Kisah sufi Ibrahim bin Adham merupakan seorang arif yang memilih jalan kezuhudan setelah meninggalkan kemewahan dunia. Dalam sejarah Islam, Ibrahim bin Adham terkenal dengan julukan Abu Ishak. Beliau adalah seorang sufi legendaris yang kisah hidupnya hingga kini terus menginspirasi banyak orang.
Baca Juga: Kisah Asif bin Barkhiya, Bisa Pindahkan Singgasana Ratu Balqis
Beliau lahir di Balkh, sebuah kota yang kini terletak di Afghanistan, pada tahun 80 H atau 100 H. Nama Ibrahim bin Adham tidak hanya populer dalam kalangan sufi. Namun juga dalam berbagai literatur sejarah Islam, termasuk dalam karya-karya tasawuf dan irfan.
Kisah Sufi Ibrahim bin Adham, Dari Raja Menjadi Seorang Arif
Ibrahim bin Adham berasal dari keluarga bangsawan yang terkemuka di Balkh, Khorasan. Ia adalah seorang anak dari Adham bin Manshur, seorang penguasa yang kaya raya.
Namun, meskipun memiliki kedudukan tinggi, Ibrahim bin Adham merasa tidak puas dengan hidupnya. Kehidupan duniawi yang serba mewah dan penuh dengan kemewahan tidak memberi ketenangan bagi hatinya.
Pada suatu malam, ia terbangun karena mendengar suara gaib yang mengingatkannya untuk meninggalkan kehidupan duniawi yang penuh kemewahan. Ketika ia merenungkan pesan tersebut, hatinya mulai terbuka untuk melakukan perubahan.
Setelah merenung, Ibrahim bin Adham memutuskan untuk meninggalkan tahtanya dan memilih jalan zuhud. Pengertian Zuhud adalah hidup sederhana tanpa tergoda oleh harta dan tahta.
Ia berpindah ke Mekkah dan bertemu dengan banyak arif terkenal pada masanya, seperti Sufyan al-Tsauri dan Fudhail bin ‘Iyadh. Di sana, ia mulai menekuni ilmu tasawuf dan melakukan suluk spiritual.
Perjalanan Spiritual Ibrahim bin Adham
Ibrahim bin Adham terkenal karena keberaniannya untuk mengubah hidupnya demi mengejar kedekatan dengan Tuhan. Ia mengembara ke berbagai tempat seperti Naisyabur, Syam, dan Mekkah, untuk mencari kedamaian batin dan ilmu-ilmu spiritual.
Dalam perjalanannya, Ibrahim bin Adham bertemu dengan berbagai tokoh sufi, termasuk Syaqiq al-Balkhi, yang menjadi salah satu murid utamanya. Salah satu peristiwa yang terkenal dalam kisah sufi Ibrahim bin Adham adalah pertemuannya dengan Syaqiq al-Balkhi di Mekkah.
Ibrahim bin Adham yang sudah mencapai kedalaman spiritual, memberikan nasihat kepada Syaqiq untuk memilih jalan yang lebih tinggi dalam perjalanan spiritual. Dalam sebuah percakapan, Ibrahim menegur Syaqiq yang hanya berharap mendapat rezeki, seperti burung yang mendapatkan makanan dari burung lainnya.
Ibrahim mengingatkan bahwa seharusnya kita tidak hanya mengandalkan pemberian saja. Akan tetapi juga memberi kepada orang lain.
Keputusan untuk Mengasingkan Diri
Setelah menjalani hidup sebagai seorang sufi, dalam kisahnya, Ibrahim bin Adham semakin dalam dalam pencarian spiritualnya. Ia memilih untuk mengasingkan diri dari kehidupan duniawi, menghindari segala bentuk kenyamanan dan kemewahan.
Salah satu contoh kehidupannya yang sederhana adalah saat ia bekerja sebagai buruh kebun di Syam. Meskipun hidup dalam keadaan yang sangat sederhana, Ibrahim merasa jauh lebih bahagia dan tenang.
Baca Juga: Kisah Wanita Ghamidiyah, Taubatnya Pelaku Zina
Ia menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak ditemukan dalam kekayaan, tetapi dalam kedekatan dengan Tuhan. Ibrahim bin Adham bahkan memilih untuk tidak menikah. Karena ia berpendapat bahwa menikah dan memiliki keturunan dapat menghalangi tujuannya dalam mencapai kehidupan zuhud.
Pandangan ini cukup kontroversial, karena banyak orang merasa bahwa menikah adalah bagian dari kehidupan yang seimbang. Namun, bagi Ibrahim bin Adham, kehidupan sederhana adalah kunci untuk mencapai kedamaian batin dan dekat dengan Tuhan.
Kisah Wafat Ibrahim bin Adham
Dalam catatan kisahnya, Ibrahim bin Adham meninggal dalam usia yang relatif muda, antara tahun 160 H hingga 166 H. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa ia wafat dalam pertempuran melawan Kekaisaran Romawi.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa ia meninggal karena sakit. Meskipun demikian, pengaruhnya terhadap dunia tasawuf dan irfan sangat besar.
Ibrahim bin Adham terkenal sebagai seorang guru besar yang melahirkan beberapa tarekat sufi, seperti Tarekat Adhamiyyah dan Tarekat Naqsyabandiyyah. Banyak murid-muridnya yang melanjutkan perjuangannya dalam dunia tasawuf dan menjadi tokoh besar di kalangan sufi.
Kisah Ibrahim bin Adham dalam Sastra dan Syair
Kisah hidup sufi Ibrahim bin Adham tidak hanya tercatat dalam sejarah. Akan tetapi juga abadi dalam syair-syair dan karya sastra.
Beberapa penyair besar, seperti Jalaluddin Rumi, sering kali menulis tentang kehidupan Ibrahim bin Adham dalam karya-karyanya. Kisah-kisah tersebut sering menggambarkan perjalanan spiritual Ibrahim yang penuh hikmah, pengorbanan, dan pencarian kebahagiaan yang sejati.
Hikmah dari Kisah Ibrahim bin Adham
Kisah hidup Ibrahim bin Adham mengajarkan kita bahwa hidup tidak hanya tentang mengejar kemewahan duniawi saja. Akan tetapi lebih kepada pencarian kedamaian batin dan kedekatan dengan Tuhan. Ibrahim bin Adham memilih untuk hidup sederhana dan mengasingkan diri dari dunia yang penuh dengan godaan, untuk menemukan kebahagiaan sejati dalam kesendirian dan ibadah.
Baca Juga: Kisah Syaikh bin Baz, Berhiaskan Ilmu dan Akhlak Mulia
Nah, demikian tadi kisah sufi Ibrahim bin Adham. Kehidupan Ibrahim bin Adham menjadi teladan bagi kita semua untuk mencari kedamaian hati dan menjauhi segala yang bisa menghalangi kita dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. (R10/HR-Online)