Sejarah Situs Kota Kapur menjadi bagian dari jejak peradaban Kerajaan Sriwijaya di Nusantara. Hal ini menjadi bukti penting, mengingat Kerajaan Sriwijaya menjadi salah satu pusat maritim terbesar di Asia Tenggara pada abad ke-7 hingga ke-13.
Baca Juga: Sejarah Tugu Lonceng Cilebut, Situs Peninggalan Belanda
Sejarah Situs Kota Kapur Berkaitan dengan Peradaban Kerajaan Sriwijaya
Selain Situs Kota Kapur, berbagai artefak lainnya juga menjadi bukti penting mengenai kebesaran Kerajaan Sriwijaya pada masa lampau. Temuan-temuan tersebut, seperti prasasti, patung, dan benda-benda bersejarah lainnya.
Hal itu menunjukkan bahwa Sriwijaya tidak hanya menguasai jalur perdagangan internasional saja. Akan tetapi juga memainkan peran sentral dalam penyebaran pengaruh budaya dan agama Buddha di Asia Tenggara.
Sriwijaya, dengan kekuasaannya atas Selat Malaka, menghubungkan wilayah-wilayah penting antara India, China, dan Nusantara. Sriwijaya menjadikannya sebagai pusat perdagangan dan penyebaran pengetahuan.
Pengaruh budaya dan agama Buddha yang dibawa oleh kerajaan ini memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan peradaban di wilayah Asia Tenggara yang masih terasa hingga saat ini.
Prasasti Kota Kapur
Situs Kota Kapur berada di wilayah Desa Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Situs ini menjadi terkenal setelah ditemukannya Prasasti Kota Kapur. Kehadiran prasasti ini menjadi bukti penting terkait keberadaan dan kebesaran Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Sebagai informasi, Prasasti Kota Kapur merupakan bukti sejarah yang berbentuk tiang batu bersurat. Penemuan prasasti ini dilaporkan oleh J.K. van der Meulen pada tahun 1892.
Sementara itu, orang pertama yang berhasil menganalisis prasasti ini adalah H. Kern. Ia merupakan seorang ahli epigrafi bangasa Belanda yang bekerja pada Bataviaasch Genootschap di Batavia.
Prasasti Kota Kapur memiliki tulisan angka tahun 608 Saka atau 686 Masehi. Tulisan tersebut menggunakan aksara Pallawa yang berbahasa Melayu Kuno.
Isi yang tertera dalam prasasti mencerminkan berbagai kebijakan politik dan keagamaan Kerajaan Sriwijaya. Salah satu isinya menyebutkan tentang kutukan bagi siapa saja yang melakukan pemberontakan kepada kerajaan.
Sejarah Situs Kota Kapur memiliki bukti terkait catatan rencana ekspedisi militer Sriwijaya ke tanah Jawa. Rencana ekspedisi militer tersebut, bertujuan untuk mengamankan wilayah kekuasaan, sekaligus mengatasi ancaman dari kerajaan lain.
Situs Kota Kapur
Kehadiran Situs Kota Kapur diyakini memiliki peran strategis sebagai salah satu pelabuhan penting bagi Sriwijaya. Dalam sejarahnya, pelabuhan tersebut terletak di pesisir bagian barat Pulau Bangka.
Lokasi pelabuhan yang strategis, mendukung Kerajaan Sriwijaya dalam mengontrol jalur perdagangan maritim Internasional. Selain itu, jalur ini juga menghubungan kawasan Asia Tenggara dengan India dan Cina.
Baca Juga: Sejarah Situs Lubang Tambang Mbah Suro
Wilayah ini menunjukkan tentang kemajuan peradaban pada masa itu. Hal tersebut terlihat dari berbagai aktivitas ekonomi, budaya, dan keagamaan yang telah berlangsung.
Selain prasasti, sejarah Situs Kota Kapur juga memuat tentang artefak arkeologis seperti Arca Wisnu. Artefak ini berasal dari abad ke-5 hingga ke-6 Masehi. Penemuan Arca Wisnu memberikan bukti kuat bahwa wilayah Kota Kapur telah menjadi pusat peradaban penting.
Bahkan, menurut bukti yang ada, wilayah Kota Kapur telah menjadi pusat peradaban, jauh sebelum masa kejayaan Sriwijaya. Di samping itu, Arca Wisnu juga mencerminkan keberadaan agama Hindu, sebelum Sriwijaya menjadi pusat penyebaran agama Buddha.
Situs Kota Kapur memberikan wawasan mendalam tentang pemerintahan Kerajaan Sriwijaya. Keberadaan situs ini memberi gambaran soal bagaimana Sriwijaya membangun pusat pemerintahannya, sebagai kerajaan maritim yang dominan.
Arti Penting Prasasti dalam Situs Kota Kapur
Prasasti dalam sejarah Situs Kota Kapur menjadi bukti penting terkait keberadaan Kerajaan Sriwijaya yang pertama kali ditemukan. Bahkan, penemuan prasasti ini jauh sebelum adanya Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuwo pada November 1920.
Berdasarkan prasasti ini, Sriwijaya telah menguasai wilayah bagian selatan Sumatera. Wilayah tersebut meliputi Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Kehadiran Prasasti Kota Kapur juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum “Bhumi Jawa”. Penghukuman tersebut berlaku, karena wilayah yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya.
Dalam sejarahnya, peristiwa ekspedisi militer Sriwijaya bersamaan dengan perkiraan runtuhnya Kerajaan Tarumanegara di wilayah Jawa bagian barat. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa keruntuhan tersebut akibat dari serangan militer Sriwijaya.
Berdasarkan bukti sejarah, Kerajaan Sriwijaya berhasil tumbuh dan mengendalikan jalur perdagangan maritim di berbagai wilayah. Jalur perdagangan tersebut meliputi Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Baca Juga: Sejarah Situs Keramat Depok di Cihaurbeuti Ciamis, Petilasan Prabu Kian Santang
Sejarah Situs Kota Kapur memuat prasasti dan penemuan berbagai arkeolog yang menjadi bukti kehadiran Kerajaan Sriwijaya. Kehadiran situs ini membuka wawasan baru tentang masa-masa kejayaan agama Hindu-Budha. Di samping itu, beberapa prasasti juga memberikan gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada abad ke-6 dan abad ke-7. (R10/HR-Online)