Kisah Julaibib Sahabat Nabi yang Buruk Rupa Rebutan Bidadari

2 months ago 28

Kisah Julaibib sahabat Nabi Muhammad merupakan salah satu kisah yang penuh makna dari sejarah Islam. Ia adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang hidup dalam kondisi sederhana dan menghadapi stigma dari masyarakat karena tampilan fisiknya. 

Baca Juga: Samurah bin Jundub Adalah Remaja Tangguh dan Pemberani

Julaibib tidak mengetahui asal usul keluarganya, termasuk siapa ayah dan ibunya. Secara fisik ia digambarkan sebagai sosok yang kerdil, pendek, serta lusuh. Hal ini membuatnya sering terabaikan dan orang lain jarang mendekatinya.

Kisah Julaibib Sahabat Nabi, Pelajaran Tentang Kesetiaan dan Kehormatan dalam Islam

Di zaman modern ini, banyak orang memilih pasangan berdasarkan penampilan fisik dan kekayaan. Namun, Islam mengajarkan bahwa nilai seseorang tidak terletak pada rupa dan harta, melainkan pada hati dan amalannya. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR Muslim).

Kisah Julaibib, salah satu sahabat Nabi yang mulia, menjadi contoh nyata ajaran ini. Julaibib bukanlah sosok yang dihormati masyarakat pada zamannya karena fisiknya dan status sosialnya yang dianggap rendah. Namun, beliau adalah sahabat yang sangat dicintai Rasulullah SAW.

Kehidupan Julaibib yang Penuh Cobaan

Julaibib RA hidup tanpa mengetahui siapa orang tuanya dan tidak memiliki nasab yang jelas. Dalam masyarakat Madinah kala itu, tidak memiliki nasab merupakan aib besar. 

Lebih dari itu, tampilan fisik Julaibib yang pendek, bungkuk, dan lusuh membuat banyak orang sering menjauhinya. Bahkan, seorang pemimpin Bani Aslam pernah berkata, 

“Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya.”

Kehidupan sehari-hari Julaibib penuh dengan keprihatinan. Ia tidak memiliki rumah untuk berlindung dan hanya tidur beralaskan pasir serta batu. 

Namun, meskipun hidupnya penuh kesulitan, Julaibib memiliki hati yang tulus dan iman yang kokoh kepada Allah SWT.

Rasulullah dan Keinginan Menikahkan Julaibib

Rasulullah SAW sangat memperhatikan Julaibib. Suatu ketika, beliau bertanya kepada Julaibib, 

“Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?” Julaibib menjawab dengan penuh kerendahan hati, “Siapakah yang mau menikahkan putrinya denganku, ya Rasulullah?”

Rasulullah tidak menyerah. Selama tiga hari berturut-turut, beliau menanyakan hal yang sama hingga akhirnya membawa Julaibib ke rumah seorang pemimpin Anshar yang memiliki putri cantik dan salehah. 

Rasulullah SAW berkata kepada pemimpin Anshar, “Aku ingin menikahkan putri kalian.”

Sang ayah dengan penuh sukacita menyambut berita ini karena mengira Nabi Muhammad SAW sendiri yang akan menjadi menantu. 

Namun, Rasulullah melanjutkan, “Tetapi bukan untukku. Aku pinang putri kalian untuk Julaibib.”

Reaksi Keluarga Anshar dan Keputusan Bijaksana

Mendengar hal ini, keluarga Anshar terkejut. Sang ayah dan ibu mulai mempertimbangkan dengan serius, mengingat keadaan Julaibib yang miskin dan ia anggap tidak layak. 

Namun, putri mereka yang cantik dan solehah keluar dari balik tirai dan berkata dengan tegas, 

“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tiada akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku.”

Baca Juga: Abu Musa Al Asyari Si Pemberani yang Lembut dan Bersuara Merdu

Wanita tersebut mengutip ayat Al-Qur’an:

“Dan tidaklah patut bagi lelaki beriman dan perempuan beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36).

Rasulullah SAW pun tersenyum dan mendoakan wanita tersebut, “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Jangan Kau jadikan hidupnya payah dan bermasalah.”

Syahidnya Julaibib dan Kemuliaannya di Surga

Tak lama setelah pernikahan tersebut, dalam kisahnya Julaibib sahabat Nabi mengikuti sebuah pertempuran dan gugur sebagai syuhada. Ketika para sahabat menghitung jumlah pasukan yang gugur, Rasulullah bertanya, 

“Apakah kalian kehilangan seseorang?” Para sahabat menjawab tidak. Namun, Rasulullah berkata, “Tetapi aku kehilangan Julaibib.”

Setelah pencarian, jasad Julaibib ketemu di medan perang, dengan tujuh musuh yang berhasil ia kalahkan sebelum syahid mengelilinginya. Rasulullah SAW mengurus penguburannya dengan tangan beliau sendiri dan bersabda, 

“Dia adalah bagian dari diriku, dan aku adalah bagian dari dirinya.”

Pelajaran dari Kisah Julaibib

Kisah Julaibib mengajarkan kita untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan atau status sosial. Allah memandang hati dan amalan setiap hamba-Nya, bukan rupa atau harta mereka. Rasulullah SAW menunjukkan bagaimana menghormati dan memperjuangkan kehormatan orang-orang yang dipandang rendah oleh masyarakat.

Julaibib RA, meskipun hidupnya penuh cobaan, mendapatkan kemuliaan yang tidak tertandingi. Ia terkenang sebagai sahabat yang tulus, bertakwa, dan akhirnya menjadi penghuni surga yang dirindukan oleh para bidadari.

Baca Juga: Abbas bin Abdul Muthalib Sosok yang Baik dan Taat Pimpinan

Kisah Julaibib Sahabat Nabi ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki potensi untuk meraih kemuliaan di mata Allah, asalkan ia menjaga hati dan amalannya. Janganlah kita menilai seseorang hanya dari luarnya, karena di hadapan Allah, semua manusia sama. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |