Upaya KPAID dan PGRI Kabupaten Tasikmalaya Cegah Perundungan dan Kekerasan Seksual di Sekolah

1 week ago 12

harapanrakyat.com,- Kasus bullying atau perundungan serta kekerasan seksual masih terjadi di lingkungan pendidikan. Korbannya mayoritas pelajar serta sebagian tenaga pendidik.

Dengan adanya hal tersebut, KPAID dan PGRI Kabupaten Tasikmalaya berupaya untuk mencegah agar tidak kembali terjadi kasus bullying dan kekerasan seksual. Salah satunya adalah dengan mengadakan workshop tentang perundungan.

Baca Juga: Reses di Kota Bandung, Atalia Praratya Ingin Korban Perundungan tak Takut Melapor

Workshop kerja sama KPAID dan PGRI Kabupaten Tasikmalaya tersebut berlangsung di Gedung PGRI, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (20/1/2025). Hadir dalam kegiatan itu, ratusan guru dan kepala sekolah dari TK, SD dan SMP di Kabupaten Tasikmalaya.

“Kami PGRI Kabupaten Tasikmalaya kerja sama dengan KPAI, memberikan pemahaman terkait mengatasi bullying. Ada 877 guru dan kepala sekolah se-Tasikmalaya yang ikut kegiatan ini,” kata ketua pelaksana kegiatan, Unang Arifin, Senin (20/1/2025).

Bagaimana Upaya Cegah Perundungan dan Kekerasan Seksual di Sekolah?

Ketua PGRI Jawa Barat, Ahmad Juhana mengatakan, bahwa perundungan masih ditemukan di sekolah meski skalanya kecil. Oleh karena itu, ia meminta kepada para guru, untuk memahami bagaimana cara mencegah, mengatasi dan menyelesaikannya.

“Persoalaan perundungan ini kami melihat tak hanya anak jadi korbannya, ada juga guru,” katanya.

Untuk itu, sambungnya, PGRI mendorong kepada pemerintah pusat untuk secepatnya mengeluarkan peraturan tentang perlindungan guru. Hal itu agar guru menjadi terlindungi.

“Sebab anak-anak sudah mendapat perlindungan dengan adanya Undang-undang. Sedangkan guru belum,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto menambahkan, bahwa pihaknya terus berupaya hadirkan sekolah ramah anak tanpa perundungan dan tindak susila.

Ia menjelaskan, bahwa sekolah ramah anak ini maksudnya adalah siswa terlindungi serta gurunya juga ternaungi dari hal negatif, seperti perundungan dan kekerasan seksual.

“Sebab, perundungan ini korbannya tidak hanya anak-anak, namun guru juga bisa. Maka kita selamatkan anak dan guru ini,” jelasnya.

Baca Juga: Awal Tahun 2025, Polres Tasikmalaya Berhasil Ungkap 5 Kasus Pencabulan Anak di Bawah Umur

Sekretaris Disdikbud Kabupaten Tasikmalaya, Edi Riswandi, meminta kepada kepala sekolah dan guru untuk lebih paham terkait indikator munculnya bullying. Seperti anak yang enggan sekolah, menjadi pemurung dan sensitif, serta penyimpangan perilaku lainnya.

“Nah itu harus secepatnya dideteksi. Maka supaya terhindar dari adanya kasus perundungan dan kekerasan seksual, harus dikenal indikatornya terlebih dulu,” katanya. (Apip/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |