Yuk, Cari Tahu Sejarah Bakpia! Oleh-oleh Khas Yogyakarta

3 weeks ago 22
Web Info Dini Jitu Non Stop

Bakpia sangat populer di masyarakat sebagai salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta. Kue berbentuk bulat ini awalnya berisi kacang hijau. Namun, seiring waktu variasi isi seperti keju, coklat, hingga durian mulai hadir untuk memenuhi selera pasar.

Kuliner yang satu ini tak hanya menjadi makanan khas, tetapi juga ikon budaya yang menyatukan pengaruh Tionghoa dan Jawa.

Wisatawan yang datang ke Yogyakarta hampir selalu menjadikan kue bakpia sebagai buah tangan, seolah sudah menjadi pelengkap perjalanan mereka.

Baca Juga: Galendo Terbuat dari Apa? Selain Jadi Oleh-oleh Khas Ciamis, Ini Manfaatnya untuk Kesehatan

Sejarah Panjang Bakpia, Oleh-oleh Khas Yogyakarta

Bakpia mulai diperkenalkan di Yogyakarta pada tahun 1940-an oleh Kwik Sun Kwok, seorang keturunan Tionghoa dari Wonogiri.

Ia mendirikan bisnis ini di Kampung Suryowijayan, Mantrijeron, dengan menyewa lahan dari Niti Gurnito. Setelah Kwik Sun Kwok pindah, usaha tersebut diteruskan oleh Niti Gurnito yang memperluas pemasaran hingga ke Sleman, Bantul, dan Prambanan.

Bakpia produksi Niti kemudian dikenal sebagai Bakpia Tamansari atau Bakpia Niti Gurnito. Di saat yang sama, Liem Bok Sing, seorang perantau asal Tiongkok, juga memulai bisnis serupa di Dagen.

Dengan mengembangkan resep sendiri berdasarkan informasi dari Kwik Sun Kwok, ia berhasil menciptakan bakpia khasnya. Pada 1955, ia pindah ke Jalan Aipda KS Tubun No. 75 di Pathuk.

Dari sinilah nama Bakpia Pathuk 75 mulai dikenal, menjadikan Pathuk pusat produksi bakpia. Popularitas bakpia ini menginspirasi banyak warga sekitar untuk ikut memproduksi bakpia sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta.

Bakpia menjadi salah satu contoh nyata akulturasi budaya yang harmonis. Pada awalnya, minyak babi digunakan dalam proses pembuatannya. Tetapi seiring waktu resep ini disesuaikan dengan preferensi masyarakat lokal yang beragam.

Perubahan tersebut menunjukkan bahwa kolaborasi budaya dapat berjalan selaras tanpa harus kehilangan identitas masing-masing.

Harmoni yang tercipta dalam bakpia mencerminkan nilai toleransi dan keterbukaan yang menjadi bagian dari masyarakat Yogyakarta. Kuliner ini menyatukan cita rasa dari dua budaya yang berbeda, menjadikannya simbol perpaduan yang indah.

Makna Filosofis di Balik Bakpia

Bakpia tidak hanya sekedar makanan oleh-oleh khas Yogyakarta, tetapi juga memiliki nilai budaya yang mendalam. Dalam tradisi masyarakat Yogyakarta, bakpia melambangkan keharmonisan dan rasa syukur. Kuliner ini menjadi simbol persatuan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.

Selain nilai budaya, bakpia juga mendukung sektor ekonomi Yogyakarta, terutama pariwisata. Keberlanjutan industri bakpia membutuhkan suasana kota yang harmonis untuk terus berkembang.

Sebagai ikon kuliner, bakpia Yogyakarta menyampaikan pesan toleransi dan akulturasi budaya. Sejarahnya yang panjang dan perpaduan rasa menjadikannya warisan budaya yang bernilai tinggi.

Bagi wisatawan, bakpia tidak hanya sekadar oleh-oleh khas dari Yogyakarta, tapi juga bagian dari pengalaman menikmati Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berlibur ke Kampung Janda, Ada Oleh-oleh Khas Buat Wisatawan

Harmoni budaya yang terpancar dari bakpia menjadikannya simbol persatuan yang layak dilestarikan. Sekaligus juga pengingat akan keindahan kolaborasi budaya yang tercermin dalam cita rasa.

Bakpia kini menjadi oleh-oleh khas Yogyakarta yang selalu dicari wisatawan. Kulitnya yang lembut, isian yang beragam, dan rasanya yang khas menjadikannya pilihan utama.

Wisatawan sering membawa bakpia sebagai kenangan dari perjalanan mereka ke Yogyakarta. Beragam inovasi rasa dan merk semakin memperkaya pilihan bakpia yang tersedia di pasaran. (Feri/R3/HR-Online/Editor: Eva)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |