Sejarah perubahan arah kiblat perlu kita ketahui untuk menambah wawasan keislaman. Apalagi, sejarah Islam ini begitu menarik karena peristiwanya begitu penting.
Sebagaimana kita ketahui, umat Islam pada zaman Nabi Muhammad di tahun 610-622 masehi, tepatnya sebelum Nabi hijrah ke Madinah, saat menjalankan sholat menghadap ke Ka’bah yang ada di Makkah.
Kemudian, pada tahun 622-624 masehi yang tepatnya setelah melakukan hijrah ke Madinah, umat Islam ketika sholat menghadap ke Baitul Maqdis yang berada di Yerusalem, Palestina.
Meski tidak berlangsung lama, kemudian Allah SWT memerintahkan Nabi untuk mengubah lagi arah kiblatnya seperti semula, yakni ke Ka’bah yang ada di Makkah dari tahun 624 masehi hingga saat ini.
Baca juga: Kisah Nabi Adam Haji di Makkah, Ikut Tawaf Bersama Malaikat
Dari penjelasan singkat perjalanan perubahan itu, kita juga perlu tahu penyebab yang melatarbelakangi peristiwa itu terjadi serta tujuannya.
Dengan demikian, selain bisa menjadi tambahan pengetahuan di dalam agama Islam, juga menambah keyakinan kita dalam menjalankan ibadah, terutama sholat.
Peristiwa Sejarah Perubahan Arah Kiblat
Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, peristiwa perubahan arah kiblat yang semula di Baitul Maqdis ke Ka’bah ini terjadi di pertengah bulan Islam Sya’ban, atau istilahnya saat Nisfu Sya’ban.
Sementara itu, lamanya waktu umat Islam menghadap Baitul Maqdis di zaman Rasulullah SAW sekitar 16 bulan.
Kemudian, setelah itu Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu dari Allah untuk kembali menghadap seperti awal, yakni ke Baitul Haram atau Ka’bah yang berada di Kota Suci Makkah.
Saat itu, masyarakat kota Makkah masih banyak yang menyembah berhala. Bahkan, Ka’bah yang merupakan tempat menghadapnya orang Islam saat itu juga menjadi titik pusat ibadahnya para penyembah berhala.
Di antara banyak berhala yang ada di Ka’bah itu, ada berhala yang berukuran besar dan terkenal dengan sebutan Hubal.
Sementara itu, di Kota Madinah atau Yatsrib mayoritas penduduknya sangat berbeda dengan penduduk Makkah. Mereka sudah memiliki kepercayaan terhadap agama.
Di dalam Madinah, terdapat dua kabilah yang begitu besar. Kabilah tersebut adalah Bani Najran yang mana mayoritas dari mereka menganut agama Nasrani. Kemudian Kabilah Bani Quraidzah menganut agama Yahudi.
Alasan Menghadap Baitul Maqdis
Ternyata Nabi Muhammad SAW memiliki alasan tersendiri kenapa saat itu memerintahkan umat Islam menghadap ke Baitul Maqdis setelah hijrah, yakni menghargai umat Nasrani dan Yahudi yang mana keduanya sama-sama ketika beribadah menghadap ke Baitul Maqdis yang ada di Palestina.
Setelah sekian lama umat Islam ketika melaksanakan sholat menghadap Baitul Maqdis, ternyata dari kaum Yahudi memiliki niat dan membujuk agar Nabi dan pengikutnya terus beribadah dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Harapannya, agar ke depan umat Islam melupakan keberadaan Ka’bah.
Sedangkan alasan segolongan kaum Yahudi Madinah tersebut, adalah untuk mengikuti jejak para Rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW.
Di saat itu, juga Rasulullah SAW selalu merasa rindu untuk kembali menghadap Ka’bah ketika menjalankan ibadah sholat. Kemudian, Nabi meminta petunjuk dari Allah terkait masalah ini.
Akhirnya, kemudian Allah SWT menurunkan wahyu sebagaimana dalam Surat Al Baqarah ayat 143 hingga ayat 145 yang memerintahkan Nabi untuk kembali menghadap ke Ka’bah.
Maka, sejak saat itulah umat Islam kembali menghadap Ka’bah setelah belasan bulan menghadap Baitul Maqdis. Dari sejarah perubahan arah kiblat ini, semoga kita mendapatkan manfaat. (Muhafid/R6/HR-Online)