Kisah Hisyam bin Abdul Malik, Khalifah Terkuat Bani Umayyah

2 months ago 22

Kisah Hisyam bin Abdul Malik, khalifah kesepuluh Dinasti Umayyah, naik tahta pada usia yang relatif muda, yakni 35 tahun. Ia menggantikan saudaranya, Yazid bin Abdul Malik. Selama hampir dua dekade memimpin, Hisyam terkenal sebagai sosok negarawan ulung dengan keahlian militer yang mumpuni.

Baca Juga: Kisah Julaibib Sahabat Nabi yang Buruk Rupa Rebutan Bidadari

Di bawah kepemimpinannya, kekhalifahan tidak hanya berhasil mengatasi berbagai tantangan internal, tetapi juga memperluas wilayah kekuasaannya.

Kisah Hisyam bin Abdul Malik: Menjaga Stabilitas Negeri

Hisyam bin Abdul Malik memerintah selama hampir dua puluh tahun (105-125 H). Dalam periode tersebut, ia menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan kompeten. 

Salah satu tantangan besar yang dihadapinya adalah mengelola hubungan antara dua suku besar Arab, Yaman dan Qais karena seringkali berkonflik. Namun, dengan kebijakan yang bijaksana, Hisyam mampu menjaga stabilitas kedua kelompok tersebut.

Dengan cermat, Hisyam menyeimbangkan kepentingan kedua suku untuk menghindari konflik terbuka. Ia menyadari bahwa fanatisme kesukuan adalah isu sensitif yang dapat mengancam keutuhan negara. Masalah ini menjadi salah satu tantangan terbesar yang Dinasti Umayyah hadapi.

Menyadari potensi ancaman yang dapat timbul jika memihak salah satu kubu, Hisyam bin Abdul Malik melibatkan tokoh-tokoh penting dari suku Yaman dan Qais dalam pemerintahannya. Ia juga tidak ragu-ragu memberhentikan pejabat yang terbukti memihak, demi menjaga keseimbangan dan stabilitas negara.

Kisah Hisyam bin Abdul Malik juga pernah menginstruksikan gubernur Irak, Khalid bin Abdullah al-Qasari, untuk mencopot jabatan Asad bin Abdullah. Ia tak lain adalah saudara kandungnya sendiri, sebagai wali kota Khurasan. 

Alasannya, Asad terlalu condong mendukung suku Yaman, bahkan sampai merendahkan suku Mudhar. Sikapnya yang fanatik ini ia anggap membahayakan stabilitas wilayah.

Khalifah yang Profesional

Kepemimpinan Hisyam bin Abdul Malik ditandai dengan perhatiannya yang besar terhadap kesejahteraan rakyat dan pengawasan ketat terhadap para pejabat. Tidak mengherankan jika ia dianggap sebagai pemimpin Bani Marwan yang paling berdedikasi dalam menjalankan tugasnya.

Para sejarawan sepakat bahwa Hisyam bin Abdul Malik sangat ahli dalam mengelola keuangan negara. Ia selalu memastikan bahwa seluruh pendapatan negara berasal dari sumber yang sah. Uang tersebut juga untuk proyek-proyek penting tanpa adanya pemborosan atau penghematan yang berlebihan.

Adz-Dzahabi mencatat sebuah kisah dari Abu Umair bin An Nuhas yang menceritakan bahwa pada masa kepemimpinan Hisyam bin Abdul Malik, terdapat aturan ketat mengenai pemasukan harta ke baitulmal. Setiap harta harus disaksikan oleh empat puluh orang saksi yang dapat menjamin bahwa harta tersebut diperoleh secara legal dan telah terpenuhi semua kewajibannya.

Kehebatan Hisyam dalam mengelola pemerintahan bahkan diakui oleh para penentangnya. Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Abbas, salah satu tokoh yang berseberangan dengan Hisyam, mengakui bahwa sistem pemerintahan Hisyam adalah yang terbaik untuk rakyat dan penguasa.

Menjaga Harta Benda Umat

Kisah Hisyam bin Abdul Malik juga terkenal tegas menjaga harta umat Islam. Bahkan terhadap dirinya sendiri dan keluarganya. 

Baca Juga: Kisah Ghulam Ashabul Ukhdud, Keteguhan Melawan Kezaliman

Ath-Thabari meriwayatkan kisah dari Iqal bin Syabbah tentang Khalifah Hisyam yang hanya memiliki satu topi sorban hijau, sama seperti sebelum menjadi khalifah. Ketika ditanya, Hisyam menegaskan bahwa semua harta yang ia kumpulkan adalah untuk umat Islam, bukan untuk dirinya. 

Ia bahkan tidak memberikan harta kepada Bani Marwan kecuali jika mereka berkontribusi langsung dalam peperangan atau mengirimkan penggantinya. Sikap ini menunjukkan dedikasi Hisyam dalam memastikan kekayaan umat untuk kemaslahatan bersama.

Menjaga Daerah Jihad dan Perbatasan

Kisah Hisyam bin Abdul Malik selanjutnya merupakan seorang khalifah Bani Umayyah yang tidak hanya fokus pada urusan dalam negeri. Tetapi juga menjaga perbatasan dan melawan musuh Islam. 

Meski bukan seorang militer, ia aktif mempersiapkan pasukan besar dan merancang operasi militer untuk melindungi wilayah Islam. Termasuk menghadapi Romawi Byzantium. 

Hisyam membangun benteng-benteng perbatasan dan memastikan pasukannya selalu siap siaga. Para jenderalnya terus melancarkan serangan dan jihad. Sementara kepemimpinan militer sering ia percayakan kepada anggota keluarganya. 

Menurut Al-Ya’qubi dalam Tarikh Al-Ya’qubi, Hisyam adalah salah satu khalifah terkuat Bani Umayyah. Ia menunjukkan ambisi besar dalam melindungi umat Islam, meskipun harus mengorbankan harta atau nyawa pasukan. Ini menegaskan peran strategisnya dalam politik luar negeri.

Baca Juga: Kisah Istri Nabi Luth, Kedurhakaan yang Berakhir Kena Azab

Kisah Hisyam bin Abdul Malik menunjukkan integrasi antara kebijakan dalam negeri dan luar negeri yang efektif. Ia berhasil menjaga stabilitas internal, mengelola sumber daya dengan bijak, serta memperkuat pertahanan di perbatasan. Dengan dedikasi dan kebijakan tegas, Hisyam menjadi salah satu khalifah terkuat Bani Umayyah, meninggalkan warisan penting bagi umat Islam. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |