harapanrakyat.com,- Wacana mengenai rata-rata IQ orang Indonesia yang disebut hanya di angka 80 memicu diskusi di berbagai kalangan. Dalam wawancara eksklusif di acara Kick Andy, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Stella Christie, memberikan pandangan mendalam terkait isu ini.
Prof. Stella menegaskan bahwa IQ orang Indonesia pada angka tersebut perlu ditinjau kembali. Menurutnya, menjadikan IQ sebagai tolok ukur tunggal kecerdasan adalah langkah yang keliru.
Dengan tegas dan sedikit emosional, Prof. Stella menyatakan sangat tidak setuju IQ orang Indonesia disebut hanya di angka 80. Wanita berkacamata nyentrik ini, menyebut IQ hanyalah angka dari tes tertentu dan tidak sepenuhnya mencerminkan potensi kecerdasan manusia.
Lebih jauh, Prof. Stella menjelaskan bahwa IQ tidaklah statis. “Jika kita terus berbicara tentang IQ rendah, masyarakat akan percaya bahwa kecerdasan tidak bisa berubah. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan dapat berkembang melalui pendidikan yang baik dan pendekatan growth mindset,” katanya, seperti dikutip Senin (13/1/2025).
Baca Juga: KPK Tanggapi Sindiran Megawati Soal Tangani Kasus Kecil: Effort-nya Sama Saja!
Merujuk data dari OECD, ia menyebut bahwa masalah utama bukan pada kurangnya pengetahuan, tetapi pada kesulitan anak-anak Indonesia dalam menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
“Anak-anak Indonesia tahu konsep matematika atau sains, tetapi sering kesulitan menerapkannya dalam soal dengan konteks berbeda, itu karena metode pengajaran kita masih pasif,” jelas Prof. Stella.
Ia juga mengingatkan bahwa stigma seperti “IQ rendah” dapat merugikan anak-anak. Menurutnya, apabila guru atau orang tua meyakini anak-anak mereka tidak cerdas, ini bisa membatasi potensi mereka. Sebab, penelitian menunjukkan harapan guru dan orang tua sangat memengaruhi kemampuan belajar anak.
Orang Indonesia Jangan Percaya Mitos IQ
Prof. Stella mengkritik fokus berlebihan pada IQ sebagai ukuran kecerdasan termasuk dari orang di Indonesia. Ia menyebut bahwa kecerdasan jauh lebih kompleks dan melibatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. “Masyarakat harus memahami bahwa tes IQ hanyalah salah satu alat pengukur, bukan definisi kecerdasan sejati,” katanya.
Sebagai solusi, Prof. Stella menyoroti pentingnya pendidikan berkualitas yang mendorong anak-anak untuk berpikir aktif, berdiskusi, dan memecahkan masalah.
“Anak-anak Indonesia punya potensi besar. Sedangkan yang kita butuhkan adalah sistem pendidikan yang mendukung mereka untuk berkembang,” ujarnya.
Mengakhiri wawancara, Prof. Stella mengajak semua pihak dan masyarakat khususnya orang Indonesia untuk meninggalkan stigma terkait IQ.
“Lebih baik, ayo kita fokus pada bagaimana memberikan pengajaran terbaik dan mendukung anak-anak untuk belajar. Pendidikan yang baik akan melahirkan generasi cerdas yang mampu bersaing di tingkat global,” pungkasnya. (Feri Kartono/R7/HR-Online/Editor-Ndu)