Sulawesi Selatan yang sempat tinggal di Jawa sekaligus pendiri PSII di Pare-Pare.
Famajjah dengan jiwa kritisnya pun mulai bergabung aktif dalam Partai Syarikat Islam Indonesia tersebut. Merasa cukup mumpuni dengan sejumlah pengalaman, Famajjah pun mendirikan PSII bersama sang suami di Palopo pada 14 Januari 1930.
PSII Palopo secara resmi terbentuk lewat rapat akbar di Pasar Lama Palopo. Tokoh-tokoh yang hadir pun banyak sekali. Mulai dari pemerintah Kerajaan Luwu, pengurus PSII pusat, pemuka agama hingga masyarakat umum.
Baca Juga: Sejarah Andi Depu, Wanita yang Mempertahankan Merah Putih
Rapat berakhir dengan penentuan hasil Famajjah sebagai ketua PSII. Sementara, Mudehang, yang tak lain saudara Famajjah menjadi sekretaris.
Pembentukan Partai Mengancam Belanda
Pasca menjadi ketua partai, sosok Famajjah terus aktif dalam menyerukan kemerdekaan bangsa. Ia sempat pergi ke Pare-Pare sebagai salah satu perwakilan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia. Bahkan, pihaknya berencana cabang PSII di Malangke.
Hanya saja, upaya ini menemui hambatan besar setelah Belanda melakukan tindakan penahanan. Belanda menilai langkah berani Opu Daeng Risadju akan menjadi sejarah besar yang menghancurkan kedudukan mereka.
Akibatnya, Controleur Masamba mendatangi Malangke sekaligus menangkap Famajjah beserta 70-an anggota partai. Penangkapan ini menjadi pertama kalinya yang menyasar pejuang wanita karena konflik politik.
Tak puas hanya melakukan penahanan, pemerintah kolonial juga melancarkan propaganda kepada bangsawan dan raja-raja. Tujuan utamanya supaya mereka terpengaruh kepada Belanda serta membekukan gerakan PSII.
Usaha Belanda sempat berhasil. Dewan adat yang kala itu terpengaruh bujukan penjajah bahkan mencopot gelar kebangsaan Opu Daeng Risadju. Ia juga harus mendekam di penjara selama kurang lebih 11 bulan.
Wafat Sebagai Pahlawan Nasional
Selesai menjalani hukuman tahanan, Opu Daeng Risaju akhirnya bebas dan menetap di Pare-Pare bersama anaknya. Tak lama bisa menghirup udara segar, Famajjah dinyatakan meninggal dunia pada usia 84 tahun. Tepatnya di tanggal 10 Februari 1964 silam.
Pemakamannya berlangsung di tanah kuburan raja-raja Lokkoe, Palopo. Namun, tidak melewati upacara kehormatan layaknya keturunan bangsawan lain.
Baca Juga: Sejarah Nyi Ageng Serang Pahlawan Ahli Siasat Perang
Sejarah Opu Daeng Risaju yang luar biasa berhasil menjadi inspirasi besar bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebagai penghormatan terakhir, pemerintah menetapkannya menjadi Pahlawan Nasional pada 2006. Keputusan ini tertuang dalam Kepres RI No 085/TK/2006 tertanggal 3 November 2006. (R10/HR-Online)