Sejarah Andi Depu, Wanita yang Mempertahankan Merah Putih

2 months ago 28

Ibu Agung Andi Depu Maraqdia Balanipa merupakan sosok perempuan tangguh Indonesia. Ia begitu gigih untuk memimpin rakyat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sejarah Andi depu ini dikenal sebab ia merupakan wanita yang nekat menerobos tentara Belanda demi mempertahankan Merah Putih.

Baca Juga: Sejarah Mahesa Jenar, Sosok Khayalan di Jawa

Sejarah Andi Depu dan Riwayat Perjuangannya

Perjuangannya bermula pada tanggal 15 Januari 1946. Puluhan tentara Belanda berseragam NICA itu datang tanpa diundang dengan membawa senjata lengkap, membuat suasana menjadi mencekam. Mereka mengepung Istana Balanipa yang merupakan markas bagi para pejuang republik di daerah Mandar, Sulawesi Barat.

Penyokong Organisasi

Andi Depu sendiri aktif di Jong Islamieten Bond (JIB). Sejak remaja, ia telah aktif di berbagai organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan. Pada tahun 1940, ia menjadi penyokong perkumpulan JIB di wilayah Mandar.

Sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh, sejarah Andi Depu telah memberikan dampak signifikan dalam cara pemuda kebangsaan memandang masa depan. Ia hanya sempat menempuh pendidikan hingga kelas 3 di Volkschool. 

Karena untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, ia harus pindah ke kota lain, sebuah hal yang pada masa itu tidak memungkinkan bagi seorang perempuan. Meskipun terbatas oleh kondisi sosial dan pendidikan, Andi Depu tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam perjuangan untuk kemajuan bangsa.

Memperkenalkan Bendera Merah Putih

Andi Depu memainkan peran penting dalam menarik simpati rakyat ketika Jepang pertama kali memasuki Indonesia. Ia mendirikan Fujinkai sebagai langkah untuk membangun hubungan dengan masyarakat, serta memperbolehkan pengibaran bendera Merah Putih. 

Pada tahun 1942, Andi Depu menjadi tokoh penting yang memperkenalkan bendera nasional Indonesia, Merah Putih, ke daerah Mandar saat mengadakan rapat besar untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda di Tinambung.

Dalam kesempatan tersebut, Andi Depu menjelaskan kepada rakyat tentang hubungan antara Merah Putih dan Sumpah Pemuda, terutama ketika mereka hanya mengenal bendera kerajaan yang ada di wilayah mereka. 

Ia juga mengungkapkan bahwa Jepang pada waktu itu melarang pengibaran bendera Merah Putih karena dianggap sebagai simbol perlawanan, yang dianggap dapat membahayakan keberadaan mereka di Indonesia.

Ketika Jepang mulai terdesak, mereka lantas memberi izin pengibaran bendera Merah Putih untuk menarik dukungan rakyat dalam menghadapi pasukan Sekutu. Jepang memaksa rakyat untuk memberi hasil panen dan harta benda secara paksa. Hal ini mampu membuat Andi Depu mulai menentang Jepang yang semena-mena itu.

Saat mendengar kabar tentang Jepang mulai terdesak oleh para Sekutu di dalam Perang Asia Timur Raya, pada bulan April 1945, Andi Depu mulai membentuk organisasi dengan nama Islam Muda.

Ancaman Usai Indonesia Merdeka

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia akhirnya merdeka. Bersama dengan rekan-rekannya, Andi Depu bergerak untuk menyebarkan berita gembira di seluruh pelosok Mandar dan wilayah sekitarnya. Mereka segera mengibarkan bendera Merah Putih di halaman depan Istana Balanipa.

Meskipun begitu, kebahagiaan tak berlangsung lama sebab beberapa pekan usai proklamasi, Sekutu kembali datang bersama dengan Belanda. Kedaulatan seluruh rakyat wilayah Mandar kembali terancam. Dalam sejarah Andi Depu, wanita itu menyusun strategi kekuatan guna menjaga kemerdekaan.

Baca Juga: Tokoh Pendiri Sarekat Dagang Islam dan Latar Belakangnya

Pada tahun 1946 ini, atas permintaan tokoh adat dan juga masyarakat, Andi Depu pun menjadi Arayang atau Maraqdia Balanipa di daerah Mandar. Arayang atau Maraqdia sendiri adalah sebutan untuk pemimpin kerajaan. Dengan demikian, Andi Depu ini menjadi pemimpin perempuan pertama di dalam sejarah Kerajaan Balanipa.

Kehadiran Belanda Lagi

Dengan bantuan para pejuang lainnya, Andi Depu menggelorakan semangat guna melawan ambisi Belanda yang menginginkan kekuasaan di Indonesia lagi. Organisasi Islam Muda yang Andi Depu buat berubah menjadi Kelaskaran Rahasia Islam Muda (KRIS MUDA).

Bersama-sama dengan KRIS MUDA, ia menolak kembalinya Belanda di Indonesia, khususnya di Mandar. Peristiwa Merah Putih pada 15 Januari 1946 yang ada di Istana Balanipa ini menjadi bukti betapa cintanya Andi Depu dengan tanah airnya. Dalam sejarah Andi Depu, wanita itu murka saat Belanda memiliki keinginan untuk menurunkan Sang Saka dari tiang.

Penangkapan

Andi Depu sendiri pun beberapa kali terlibat pertempuran dengan Belanda dan sempat ditahan. Bersama dengan para pejuang, pergerakan Andi Depu kerap kali meresahkan Belanda. Beberapa kali pecah bentrokan bersenjata, seperti yang ia terapkan di Jawa dan tempat lainnya, Andi Depu selalu berhasil untuk meloloskan diri.

Misi Belanda untuk menangkap Andi Depu akhirnya membuahkan hasil. Pada bulan Desember 1946 ketika Andi Depu berada dalam perjalanan pulang dari daerah Makassar, pasukan NICA siap menyergap dan terjadi pertempuran sengit lagi. Banyak korban pada pertempuran itu.

Pada sejarah Andi Depu, wanita itu berada di dalam situasi terdesak dan tertangkap. Belanda memenjarai Andi Depu di Makassar, lalu jadi sering pindah, setidaknya 28 kali. Hal ini bermaksud untuk melemahkan semangat dan menyulitkan upaya rakyat yang ingin membebaskannya.

Andi Depu sering kali mendapat siksaan dari para serdadu Belanda. Serdadu berhasil memecah belah Indonesia dengan kemudian membentuk negara boneka, salah satunya adalah Negara Indonesia Timur (NIT).

Menjelang penyerahan kedaulatan Indonesia sesuai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) pada akhir 1949, Andi Depu dan perjuangan rakyat Mandar akhirnya bebas. Andi Depu mendukung pembubaran NIT, yang berakhir sempat menjadi tahanan lagi oleh orang-orang NIT selama satu bulan.

Titik Terakhir Perjalanan Hidup

Usai bebas, ia kembali ke Mandar untuk memimpin bekas wilayah Kerajaan. Amanah ini ia peroleh hingga tahun 1956 sebelum undur diri sebab masalah kesehatan. Setelahnya, Andi Depu sering bolak-balik ke Makassar untuk memeriksa kesehatan. Meski begitu, ia tetap beraktivitas untuk kepentingan rakyat dan masih terlibat di kegiatan sosial.

Baca Juga: Sejarah Raja Haji Fisabilillah, Pahlawan Nasional dari Riau

Kondisinya kian memburuk, hingga pada tanggal 18 Juni 1985, di Rumah Sakit Pelamonia Makassar, ia meninggal dunia di usia ke 78. Dalam sejarah Andi Depu, sosok wanita pejuang ini, jenazahnya bersemayam di Tanah Makam Pahlawan Panaikang Makassar, Sulawesi Selatan. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |