Anggota Komisi IV DPR RI Rina Sa’adah meminta agar Badan Karantina Indonesia (Baratin) menerapkan sistem pengawasan berbasis data komprehensif dan teknologi AI atau artificial intelligence.
“Dari data yang disajikan ada 1445 kasus penangkapan yang masih tinggi di beberapa bandara. Untuk itu kami merekomendasikan sistem pengawasan berbasis data komprehensif ,” kata Rina dalam rapat dengar pendapat Komisi IV DPR dengan Baratin di Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Baca juga: Rina Sa’adah: 80 Persen Perdagangan Karbon Indonesia Kontribusi ke Global
Politisi PKB ini juga menyarankan agar Baratin menerapkan inovasi teknologi berbasis kecerdasan buatan.
“Dengan berbasis AI harapannya SDM paham fungsi AI. Sehingga tidak ada lagi aparat yang ada di bandara bekerja sama dengan penyelundup atau pihak lain,” tegas Rina.
Dari data ekspor impor, menurut Rina, kasus tangkapan tertinggi dalam produk pertanian ada di Jakarta mencapai 807 kali.
“Komoditas yang paling banyak ditangkap adalah bawang putih, kentang dan daging yang merupakan bahan pokok masyarakat. Apalagi Jakarta jumlah penduduknya paling tinggi. Harus jadi perhatian,” ungkapnya.
Perlunya Pengawasan Baratin Pakai AI
Rina menegaskan, Baratin harus menerapkan sistem pengawasan yang komprehensif dan terintegrasi dengan sistem digitalisasi.
“Perketat pengawasan komoditas pertanian di Jakarta. Pastikan produk yang dikonsumsi rakyat tidak mengandung zat yang berbahaya. Serta sosialisasikan terus bibit tanaman organik,” tambah Rina.
Di sisi lain, Rina juga mengapresiasi adanya peningkatan ekspor buah berkualitas. Ia mendorong agar Baratin bisa berperan dan mendorong agar para petani bisa meningkatkan kualitas produknya.
“Ekspor buah tropis harus ditingkatkan, misalnya mangga, pisang dan lainnya. Selama ini terkendala di negara tujuan ekspor. Jepang misalnya menerapkan aturan ketat. Baratin bisa membantu membuka kerjasama dengan pihak terkait di negara tersebut,” ujarnya.
Menurut Rina, sosialisasi bibit organik, dan tanaman unggulan harus terus didorong sehingga komoditas kita bisa menembus pasar ekspor global.
Sentara itu, Kepala Baratin Sahat M Panggabean mengatakan, saat ini pihaknya juga fokus untuk mengawasi dan memeriksa sapi yang akan didatangkan dari Brazil.
“Kita sudah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait di Brazil. Memastikan sapinya dan laboratorium yang memeriksa kesehatan sapi tersebut, ” kata Sahat.
Baratin juga akan memberikan vaksin sapi- sapi tersebut agar aman dari penyakit PMK (penyakit mulut dan kuku) sebelum masuk ke Indonesia. (Rizal/R6/HR-Online)