Masjid Agung Baing Yusuf, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Purwakarta

1 day ago 10

Masjid Agung Baing Yusuf menjadi salah satu saksi sejarah perkembangan agama Islam di Purwakarta. Lokasi masjid sendiri terletak di Komplek Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Tempat bersejarah ini berhasil dibangun oleh Syekh Baing Yusuf, salah satu garis keturunan Prabu Siliwangi. 

Baca Juga: Napak Tilas Pembangunan Gereja Santo Ignatius Cimahi

Napak Tilas Sejarah Masjid Agung Baing Yusuf

Sebenarnya Masjid Agung Baing sudah mengalami beberapa kali pemugaran. Meskipun begitu, ciri khas masjid tetap terjaga. Hal ini bisa terlihat dari dua menara kembar dengan sejumlah tiang penyangga dan ornamen yang masih dipertahankan di dalam masjid. 

Awal Pendirian Masjid dan Tahapan Renovasi

Masjid Agung Baing berdiri pada tahun 1826. Tempat bersejarah ini berada di tengah jantung Kota Purwakarta. Saat itu Syekh Baing Yusuf menjadi salah satu pelopor dalam mendirikan bangunan masjid. Ia merupakan sosok terkenal yang tak lain adalah keturunan ke 24 dari Raja Pajajaran, yakni Prabu Siliwangi. 

Awalnya, Masjid Agung Baing berbentuk padepokan bergaya khas Jawa Barat. Seiring berjalannya waktu, renovasi terus dilakukan. Pertama, renovasi masjid berlangsung pada tahun 1926.

Berlanjut renovasi kedua dengan menambah air dan tempat mandi marbot. Hal ini dipelopori oleh Ibrahim Singadilaga. Berlanjut pada tahun 1955 dengan menambah bangunan kantor penghulu, tepat di samping kiri. 

Selanjutnya, tahun 1967 renovasi keempat berlangsung dengan menambah dan memperluas sayap kanan. Selain itu, renovasi ini juga menambahkan tempat wudhu yang dipelopori oleh R.H.A. Sanusi.

Renovasi Masjid Agung Baing Yusuf terus berlanjut hingga mengubah bangunannya secara signifikan. Renovasi ini berlangsung sekitar tahun 1993 hingga 1994. Saat itu rehabilitasi dan pembangunan total dilakukan oleh Bupati Purwakarta, Drs. H. Bunyamin Dudih. 

Tempat Penyebaran Islam Pertama

Masjid Agung Baing merupakan salah satu tempat bersejarah dalam penyebaran agama Islam di Purwakarta. Syekh Baing Yusuf sendiri menjadikan masjid sebagai awal penyebaran Islam. Sasaran pertamanya ialah kelompok Badega di kawasan Kutawaringin. Diketahui, saat itu masyarakat masih memeluk agama Hindu. 

Pada tahun 1854 Masehi, Syekh Baing Yusuf akhirnya wafat. Ia kemudian dimakamkan di belakang Masjid Agung. Tak hanya makam Syekh Baing Yusuf, di belakang masjid agung juga terdapat sejumlah makam dari para Bupati Purwakarta dan Karawang. 

Hingga saat ini, makam Syekh Baing Yusuf masih ramai oleh peziarah. Mereka datang dari berbagai kota, mulai dari Purwakarta, Banten hingga luar Pulau Jawa Barat. Hal ini lantaran Syekh Baing Yusuf yang memiliki nama besar sekaligus guru dari Syekh Nawawi Al Bantani, imam besar Masjidil Haram. 

Baca Juga: Menguak Fakta Berdirinya Mercusuar Willem III di Semarang

Mengenal Sosok Syekh Baing Yusuf

Menurut salah satu pengurus Masjid Agung Baing Yusuf, ling Solihin, Syekh Baing Yusuf adalah putra dari Bupati Bogor. Ia terlahir sekitar tahun 1709. Dalam sejarahnya, Syekh Baing Yusuf merupakan sosok yang taat beragama. 

Di usianya yang ke 7 tahun, Syekh Baing Yusuf sudah fasih berbahasa Arab. Bahkan, ia juga sosok yang cerdas dalam tahfidz Qur’an. Menariknya, Syekh Baing Yusuf sudah bertolak ke Mekah di usianya yang ke 13 tahun. Selama 11 tahun ia menetap di sana, lalu pulang ke Indonesia setelah berusia 24 tahun. 

Dulu, lokasi masjid belum menjadi Kabupaten Purwakarta, tetapi masih wilayah Karawang. Saat itu, ayah Syekh Baing Yusuf merupakan seorang dalem. Sosok yang sangat berpengaruh di Karawang. 

Kemudian Syekh Yusuf ikut menetap bersama ayahnya. Ia akhirnya membuka Masjid Agung Baing. Tak hanya membuka masjid saja, ia juga mengajak untuk membawa Badega Galuh Pakuan yang tertinggal di Sindangkasih agar bersembahyang ke masjid dan masuk Islam. 

Peninggalan Syekh Yusuf Baing

Selain bangunan masjid, terdapat sejumlah peninggalan Syekh Yusuf yang masih bisa ditemukan. Salah satunya adalah karya berupa kitab fikih yang tersimpan di kompleks masjid. Selain itu, ada pula tasawuf berbahasa Sunda dengan tulisan huruf Arab.

Lanjut, terdapat mushaf yang bertuliskan tangan. Terakhir, terdapat sebuah peninggalan penting berupa pedang panjang. Pada masanya, pedang panjang tersebut berguna sebagai pegangan saat khutbah Jumat. 

Baca Juga: Menelusuri Jejak Tugu Koperasi Nasional Tasikmalaya

Masjid Agung Baing Yusuf menjadi salah satu saksi peradaban penyebaran Islam pertama di Purwakarta. Bangunan masjid ini terus berfungsi sebagai tempat suci untuk beribadah. Bahkan di bulan ramadhan, Masjid Agung Baing Yusuf juga berfungsi untuk tadarus serta menjadi tempat ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |