harapanrakyat.com,- Sebuah bisikan sederhana membawa makna besar, sebuah sinyal akan adanya rencana pertemuan Megawati-Prabowo. Ya, pertemuan dua tokoh bangsa antara Ketua Umum PDIP dengan Ketua Umum Gerindra yang juga Presiden RI seolah tersampaikan lewat satu bisikan tersebut.
Tiada lain bisikan yang menyiratkan pertemuan Megawati-Prabowo itu adalah bisikan dari politisi senior PDI Perjuangan, Sidarto Danusubroto kepada Megawati Soekarnoputri.
Singkatnya, bisikan Sidarto di tengah perayaan Ulang Tahun ke-52 PDI Perjuangan berubah menjadi percikan wacana yang mengguncang panggung politik Indonesia.
Baca Juga: Pertemuan Prabowo dan Megawati Tunggu Kongres PDI Perjuangan? Jubir: Hanya Masalah Teknis!
Sidarto yang juga mantan ajudan Presiden Soekarno, membeberkan momen ketika ia menyampaikan pesan Presiden Prabowo Subianto kepada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Pesan tersebut adalah ajakan untuk bertemu.
“Silaturahmi itu adalah sunnatullah,” ujar Sidarto, dalam sebuah wawancara eksklusif di salah satu acara TV, dikutip Minggu (19/1/2025).
Namun, bukan hanya pesan ini yang menarik perhatian. Wacana pertemuan tersebut mengundang spekulasi tentang perubahan sikap politik PDIP di bawah pemerintahan Prabowo.
Apa Makna dari Rencana Pertemuan Megawati-Prabowo?
Dari nasi goreng yang kini menjadi simbol hubungan politik mereka, hingga rencana strategis yang digadang-gadang membuat publik bertanya-tanya. Apa makna sebenarnya dari pertemuan dua tokoh bangsa tersebut?
Apakah PDI Perjuangan partai terbesar di Indonesia tengah mempertimbangkan untuk bergabung dengan pemerintahan Prabowo, atau tetap menjadi kekuatan penyeimbang?
Pengamat politik menilai, rencana pertemuan Megawati-Prabowo bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga sinyal penting dalam dinamika politik nasional.
PDI Perjuangan telah lama menjadi pilar utama demokrasi di Indonesia. Sebuah langkah rekonsiliasi dengan pemerintahan Prabowo berpotensi mengubah peta kekuatan politik secara signifikan.
Saat ditanya apakah pertemuan Megawati-Prabowo sebagai langkah taktis untuk menyelamatkan Sekjen PDIP dari jerat hukum. Sidarto menjawab diplomatis.
Sebagai informasi, saat ini KPK telah menetapkan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka dugaan kasus korupsi.
Baca Juga: Prabowo dan Megawati Dijadwalkan akan Segera Bertemu
Sidarto mencoba menjelaskan bahwa hukum dan politik adalah dua hal yang berbeda. Namun, ia juga mengakui bahwa dinamika di balik layar seringkali tidak sesederhana yang terlihat.
“Hukum itu tentang benar atau salah, tapi politik itu arena yang berbeda,” katanya penuh makna.
Sementara itu, mengenai pendapatnya terkait waktu pertemuan Megawati-Prabowo, Sidarto berpendapat sebaiknya dalam waktu sesegera mungkin.
Sidarto yang akrab disapa Opa Darto itu menyebut bahwa, lebih cepat lebih baik mengenai rencana pertemuan Megawati-Prabowo Subianto. (Feri/R3/HR-Online/Editor: Eva)