harapanrakyat.com,- Smoking Pipe Community di Sumedang, Jawa Barat, berhasil membuat beberapa jenis pipa untuk para perokok. Komunitas tersebut gabungan dari para pencinta padudan atau pipa rokok.
Adapun tujuan dari berdirinya komunitas tersebut, yakni sebagai ajang silaturahmi sesama pencinta dan pemakai padudan. Selain itu juga, sebagai ruang sharing pengalaman dan keterampilan dalam pembuatan pipa rokok.
Ketua Smoking Pipe Community, Teguh mengatakan, ia bersama dengan rekan-rekan lainnya di komunitas tersebut sering mengadakan kopi darat.
“Tujuannya ya untuk berbagi pengalaman saja. Dari ajang silaturahmi ini juga, kami berkesimpulan ingin lebih berkembang lagi,” katanya kepada harapanrakyat.com, Senin (3/3/2025).
Baca Juga: Amanat Perda KTR, Fasilitas Publik di Ciamis Harus Punya Tempat Khusus Merokok
Lanjut Teguh menambahkan, bahwa komunitas yang berbasis di GOR PKPRI, depan SMPN 3 Sumedang, Kecamatan Sumedang Selatan. Sementara sekarang ini, komunitas tersebut beranggotakan sekitar 55 orang. Mereka semua memiliki latar belakang yang beragam.
“Mulai dari masyarakat umum, guru, pegawai swasta, pensiunan polisi dan juga ada dari ASN,” katanya menambahkan.
Padudan yang mereka buat memakai berbagai bahan alam. Seperti dari bahan tanduk rusa, gading gajah, kelor, tali arus, kaboa, galih asem, fornis, kelapa dan juga kayu sonokeling.
Sementara untuk bahan baku kayu sonokeling, Smoking Pipe Community berprinsip mendaur ulang bahan-bahan tersebut yang sudah tidak terpakai. Seperti dahan atau akar yang mati di hutan daerah Buahdua, Surian, Tomo, dan Ujungjaya.
“Kami hanya mengambil bagian akar atau dahan yang sudah mati, agar tidak terbentur proses hukum. Pasalnya, sonokeling ini seperti jati yang termasuk kayu dilindungi,” jelas Teguh.
Masing-masing pipa rokok yang Smoking Pipe Community Sumedang buat, memiliki desain yang khas dan juga unik.
Contohnya dari bahan akar sonokeling yang pipanya dengan panjang 33 cm, kemudian desain dengan bentuk lilitan ular berbahan akan fornis. Sedangkan paling unik desainnya yaitu seperti tokoh Petruk dengan bahan kaboa.
Sehingga dengan desain padudan yang unik dan indah, tentunya menarik perhatian pembeli. Tidak hanya dari Sumedang, tetapi juga dari Bandung, Bogor, dan Sukabumi.
“Harga padudan ini bervariasi, dari mulai Rp 50.000 sampai tertinggi Rp 3 juta. Harganya tergantung dari bahan, tingkat kesulitan, serta seni,” ujarnya.
Namun ia mengakui, bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Smoking Pipe Community Sumedang. Kendala tersebut antara lain modal serta bahan baku yang terbatas. Kemudian, tingkat kesulitan dalam membuat padudan yang tentunya sangat dipengaruhi oleh mood pengrajin.
“Sedangkan untuk menjaga kualitas pipa rokok, kami menyarankan penggunaan madu dan cottonbud, agar pipa tetap bersih dan awet,” ucapnya.
Sementara untuk kedepannya, Teguh berharap, agar Smoking Pipe Community ini bisa terus berkembang. Namun itu tergantung dari ketersediaan bahan baku dan dana.
“Cita-cita kami membentuk badan usaha. Tujuannya, supaya Smoking Pipe Community Sumedang ini mempunya pendapatan yang lebih stabil,” pungkasnya. (Aang/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)