Kisah Hartono Soekwanto, Penghobi Ikan Koi Asal Bandung yang Mendunia

5 hours ago 5

harapanrakyat.com,- Sore itu di kawasan Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat, seorang pria paruh baya yang terkenal sebagai legenda penghobi ikan koi Indonesia, terlihat menggenggam pakan untuk ikan hias dengan kedua tangannya. 

Pria itu pun menyusuri bibir kolam berbentuk huruf ‘L’ yang terdiri dari batuan kali yang sudah mulai menghijau karena lumut. Pakan dalam genggamannya pun ia lemparkan ke arah ikan-ikan sudah menanti sedari lama.

Pria itu adalah Hartono Soekwanto, seorang yang sudah tidak asing lagi di telinga para petani maupun penghobi Ikan Koi di Indonesia, bahkan dunia.

Setelah menyapa dan memberi makanan ikan yang berada di pelataran rumahnya, Hartono pun meresonansi ingatannya tentang awal mula ia menggandrungi Ikan Koi.

Perjalanan Menjadi Penghobi Ikan Koi

Hartono pun menceritakan sepenggal kisah perjalanannya menjadi Juara Dunia pada 2011. Lalu menjadi Grand Champion Nishikigoi Off the World 2013 di Jepang dengan Ikan Koi jenis Kohaku bernama Mu-Lan Legend.

Awal mula Hartono jatuh hati pada Ikan Koi terjadi 17 tahun silam, tepatnya 2008. Saat itu, ia membeli sebuah rumah di kawasan Setrasari, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat.

Rumah yang ia beli ternyata memiliki sebuah kolam yang tidak terpakai. Hartono pun memutuskan mengisi kolam kosong dengan Ikan Koi yang ia beli seharga Rp150 ribu dari pasar.

“2008 itu saya beli rumah. Rumah itu ada kolam kosong, terus saya oprek-oprek. Saya beli ikan yang Rp150.000-an di pasar,” kata Hartono di kediamannya, Kamis (17/7/2025).

Namun, rekan-rekan Hartono ternyata tidak memberikan dukungan kepadanya, justru berbalik menghina karena Ikan Koi yang menghuni kolam itu tidak berkualitas lantaran berasal dari pasar.

“Terus datang temen tapi malah ngehina. Ini kolam bagus pakai cor segala macam, tapi isinya Koi lokal,” ucapnya.

Ternyata hinaan dari bibir rekan hingga menembus daun telinga itu menjadi motivasi tersendiri bagi pria 53 tahun ini. Ia pun memutuskan untuk pergi ke tempat asal Ikan Koi, Jepang.

Perjalanan Hartono di Negeri Sakura terbilang cukup singkat untuk mempelajari Ikan Koi hingga menorehkan prestasi dunia. Ia hanya membutuhkan waktu dua tahun delapan bulan hingga akhirnya menjadi juara dunia.

“Setelah ikut kontes di sini, dengan Ikan Koi harga Rp 50 juta, saya ke Jepang, belajar selama 2 tahun 8 bulan, hingga jadi juara dunia. Saya orang tercepat di dunia, dari belajar nama Koi dan juara dunia,” kata Hartono sembari melempar senyuman tipis.

Tantangan di Indonesia

Hartono menambahkan, bagi para pemula yang ingin mengembangbiakkan atau hanya sekadar hobi Ikan Koi, kuncinya hanya menikmati dan bahagia.

Musababnya, mengembangbiakkan atau hobi Ikan Koi ini memang tidak mudah. Apalagi, Ikan Koi cenderung hewan yang cepat mengalami perubahan perilaku, kadang muram karena temperatur air maupun faktor lingkungan.

“Memang nggak gampang lah pelihara Koi ini, kan tiap hari berubah. Dia nyaman di suhu air 24 sampai 28 derajat. Kalau malam mungkin 22 sampai 24 derajat, dia nyaman. Kedinginan enggak nyaman, kepanasan apalagi. Tapi Bandung kan sudah dapat semua suhunya. Tidak harus pakai chiller (pendingin),” ujarnya.

Jadi bagi para pemula yang ingin mengembangbiakkan atau hanya memelihara Ikan Koi, jangan mudah menyerah. Hartono menyarankan agar tidak mengikuti metode perawatan Ikan Koi di Jepang, karena Indonesia memiliki caranya tersendiri.

“Jangan menyerah, terus lanjutkan, terus improvisasi, lakukan cara Indonesia, Indonesia way. Jangan ngikutin Jepang, yang penting hasilnya yang sama. Saya yakin bisa, karena potensi kita luar biasa,” tuturnya.

Apabila perjalanan yang sukar sudah bisa terlewati, Hartono yakin petani maupun penghobi Ikan Koi di Indonesia tidak mudah tergoyahkan dengan suara sumbang. Mengingat, Ikan Koi yang sudah menyandang titel juara pun bisa melepaskan predikat makhluk hidup yang tidak sempurna. 

“Ikan Koi atau makhluk hidup itu nggak ada yang sempurna. Koi juara dunia tidak sempurna. Cuman juara dunia itu adalah Ikan Koi yang terbaik waktu itu. Yang penting menikmati, kita happy, ikannya happy, ya sudah,” kata Hartono sembari merapikan rambutnya.

Bantu Petani Ikan Koi Indonesia Masuk Dunia Internasional

Meski sudah merasakan kejuaraan tertinggi, nyatanya Hartono tidak mengenal kata lelah untuk membantu para petani Ikan Koi di Indonesia. Sejak beberapa tahun silam, ia memilih menjadi orang di belakang layar di dunia Ikan Koi Indonesia.

Ia rajin memberikan benih Ikan Koi untuk para petani mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Alasannya pun cukup sederhana, Hartono ingin para petani Ikan Koi di Indonesia mempunya bibit dengan garis keturunan yang unggul agar dunia menghargai.

“Saya nggak pernah menjual, ngasih indukan saja ke ratusan petani binaan. Supaya teman-teman ini punya bibit, bloodline yang bagus. Ada kepuasan tersendiri memang, tapi dasarnya supaya Indonesia dihargai di dunia,” katanya.

Dengan upaya itu, ia pun berhasil menaikkan kelas petani Ikan Koi di Indonesia. Hal itu terpotret dari sejumlah kejuaraan Ikan Koi di Indonesia, Jepang tidak berhasil jadi kampiun.

“Lima tahun terakhir ini yang dari Jepang tidak pernah bisa menang di Indonesia. Perlombaan di Jakarta tahun ini, petani dari Kediri bisa menang. Jadi sudah bagus, sudah hebat, petani kita sudah nggak bingung,” kata Hartono.

Keberhasilan para petani Ikan Koi di Indonesia tidak hanya tergambar perlombaannya selama lima tahun terakhir di tanah air.

Saat ini, mereka sudah bisa mengembangbiakkan Ikan Koi dengan ukuran satu meter. Perkembangan itu cukup pesat, karena dulu hanya mampu mengembangbiakkan Ikan Koi ukuran 55 centimeter tanpa melihat kualitas.

“Sekarang waktunya untuk membantu petani untuk mengejar ukuran yang lebih panjang lagi. Makanya kita lakukan dengan mem-breeding (mengembangbiakkan) yang semeteran,” tuturnya. (Reza/R6/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |