Melihat Kacamata Sejarah Piringan Hitam atau Vinyl

1 week ago 14

Piringan hitam merupakan sebuah media rekaman yang berguna untuk memutar lagu di gramofon. Sejarah piringan hitam sendiri sempat populer di tahun 1900-an. Peralatan ini menjadi koleksi berharga para penggemar musik untuk menikmati kualitas suara analog khas yang memiliki daya tarik tersendiri.

Baca Juga: Sejarah Mesin Pendingin, Inovasi yang Mengubah Kehidupan

Mengenal Pengertian dan Sejarah Piringan Hitam atau Vinyl

Piringan hitam yang dulunya berfungsi sebagai media utama untuk menyimpan lagu, memiliki peran penting dalam dunia musik pada masa lalu. Meskipun zaman telah berubah menjadi semakin modern, piringan hitam tetap menjadi koleksi berharga bagi para pecinta musik.

Pengertian Piringan Hitam

Seiring perkembangan zaman, penggunaan piringan hitam untuk mendengarkan lagu telah tergeser oleh beberapa aplikasi populer. Misalnya YouTube, Spotify dan berbagai aplikasi lainnya.

Bagi sebagian orang, piringan hitam bukan sekadar media lama. Keberadaannya menghadirkan pengalaman mendengarkan musik yang unik dan tak tergantikan.

Kisah piringan hitam bermula pada akhir abad ke-19, ketika Thomas Alva Edison memperkenalkan fonograf pada tahun 1877. Fonograf ini merupakan alat revolusioner yang mampu merekam dan memutar kembali suara menggunakan silinder berlilin. Meskipun masih sangat sederhana, penemuan ini menjadi tonggak sejarah dalam dunia perekaman suara.

Beberapa tahun kemudian, Emile Berliner mengembangkan konsep fonograf menjadi gramofon. Tidak seperti fonograf, gramofon menggunakan piringan datar yang awalnya dibuat dari bahan seperti seng atau karet, yang kemudian digantikan oleh shellac. Piringan datar inilah yang menjadi cikal bakal piringan hitam.

Pada tahun 1930-an, bahan shellac mulai digantikan oleh vinyl, yang lebih fleksibel dan tahan lama. Vinyl pun menjadi bahan utama pembuatan piringan hitam dan tetap digunakan hingga saat ini.

Piringan hitam mencapai puncak popularitasnya pada pertengahan abad ke-20, menjadi medium utama untuk merilis musik dari berbagai genre, seperti klasik, jazz, rock ‘n’ roll, dan lainnya.

Secara umum, sejarah piringan hitam disebut sebagai vinyl. Hal tersebut merujuk pada bahan pembuatan alat yang memang terbuat dari vinyl.

Sebagai informasi, vinyl merupakan material sintetis yang terbuat dari polivinil klorida atau PVC. Material ini memiliki beberapa lapisan dengan karakteristik yang kuat namun lentur.

Tiga lapisan pembentuk vinyl termasuk compact layer, glass fiber, dan printing layer. Khusus lapisan paling luar adalah UV Coated Wear Layer yang terlihat mengkilap dan memberikan kesan licin. 

Napak Tilas Piringan Hitam

Piringan hitam meluncur pertama kali pada tahun 1930. Peluncuran alat ini melibatkan sebuah korporat label rekaman RCA Victor.

Awalnya, piringan hitam merupakan sebuah format rekaman pada kecepatan putaran 33 1/3 rpm. Alat ini berbentuk cakram plastik yang fleksibel dengan ukuran diameter 12 inch.

Kendati demikian, dalam sejarahnya, piringan hitam menghadapi kegagalan pemasaran secara komersial. Hal tersebut lantaran keraguan para konsumen akibat tragedi Great Depression atau penurunan ekonomi secara global.

Baca Juga: Sejarah Kata Halo, Pembuka Percakapan Telepon

Kemudian, perusahaan label musik lain yakni Columbia Records kembali mengembangkan teknologi vinyl. Hasilnya, mereka memperkenalkan rekaman Long Play berukuran 12 inci dengan kecepatan putaran 33 1/3 rpm yang memiliki roove mikro. Peluncuran media musik vinyl ini berlangsung pada tahun 1948.

Sejarah peluncuran tersebut menjadi persaingan sengit bagi RCA Victor sebagai produsen awal. Inovasi kembali dilakukan dengan memperkenalkan format rekaman Extended Play berukuran 7 inci dengan kecepatan putaran 45 rpm.

Selanjutnya, tahun 1948 hingga 1950 menjadi prang sengit yang populer dengan julukan “Perang Kecepatan”. Hal tersebut karena kedua perusahaan yang terus bersaing untuk mendominasi format piringan hitam.

Setelah perang sengit berlangsung, format LP berukuran 12 inci menjadi model utama untuk album. Sementara itu, rekaman berukuran 7 inci menjadi pilihan untuk single.

Piringan Hitam Mulai Meredup

Sejarah piringan hitam merupakan media penyimpanan analog yang terbuat dari plastik keras. Alat ini berbentuk cakram bundar berwarna hitam dengan alur spiral yang merekam gelombang suara. 

Dalam praktiknya, alur tersebut diputar menggunakan jarum gramofon. Hasilnya, muncul suara yang sangat khas dan terasa hangat.

Piringan hitam telah mengalami perjalanan panjang sejak penemuannya pada akhir abad ke-19. Saat itu, piringan hitam berguna untuk merekam suara manusia seperti pidato dan pembacaan puisi.

Seiring berjalannya waktu, piringan hitam menjadi media utama untuk melakukan pemutaran musik. Di Indonesia sendiri, alat ini telah mencapai puncak kejayaannya pada era 70-an dan 80-an.

Saat itu, banyak toko musik yang menjual piringan hitam dengan berbagai penyanyi dan genre musik. Alat ini menjadi primadona rumah tangga yang menemani berbagai momen santai bersama keluarga. 

Sayangnya, para pendengar musik mulai beralih ke media digital yang lebih fleksibel dan praktis. Keberadaan teknologi yang semakin modern, menjadikan piringan hitam sebagai media ketinggalan zaman. Oleh sebab itu, tak heran jika popularitasnya mulai meredup setelah muncul format digital seperti CD dan MP3.

Kendati demikian, bagi para kolektor, piringan hitam menjadi barang yang memiliki nilai sejarah dan seni yang sangat tinggi. Bahkan, piringan hitam dengan penyanyi legendaris atau edisi langka memiliki harga jual yang cukup fantastis.

Baca Juga: Sejarah Meterai di Indonesia hingga Menjadi E-Meterai

Sejarah piringan hitam sempat populer pada tahun 1900-an. Keberadaan piringan hitam bukan hanya sekedar media lama, namun sebuah alat yang memberikan pengalaman mendengarkan musik tak tergantikan. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |