Pengertian dan Jenis Penyimpangan Semu Hukum Mendel

1 week ago 15

Penyimpangan semu Hukum Mendel merupakan materi Biologi terkait persilangan monohibrid Hukum Mendel I dan dihibrid Mendel II. Banyak orang terutama pelajar mungkin masih sangat penasaran dengan materi dalam bidang Biologi satu ini. Karena itu berikut akan kita bahas mengenai materi Biologi ini, bagi yang penasaran jangan melewatkan pembahasannya.

Baca Juga: Pewarisan Sifat Golongan Darah, Berikut Penjelasannya

Penyimpangan Semu Hukum Mendel, Berikut Pengertian dan Penjelasannya

Pada Hukum Mendel sendiri terdapat dua jenis persilangan, yang pertama monohibrid dan yang kedua dihibrid. Dalam kondisi normal persilangan monohibrid akan menghasilkan rasio fenotip 1:1:1 atau 3:1 sedangkan fenotip dihibrid 9:3:1:1. 

Namun dalam berbagai percobaan terungkap bahwa tidak semua persilangan menghasilkan rasio fenotip sesuai Hukum Mendel. Ketidaksesuaian rasio fenotip tersebut bisa terjadi karena adanya interaksi antar gen yang bisa mempengaruhi gen lain. 

Namun meskipun terjadi penyimpangan, tetapi hasil rasio fenotipnya terbilang masih patuh pada Hukum Mendel. Berdasarkan temuan adanya sifat-sifat yang menyimpang tersebutlah yang kemudian menjadi awal tercetusnya istilah penyimpangan semu ini.

Penyimpangan semu Hukum Mendel adalah persilangan yang menghasilkan rasio fenotip berbeda dan masih berdasarkan pola dihibrid Hukum Mendel yaitu 9:3:3:1. Hasil persilangan tersebut menjadi semu karena dalam pola pewarisannya masih ada hukum Mendel yang berlaku. 

Pada hasil keturunannya pun hanya akan ada sedikit kelainan tidak Penyimpangan semu Hukum Mendel berarti akibat sifat gen yang unik.

Jenis-Jenisnya

Pada penyimpangan semu ini terdapat 7 jenis kasus yaitu polimeri, kriptomeri, atavisme, gen-gen komplementer, kodominan, dan intermediet, dan epistasis-hipostasis. Berikut penjelasannya:

1. Polimeri

Polimeri adalah interaksi antara gen-gen yang berbeda alel, yang kemudian menghasilkan satu fenotip yang bersifat kumulatif. Oleh karena itu, hasil persilangan dengan polimeri umumnya menghasilkan rasio fenotipe 15:1. 

Sebagai contoh, pada biji gandum, warna merah yang muncul terpengaruh oleh dua gen, M1 dan M2. Ketika kedua gen tersebut bertemu, warna merah pada biji menjadi semakin kuat, menunjukkan sifat kumulatif dari kedua gen tersebut.

2. Kriptomeri

Penyimpangan semu Hukum Mendel yang bernama kriptomeri terjadi ketika sifat baru tersembunyi karena gen dominan tidak berpasangan dengan gen dominan dari alel lainnya. Dalam kondisi ini, gen dominan yang berdiri sendiri tidak mengekspresikan sifat barunya secara terlihat. 

Sebagai contoh, pada persilangan bunga Linaria maroccana yang berwarna putih dan merah. Hasil persilangan ini menunjukkan bahwa sifat warna baru dapat tersembunyi karena interaksi antar gen dominan yang tidak berpasangan dengan alel lainnya.

3. Atavisme

Atavisme adalah fenomena di mana interaksi antara dua gen yang berbeda menghasilkan keturunan dengan genotip yang berbeda dari induknya. Jika pasangan gen yang bukan alelnya berinteraksi, hal ini dapat menghasilkan sifat baru pada bagian tubuh yang sama pada keturunannya. 

Baca Juga: Morfologi Tanaman Pisang, Bagian Akar hingga Buah

Sebagai contoh, pembentukan jengger pada ayam yang terpengaruhi oleh dua gen berbeda alel, yaitu gen R dan P, yang dapat menghasilkan bentuk jengger yang berbeda pada keturunannya.

4. Gen-Gen Komplementer

Gen komplementer adalah suatu interaksi antar gen yang saling melengkapi, di mana kedua gen harus hadir agar suatu sifat muncul pada keturunan. Jika salah satu gen tidak muncul atau hilang, sifat yang seharusnya diturunkan juga tidak akan tampak. 

Sebagai contoh, pada tumbuhan Lathyrus odoratus (kacang manis), terdapat dua gen yang saling berinteraksi untuk menghasilkan pigmen warna bunga. Jika salah satu dari gen tersebut tidak ada, maka bunga tersebut tidak akan menunjukkan warna yang kita inginkan.

5. Kodominan

Penyimpangan semu Hukum Mendel kodominan terjadi ketika dua alel pada suatu gen menghasilkan sifat berbeda dengan alel satunya. Contohnya terjadi pada persilangan sapi berwarna merah (RR) yang kodominan dengan sapi kulit putih (rr). Keduanya akan menghasilkan anak sapi dengan kulit coklat kemerahan atau kekuningan dengan sedikit warna putih.

6. Intermediet

Intermediet adalah kondisi di mana gen tidak sepenuhnya dominan maupun resesif, melainkan menghasilkan sifat yang berada di antara keduanya. Sebagai contoh, pada bunga Mirabilis jalapa, warna merah dihasilkan oleh gen M, sedangkan warna putih berasal dari gen m. 

Ketika kedua gen tersebut berinteraksi, seperti pada tanaman yang memiliki genotip Mm, hasilnya adalah warna merah muda, yang merupakan hasil dari pengaruh kedua gen tersebut yang saling berinteraksi, menghasilkan warna yang berada di tengah-tengah antara merah dan putih.

7. Epistasis-Hipostasis

Epistasis dan hipostasis adalah interaksi beberapa gen dengan sifat saling menutupi satu sama lainnya. Gen menutupi gen lain yang tidak sealel adalah epistasis sedangkan gen yang tertutupi adalah hipostasis. Contoh kasus epistasis dan hipostasis ini yaitu pada persilangan labu yang berwarna putih dan juga kuning.

Baca Juga: Kenali Pengertian, Sifat dan Zat Penghambat Kerja Enzim

Penyimpangan semu Hukum Mendel adalah persilangan yang menghasilkan rasio fenotip tidak sesuai dengan Hukum Mendel. Hal tersebut karena ada beberapa gen dengan alel berbeda yang saling mempengaruhi saat proses pembentukan fenotip. Penyimpangan ini pun terbagi menjadi 7 yaitu polimeri, kriptomeri, atavisme, gen-gen komplementer, kodominan, dan intermediet, dan epistasis-hipostasis. (R10/HR-Online)

Read Entire Article
Perayaan | Berita Rakyat | | |